x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Sabtu, 11 Januari 2020 10:56 WIB

Beda Orang Kecil dan Orang Besar, Kamu yang Mana?

ORANG KECIL itu sukanya NGOMONGIN ORANG LAIN dan ORANG BESAR itu sukanya NGOMONGIN IDE LAIN.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila seseorang membeli baju kebesaran, pasti kecewa dan tidak akan dipakai. Begitu pula, bila bajunya kekecilan pun kecewa karena tidak bisa dipakai. Jadi, baju yang kebesaran atau kekecilan sama-sama mengecewakan. Itu artinya, belilah yang pas-pas saja; tidak kebesaran dan tidak kekecilan.

 

Lalu, kenapa hari ini masih saja ada orang yang merasa besar atau merasa kecil? Sebut saja, orang kecil atau orang besar. Bukankah semuanya sudah dianugerahi sanga pencipta dengan pas. Sesuatu yang ada pada diri manusia itu sudah pantas untuknya. Tidak kebesaran pun tidak kekecilan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Merasa besar, merasa kecil dalam hidup.

Memang di zaman now, banyak orang yang mengukur hidupnya atas besar atau kecil. Bahkan tidak sedikit orang yang  “menghitung” hidup berdasar dua hal saja; 1) dari fisiknya dan 2) dari status sosialnya.

 

Tergantung ukuran fisik, mengukur besar atau kecil.

Orang kecil itu orang kuntet alias postur tubuhnya tidak tinggi. Kadang orang kecil identik dengan orang yang kurus alias kerempeng. Bahkan orang kecil dianggap miskin secara materials. Berbeda dengan orang besar yang diukur dari  fisik badannya yang gemuk alias gendut. Orang yang badannya tinggi, gede, sterek disebut orang besar. Bahkan orang besar dianggap orang kaya. Maka orang-orang sering menyimpulkan "orang kecil dianggap susah, orang besar dianggap bahagia".

 

Lain lagi bila ukurannya status sosial.

Orang kecil, dianggap orang rendahan. Kalau di kantor, dianggap orang yang pangkat rendah alias tidak punya jabatan. Gajinya cukupan saja, pendidikannya pun pas-pasan. Orang kecil dianggap status sosialnya biasa saja. Berbeda sama orang besar. Status sosialnya dianggap tinggi. Karena di kantor, dianggap punya jabatan dan pangkatnya tinggi. Gajinya besar, pendidikannya tinggi. Orang besar dianggap status sosialnya tinggi. Status sosial diukur dari banyaknya uang. Maka orang-orang menyimpulkan “orang kecil itu misikin, orang besar kaya”.

 

Dan faktanya, orang yang merasa kecil jarang ngomong, jarang dimintain saran. Sebaliknya, orang besar sering doyan ngomong, sering memberi saran walau tidak diminta sekalipun. Begitulah adanya hidup di dunia yang sementara.

 

Manusia itu memenag tempatnya lupa. Banyak orang alpa.

Bahwa orang kecil atau orang besar itu bukan diukur dari ukuran fisik dan status sosial semata. Karena itu semua hanya perasaan; merasa kecil atau merasa besar. Mereka lupa, hakikat manusia itu tidak punya apa-apa dan bukan apa-apa.

 

Orang kecil atau orang besar.

Itu ukurannya dari amal perbuatan, seberapa manfaat tiap orang buat orang lain. Berapa banyak orang yang dimudahkan dalam hidupnya. Untuk apa senag tapi buat diri sendiri. Sementara banyak orang menderita namun tidak pernah dibantu. Orang kecil atau prang besar itu ukurannya dari "cara berpikirnya". Karena hari ini, tidak sedikit orang yang punya ide besar tapi dicerna oleh pikiran sempit, pikiran kerdil.

 

Tapi entah kenapa? Banyak orang yang dikasih anugerah dan kesempatan, rezeki, peluang seperti “ikan besar”. Tapi sayang masih saja teriak-teriak “kualinya” terlalu kecil.

 

Sungguh, orang kecil atau orang besar. Itu ada dan terletak pada pikirannya.

Orang besar itu tumbuh bersama pikirannya yang besar, lalu segera bertindak. Orang besar itu mampu berpikir “kekalahan segera diubah jadi kemenangan”. Hanya orang besar yang selalu optimis dalam menyikapi anugerah kesehatan, kecerdasan, usia, atau nasib. Makanya, orang besar selalu berani bertindak, di samping percaya diri. Istilah agamanya, ash’ab an nufuus al kabiirah.

 

Besar atau kecil itu terletak di pikiran.

Orang kecil biasanya melihat masalah sebagai beban. Masalah kecil dianggap masalah besar, atau dibesar-besarkan. Sedangkan orang besar, masalah dianggap ujian dan tantangan. Masalah selalu dilihat dilihat dari sisi positif. Buat orang besar, masalah adalah hadiah dari Tuhan untuk diselesaikan. Agar mampu menjadi manusia yang lebih matang, lebih sempurna.

 

Dan di era sekarang, semua orang harus hati-hati. Karena perbedaan orang kecil sama orang besar itu makin sederhana. Yaitu ORANG KECIL itu sukanya NGOMONGIN ORANG LAIN dan ORANG BESAR itu sukanya NGOMONGIN IDE LAIN.

 

Orang kecil fokusnya malah orang lain, bukan dirinya sendiri. Karena orang kecil semboyannya, “harus untung buat dirinya”. Sekalipun hidupnya di atas dalil “tidak mungkin" dan "tidak dapat dikerjakan". Sementara orang besar fokusnya pada diri sendiri, bukan orang lain. Gemar membahas ide-ide anyar untuk mengembangkan diri. Selalu energik dalam berkarya dan berbuat untuk orang lain. Karena orang besar semboyannya “bila dirinya untung orang lain harus untung”. Maka dalilnya “selalu mungkin” dan “pasti dapat dikerjakan”.

 

Maka orang kecil atau besar.

Harus mampu untuk tidak kagum pada bayangan dirinya sendiri. Karena semua yang diperoleh adalah semu selagi tidak bermanfaat buat orang lain. Kita jangan sampai kagum pada bayangan kita sendiri, kadang-kadang bayangan itu tinggi besar jika matahari condong, padahal tubuh kita sebenarnya tetap kecil… #TGS #LiterasiHidup

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB