x

Cover Buku Wang Si Macan

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 13 November 2019 11:59 WIB

Wang Si Macan - Buku Kedua Trilogi Pearl S. Buck

Buku kedua dari Trilogi Pearl S. Buck ini menggambarkan generasi kedua keluarga Wang dan kondisi Tiongkok di masa pra republik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Wang Si Macan

Judul Asli: Sons

Penulis: Pearl S. Buck

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Irina M. Susetyo

Tahun Terbit: 2008

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 606

ISBN: 978-979-22-3568-5

Mengetahui bahwa budak yang dicintainya diambil sebagai selir oleh ayahnya, anak ketiga Wang begitu marah. Ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan bergabung dengan tentara. Kemarahannya dicurahkan dalam peperangan-peperangan sampai akhirnya ia menjadi seorang kapten. Melihat bahwa jenderalnya sudah kehilangan semangat perang dan lebih banyak bersenang-senang, ia merencanakan sebuah pembelotan. Ia bersama seratusan tentara lainnya meninggalkan sang Jenderal untuk membangun kesatuan tentara sendiri.

Sejak kecewa dengan ayahnya yang mengambil budak yang sebenarnya dicintainya, Wang muda menjadi dingin terhadap perempuan. Ia tidak pernah tertarik kepada perempuan.

Kebetulan pada saat ia berniat membangun kesatuannya sendiri, ayahnya meninggal. Ia menggunakan warisan dari ayahnya untuk membiayai tentara barunya dan membeli senjata api dari luar negeri.

Wang tua hanya ditunggui oleh Pear Blossom, sang selir yang dulunya adalah budak. Selir yang berwajah pucat ini begitu setia menemani tuannya. Saat anak-anaknya, yaitu anak pertama dan anak keduanya berada di sekitarnya, tetapi mengharapkan kematiannya yang cepat, Pear Blossom begitu bersedih dan mengharapkan supaya Wang tua bisa sehat kembali. Akhirnya Wang tua meninggal hanya ditemani oleh Pear Blossom sang selir.

Wang muda datang untuk melayat. Namun ia segera pergi saat warisan sudah dibagi. Wang muda hanya mau menerima warisan dalam bentuk uang supaya bisa digunakannya untuk membiayai tentara yang dibentuknya dan membeli senjata api dari luar negeri.

Keberhasilannya membentuk tentara baru membuat Wang Si Macan – begitu julukan yang diberikan oleh para anak buahnya kepada Wang muda, berniat untuk membawa keponakannya sebagai pewaris. Sebab ia sendiri tidak memiliki anak. Wang Si Macan minta anak dari Wang Si Tuan Tanah, yaitu anak pertama Wang Tua dan Wang Si Saudagar, anak kedua Wang tua. Wang Si Tuan Tanah menyerahkan anak keduanya yang pemalu dan lebih suka membaca buku. Sebab anak pertamanya diharapkan menjadi penggantinya sebagai kepala keluarga Wang.

Sedangkan Wang Si Saudagar menyerahkan anaknya yang berwajah bopeng. Kedua keponakan ini dibawa oleh Wang Si Macan dan dilatih kemiliteran. Namun nasip tragis menimpa anak Wang Si Tuan Tanah, karena dia bunuh diri. Anak Wan Si Tuan Tanah rupaya tidak cocok menjadi tentara. Ia lebih memilih untuk bunuh diri daripada meneruskan pendidikan militer di bawah pamannya. Sedangkan Si Bopeng berhasil menjadi orang kepercayaan Wang Si Macan.

Wang berhasil mengambil alih sebuah kawasan dari pendudukan tentara Leopard. Leopard adalah jenderal dari tentara yang menguasai sebuah wilayah yang dipimpin oleh seorang hakim tua. Wang Si Macan, dengan siasatnya berhasil membunuh Leopard. Namun Wang Si Macan hampir saja terbunuh oleh seorang perempuan yang menjadi pendamping Leopard. Si perempuan yang buas seperti serigala ini akhirnya tunduk dan menjadi istri Wang Si Macan.

Wang Si Macan sangat kagum kepada istrinya. Sebab istrinya punya berbagai siasat untuk keberhasilan Wang Si Macan. Ketika Wang Si Macan menyingkirkan Jenderal resmi yang menjadi pelindung Hakim, tentara provinsi datang untuk menumpas tentara Wang. Namun dengan siasat yang dibuat oleh sang istri, peperangan bisa dihindari. Malah Wang Si Macan mendapatkan kedudukan resmi sebagai Jenderal Pelindung bagi sang hakim.

Kekaguman dan cinta Wang Si Macan membuatnya tidak waspada kepada istrinya. Ketika Wang Si Macan membeli senjata api melalui Wang Si Saudagar, ternyata istrinya berkhianat. Istrinya mengutus sisa-sisa tentara Leoprad untuk mengambil senjata tersebut. Untunglah Si Bopeng tahu rahasia tersebut. Wang Si Macan pun tanpa ampun membunuh istrinya.

Jumlah tentara Wang Si Macan semakin luas. Demikian pun wilayah kekuasaannya semakin besar. Wang akhirnya menikah dengan dua perempuan. Istri Wang Si Macan pertama adalah seorang perempuan yang terpelajar. Sementara istri keduanya adalah seorang perempuan desa. Istri pertama melahirkan anak perempuan yang cantik dan istri keduanya melahirkan anak laki-laki.

Wang Si Macan lebih peduli kepada anak lelakinya. Wang begitu ingin anaknya menjadi jenderal yang akan menggantikannya. Namun sayang, anak ini tidak suka perang. Anak Wang Si Macan lebih suka belajar pertanian. Meski anak Wang Si Macan dididik oleh seorang guru militer khusus, namun minatnya kepada militer tidak juga tumbuh.

Pada akhirnya anak Wang malah memilih untuk bergabung dengan tentara rakyat yang saat itu sedang tumbuh di China. Tentara rakyat yang terdiri dari pemuda-pemuda progresif ini adalah gerakan baru di China. Gerakan untuk menumbangkan feodalisme yang using.

Wang Si Macan begitu marah terhadap keputusan anaknya ini. Sebab anaknya telah memilih untuk menjadi musuhnya.

Novel kedua dari trilogy Pearl S. Buck ini dari segi cerita memang sangat menarik. Sebab Buck mengungkapkan bagaimana orang yang kecewa bisa mengarahkan diri untuk sebuah keberhasilan karier. Wang Si Macan menggunakan rasa bencinya untuk membangun diri sebagai seorang sukses di bidang militer. Tetapi ia harus kecewa karena ia tidak berhasil membuat anaknya menjadi seperti dia.

Dalam novel ini Buck juga mengungkapkan jalan hidup yang berbeda dari ketika anak Wang tua dengan segala tingkah lakunya. Wang Si Tuan Tanah suka bersenang-senang dan tidak suka bekerja. Sedangkan anak kedua, yaitu Wang Si Saudagar hidup hemat dan selalu fokus kepada usaha dagangnya. Tiga anak Wang yang menempuh karier yang berbeda ini seakan menggambarkan kondisi Tiongkok pada saat itu, dimana militersime masih kuat bercokol, usaha keras untuk menjadi kaya terus tumbuh dan kesukaan orang China untuk menikmati kesenangan begitu besar.

Selain Wang Si Macan yang menjadi tokoh utama dalam novel ini, Pear Blossom adalah tokoh yang sangat menarik. Selir yang dulunya budak ini tetap setia sampai akhir kepada Wang Tua. Setelah Wang Tua meninggal, ia tidak mau tinggal di rumah besar di kota. Ia memilih tinggal di rumah desa dimana Wang Tua dulu memulai membangun dinastinya. Ia begitu setia memelihara Si Bodoh - anak perempuan Wang Tua yang cacat mental, sampai sang anak meninggal. Ia juga setia memelihara Si Bongkok, anak Wang Si Tuan Tanah.

Kesetiaan dan pengabdian Pear Blossom disandingkan dengan ketamakan Lotus, selir Wang Tua lainnya. Lotus, seorang penyanyi kedai minum teh yang dinikahi oleh Wang Tua saat mengalami puber kedua, telah menjadi tua dan gemuk. Lotus hidup begitu boros. Ia suka makanan enak dan suka berjudi. Ia tetap tinggal di keluarga Wang karena ingin menikmati kekayaan bekas suaminya.

Di akhir cerita, Lotus digambarkan meninggal dengan sengsara, sementara Pear Blossom hidup sehat dan menjadi bikuni setelah tanggungannya memelihara Si Bodoh selesai.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu