Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Debat capres luput menggali akar masalah bangsa. Ini dampak dari pembatasan format pentahapan pilpres itu. Sungguh menjadi beban sejarah generasi penerus bangsa.
Publik juga mengenal Sri Bathara Agung Putra sebagai sosok yang sangat menaruh respek pada ke-3 tokoh sainstis berikut ini, yakni: Francis Bacon, Charles Dudley dan Fukuzawa Yukichi. Ketiganya dikenal berjasa menyempurnakan perkembangan kecerdasan peradaban. Proses inkubasi pemikiran dan perenungan mendalam, menjadikannya titik tolak dan alasan kuat terjun dalam pencapresan 2024.
Kajian inefisiensi dan inefektivitas pendayagunaan sumber daya pembangunan, jelas itu murni subjek sains. Domain intelektual, bukan politik. Akan berubah menjadi isu politik ketika kajian itu digunakan menjadi legitimasi kekuasaan suatu kekuatan politik. Cepat atau lambat, suatu kekuasaan politik akan rontok ketika kajian ilmiah yang digunakannya tidak berdasarkan pada rasionalitas atau the best practices peradaban. Apalagi jika nantinya terbukti ada kesenjangan antara teori dan praktik dengan realitas.
Berdasarkan prinsip statistik, dominannya kontribusi ekonomi perusahaan dari China dan perspektif perkembangan peradaban, entitas BUMN layak disigi sebagai miniatur tantangan bangsa Indonesia saat ini. Berpotensi menjadi laboratorium telaahan masalah bangsa. Penelaahannya fokus pada sisi hilir aktivitas bangsa yang kualitasnya ditentukan oleh sisi hulunya. Gunakan prinsip dalil perkembangan kebangkitan kecerdasan peradaban modern.
Metodologi perencanaan pembangunan nasional kita saat ini masih perlu ditingkatkan. Sumber daya di bidang perencanaan masih terbvatas. Sebaiknya kita mengadopsi metodologi prosesor kecerdasan dalam perencanaan dan tindakan yang dilakukan Jepang dalam periode Restorasi Meiji. Mereka mampu mengakselerasi kesetaraan kapasitasnya dengan Barat dalam waktu 60 tahun.
Memverifikasi relasi dan implikasi antar ke-4 isu fundamental bangsa tersebut dapat dilihat dengan 2 pendekatan, yaitu dalam konteks relasi kausalitas dan 6 langkah pencermatan indikator dinamika relasi dan dampaknya. Terkait dengan efektivitas mekanisme peer review, benchmarking the best practices peradaban, kepatutan pencapaian, peran kerangka dan orientasi berpikir, kondisi pondasi pembangunan bangsa dan realitas keadaan bangsa.
Belajar pada seharah Eropa, kekuasaan politik membutuhkan argumentasi pemikiran yang valid. Ingat, kebangkitan Eropa didorong oleh dominasi ilmu pengetahun dna teknologi ketimbang serenceng dogma. Penulis menilai konsep dan metodologi pembangunan Indonesia selama 76 tahun yang berdasar pada slogan, tak lagi bisa memenuhi amanah Proklamasi.
Ada dua tujuan penulisan artikel bersambung ini, yakni meluruskan peran kaum intelektual bangsa dalam menunaikan tugas keintelektualitasannya. Mereka harus kembali pada kodrat sejatinya dalam mewujudkan cita-cita proklamasi. Saat ini perlu didorong peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara publik. Caranya dengan mengangkat kondisi riel bangsa berdasarkan perspektif sejarah perkembangan peradaban dan fakta empiris sebagai media interaksi publik.
Saat ini ada 4 isu fundamental bangsa: apatisme intelektual, fase pembuktian, predikat bangsa sebagai objek peradaban dan estafet regenerasi bangsa. Apatisme intelektual berimplikasi dominan atas ke-3 isu lainnya itu. Memang saat ini ada dinamika kritik sosial, namun tidak menyentuh isu fundamental kebangsaan. Lebih dominan pada isu teknikal. Dan basisnya adalah politik praktis, bukan politik kebangsaan. Sudah saatnya para intelektual turun gunung.