Politik, Ideologi, dan Isu Sosial dalam Video Game

9 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
video game
Iklan

Bagaimana video game menjadi medium reflektif yang menyuarakan politik, ideologi, dan isu sosial dalam konteks nilai-nilai Indonesia?

Di dunia yang semakin digital, video game bukan lagi hanya sekadar hiburan, tetapi menjadi medium yang menyuarakan politik, ideologi, dan isu sosial secara mendalam. Di balik layar yang menyala, para pemain diajak menyelami tentang kekuasaan, perjuangan, dan kemanusiaan dalam bentuk interaktif yang menggugah pikiran dan hati.

Politik: Kekuasaan yang Bisa Dimainkan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pernahkah kau menjadi petugas imigrasi di negara otoriter? Dalam Papers, Please, kau bukan hanya memeriksa paspor, tapi juga nurani. Atau mungkin kau pernah memerintah sebuah negara tropis dalam Tropico, memilih antara menjadi diktator atau pemimpin rakyat.

Di Indonesia, politik pun masuk ke dunia game. Petualangan Jokowi hadir sebagai alat kampanye digital, mengaburkan batas antara permainan dan propaganda. Di sini, politik bukan hanya wacana, tapi mekanik yang bisa diklik dan dijalankan.

Ideologi: Dunia yang Dibangun dari Gagasan

Setiap dunia dalam game adalah refleksi dari gagasan. BioShock mengajak kita menyelami utopia yang runtuh karena kapitalisme ekstrem. Final Fantasy VII memperlihatkan kerakusan korporasi yang menghisap kehidupan bumi.

Namun Indonesia tak tinggal diam. Lokapala, game MOBA buatan anak bangsa, membangun semesta dari mitologi Nusantara. Di sana, ideologi bukan hanya barat atau timur, tapi warisan leluhur yang dihidupkan kembali.

Isu Sosial: Empati yang Bisa Dimainkan

Game juga bicara tentang manusia. Tentang luka, tentang cinta, tentang keberagaman. Life is Strange mengangkat isu LGBTQ dan trauma remaja. This War of Mine membuat kita merasakan getirnya hidup sebagai korban perang.

Dan di sudut kafe fiksi Jakarta, Coffee Talk menyuguhkan dialog hangat antar makhluk dari ras berbeda. Di sana, toleransi bukan teori, tapi obrolan malam yang menyentuh hati.

Refleksi Nilai: Sebagai Gamer Indonesia

Sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila, kita memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi kompas moral dalam menikmati game:

  • Keberagaman dan Toleransi: Hindari game yang merendahkan suku, agama, atau budaya tertentu.
  • Akurasi Sejarah dan Budaya: Dukung game seperti Battle of Surabaya yang menghargai sejarah dan memperkuat nasionalisme.
  • Netralitas Politik: Waspadai game yang digunakan untuk propaganda atau kepentingan politik tertentu.
  • Etika Bermain: Mainkan game dengan kesadaran dan kritisisme, terutama jika mengandung kekerasan atau pilihan moral ekstrem.

Integrasi Politik, Ideologi, dan Isu Sosial dalam Video Game

Ketiga elemen yaitu politik, ideologi, dan isu sosial—sering kali tidak berdiri sendiri dalam video game. Justru, kekuatan naratif game terletak pada kemampuannya menggabungkan ketiganya secara simultan, menciptakan pengalaman bermain yang kompleks dan bermakna. Contohnya:

  • Detroit: Become Human – menggambarkan diskriminasi sosial (isu sosial), revolusi dan hak asasi (politik), serta refleksi tentang kebebasan dan kemanusiaan (ideologi).
  • BioShock – menyatukan kritik terhadap kapitalisme (ideologi), otoritarianisme (politik), dan dampak sosialnya (isu sosial).
  • Battle of Surabaya – menyuarakan semangat perjuangan (politik), nilai nasionalisme (ideologi), dan pengorbanan rakyat sipil (isu sosial).

Dengan pendekatan ini, video game menjadi ruang interaktif untuk memahami dunia secara lebih dalam. Pemain tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga partisipan dalam narasi yang menantang nilai-nilai pribadi dan sosial.

Putusan: Main dengan Waspada atau Lewati Saja?

Sebagai bangsa yang menjunjung Pancasila, nilai-nilai seperti kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial penting dijaga di ruang digital. Gamer Indonesia perlu:

  • Bermain dengan kesadaran, memahami pesan yang disampaikan.
  • Bersikap kritis terhadap game yang bermuatan politik atau ideologi tertentu.
  • Menolak konten yang merusak persatuan, seperti propaganda atau ujaran kebencian.

Kesimpulan

Video game kini bukan sekadar hiburan, melainkan medium reflektif yang menyuarakan politik, ideologi, dan isu sosial. Dari Papers, Please dan Tropico yang menyinggung kekuasaan, BioShock dengan kritik kapitalisme, hingga Life is Strange dan Coffee Talk yang menumbuhkan empati terhadap keberagaman. Di Indonesia, Battle of Surabaya dan Lokapala memperkuat identitas nasional, sementara Petualangan Jokowi menyoroti sisi politik dalam game. Sebagai gamer Indonesia, kita perlu bermain dengan kesadaran dan memilih konten yang menumbuhkan empati serta persatuan—karena di balik layar yang menyala, selalu ada pesan yang membentuk cara pandang kita terhadap dunia.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Shinta Olivia

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler