x

Iklan

Arie Putra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 26 Juni 2019 14:29 WIB

Mulut Manis Anies Baswedan

Balik lagi, langkah Anies Baswedan menjadi Gubernur. Semua tampak datar dan biasa saja. Nyanian solonya tak lagi semagis biasanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mulut Manis Anies "Wan Abud" Baswedan

Anies Baswedan adalah satu dari banyak pejabat Indonesia yang saya tidak kenali secara langsung. Bahkan, berjabat tangan pun tidak. Saya hanya melihatnya dari kejauah, tapi cerita ring satunya sering sampai telinga saya. "Wan Abud" begitu banyak orang politik memanggilnya.

Hari ini, dia tampak sendiri. Sandiaga Uno sudah tak lagi di sampingnya. Saya kira bukan hanya itu alasan yang membuatnya tampak sendiri. Memang dari dulu, Anies adalah soloist yang mumpuni. Melihat dari riwayat pertarungannya, Anies lahir dari berbagai situasi sulit. Dia adalah lahir dari sebuah kejelian membaca situasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Paramadina, dia bukan top list rektor. Tiba-tiba muncul, dia mengejutkan bagaikan dinamit. Kemudian, dia ikut konvensi Presiden Partai Demokrat. Tak lama berselang, dia belok ke Jokowi-JK menjadi jubir. Menjadi Menteri Pendidikan barang kali jabatannya yang sangat sesuai dengan rencana. Dia pernah membangun Indonesia Mengajar, yang sempat menjadi trend anak muda ketika itu. Dia mampu menghipnotis para achiever dari berbagai kampus ternama.

Pilkada DKI Jakarta tampak begitu tanpa rencana. Dia dicopot dari kursi menteri, lalu viral berita dia mengantarkan anaknya ke sekolah naik motor matic, kemudian Poltracking masukan namanya ke survey kandidat Pilkada DKI Jakarta. Sandiaga tertarik di tengah tak ada alternatif yang begitu meyakinkan. Prabowo setuju. Jadilah Anies-Sandi. Kini, Anies sendiri lagi. Bromancenya sudah kalah perang.

Balik lagi, langkah Anies menjadi Gubernur. Semua tampak datar dan biasa saja. Nyanian solonya tak lagi semagis biasanya. Dia terhimpit oleh panasnya konstalasi nasional. Dia tampak seperti kepala daerah umumnya, meski APBDnya di atas 70T. Tak ada nilainya jembatan penyenrangan yang ia foto dengan uang sebesar itu. Meski, jembatan itu juga tidak dibangun dengan uang APBD.

Anies kesulitan buat naik kelas. Berbagai cara dia lakukan buat menggerek isunya menjadi pembicaraan nasional. Namun, semua upaya itu tampak gagal dan tak terarah. Hasilnya, Anies hanya menjadi figuran saja. Masalah kerja juga begitu, dia berada dalam bayang-bayang Ahok, yang mampu sampaikan kepada publik, banyak sekali progress di Jakarta. Sementara, Wan Abud hanya melakukan semuanya sendiri, sampai-sampai dia membersihkan trotoar sendiri. Sedih banget sih.

Pernah suatu hari, Anies bicara mendukung kemerdekaan Palestina. Dia juga menjadi The Jak militan. Banyak lagi aksi-aksinya yang tak terarah dan tidak sesuai dengan apa yang pernah dia bangun selama ini.

Jangan harap dia bisa naik kelas bila tak mampu keluar dari perangkap ini. Untuk tarung di DKI lagi pun sulit. Apapun hasil MK ini, kelompok Islamis yang dulu dukung Anies sudah punya idola baru yang siap saingi Anies, yakni Bambang Wijayanto. Sidang MK sudah seperti sinetron dimainkan oleh BW. Belum lagi, jika nanti di DKI, PDIP memaujukan Tri Rismaharini, Wako Surabaya, yang sangat akrab buat warga Jakarta. Wan Abud sendiri. Mulut manisnya harus kembali menjadi buah bibir.

A.P

Ikuti tulisan menarik Arie Putra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler