x

Iklan

Nurhuda Abdillah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 September 2020

Senin, 21 September 2020 13:03 WIB

Iman Itu Ibarat Naik Pesawat

Iman itu seperti naik pesawat, semakin tinggi ke atas semakin memndang dunia kecil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jiwa manusia cenderung lebih memilih kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia dari pada kebahagiaan yang disediakan di alam akhirat. Dunia beserta isinya lebih menggiurkan karena semuanya lebih tampak nyata dibanding dengan kebahagiaan akhirat yang tak ada seorang pun pernah menyaksikan keberadaannya.

Inilah kondisi jiwa apabila telah di selimuti oleh perasaan hubbud dunya (cinta pada dunia). Cermatilah firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut ini :

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga diri dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menguning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang dahsyat dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan sungguh kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)

 

Allahu akbar.

Merugilah bagi mereka yang orientasi hidupnya hanya untuk mengumpulkan dunia.. hidup dalam kemegahan menjadi tujuan. Mobil mewah, rumah yang megah, dan harta yang melimpah dijadikan incaran.

Merugilah mereka yang telah tertipu oleh kebahagiaan dunia. Kebahagiaan singkat yang tak ada nilainya dibanding kebahagiaan yang akan di peroleh di kehidupan akhirat.

 

Baginda Rosulullah Shalallahu alaihi wa sallam menggambarkan perbandingan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat dalam sabdanya :

 

مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

 

“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian yang memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jarinya tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)

 

Kenikmatan dunia sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan kenikmatan akhirat yang tiada tara. Dunia sudah tua. Dunia sudah berada di ujung usia, namun masih banyak yang tertipu dan terlena dengan apa yang dia punya.

 

Inilah realita yang dapat kita saksikan bersama. Inilah bukti akan kevalidan sabda nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam : "Dunia adalah perhiasan", perhiasan indah yang menipu, perhiasan yang hanya memberi hiburan sesaat, perhiasan yang jika kita jatuh cinta padanya maka kita akan jauh dari rahmat.

 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب

 

"telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada syahwat(apa-apa yang diinginkan), yaitu dari : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali".(Q.S Ali Imron : 14)

 

Tiga perhiasan dunia inilah yang Allah sediakan sebagai ujian syahwat terbesar bagi manusia :

1- wanita

2- anak-anak

3- dan harta benda

Wanita menempati urutan pertama sebagai ujian yang sangat dahsyat godaannya. Ingatkah bahwa Awal kehancuran Bani Israil dahulu pun dikarenakan oleh wanita, sebagaimana telah dikabarkan oleh Rosulullah shalallahu alahi wa sallam dalam sabdanya :

 

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ

 

“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Maka sesungguhnya cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kali terdapat pada godaan wanita.” (HR. Muslim, no. 2742).

 

Lalu anak-anak disebutkan sebagai ujian syahwat yang menempati urutan kedua. Ini adalah bukti bahwa kecintaan pada keturunan, berbangga diri akan banyaknya keturunan mampu menyibukkan diri seorang hamba dari pengabdiannya pada Allah ta 'ala.

 

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚوَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُون

 

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”[Al-Munaafiquun/63: 9]

 

Kemudian dilanjutkan dengan harta benda sebagai ujian syahwat yang menempati posisi ketiga. Ketahuilah bahwa kecintaan manusia terhadap harta benda akan semakin bertambah besar bersamaan dengan bertambahnya usia. Sebagaimana tercatat dalam sebuah riwayat yang berbunyi :

 

.يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ ، وَطُولُ الْعُمُرِ. رواه البخاري

 

“Semakin bertambah besar keturunan adam, maka sesungguhnya akan semakin bertambah besar pula kecintaannya terhadap harta kekayaan dan umur yang panjang.”(Riwayat Bukhari)

 

Maka waspadalah wahai saudara.

memohon perlindungan dari Allah Subhanahu wa ta'ala agar lulus dalam menghadapi ketiga ujian ini merupakan keharusan bagi setiap hamba. tak ada jaminan bagi dia yang memiliki banyak amal akan berhasil menghadapi salah satu godaan dari ketiga perhiasaan dunia itu. 

 

Lalu apakah kita harus tinggalkan dunia dan hanya fokus untuk kehidupan akhirat ?

 

Kita tak dilarang untuk mencari kebahagiaan dunia, kita tak diperintahkan untuk melupakan dunia dan menjauhinya.

Kuasai dunia! Berusahalah untuk menguasai bukan dikuasai lalu jadikan dia di genggaman bukan di hati.

Jangan biarkan penyakit hubbud dunya merajalela, jangan biarkan perasaan cinta pada dunia menandingi cinta kita pada Allah Subhanahu wa ta'ala robb yang kuasa untuk memberi apa yang lebih baik dari dunia dan isinya.

 

Sadarlah bahwa dunia hadir untuk menguji, dia diciptakan untuk menyeleksi siapa yang jujur dan siapa yang berdusta dalam imannya. Iman bukan hanya meyakini bahwa Allah ialah tuhan manusia, iman pula tak cukup hanya berikrar dengan lisan tanpa ada keyakinan, iman pun bukan hanya sekedar beramal kebajikan. Akan tetapi iman adalah keyakinan dalam hati yang dibuktikan dengan ucapan syahadat sebagai janji lalu di aplikasikan dalam sebuah amal sebagai aksi pengabdian pada sang ilahi.

 

Iman memiliki peran penting bagi kehidupan manusia di dunia. Mereka yang jiwanya diterangi oleh iman pasti mengetahui akan hakekat kehidupan dunia dan mereka tahu bagaimana harus menyikapinya.

 

 كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

 

"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.” (HR. Bukhari)

 

Inilah wasiat Rosulullah Shalallahu alaihi wa sallam sebagai arahan bagi ummatnya. Kehadiran manusia di dunia layaknya seorang musafir yang berhenti di suatu tempat hanya untuk menetap sesaat, baik itu menambah bekal perjalanan maupun hanya sekedar ingin beristirahat.

 

Saudaraku.

Dunia ini hanyalah jembatan, akhiratlah tempat tujuan. Dunia adalah jembatan yang akan menghantarkanmu untuk bisa mencapai kebahagiaan abadi atau bahkan memperoleh siksaan tanpa henti.

 

Saudaraku.

Iman tak cukup hanya diaktivasi lalu diabaikan. Iman pun harus selalu terupgread karena siapa pun yang tertanam dihatinya iman ia akan di uji..

Ujian inilah yang akan meningkatkan kualitas iman seseorang, iman tak selamanya berada di puncak dan tak selamanya berada di dasar. Iman terkadang meningkat dan terkadang menurun. Kualitas iman akan meningkat dengan keta'atan dan akan menurun dengan kemaksiatan.

 

قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم جَدِّدُوْا إِيْمَانَكُمْ قِيْلَ يارسول الله وَكَيْفَ نُجَدِّدُوْا إِيْمَانَنَا قَالَ اَكْسِرُووْا مِنْ قَوْلِ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

 

Rasulullah saw bersabda: “Perbaharuilah iman kalian” Para sahabat pun bertanya: "Bagaimana cara memperbaharui iman kami, ya Rasulullah?” Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pun bersabda: "Perbanyaklah ucapan ‘laa ilaaha illallaah”.(HR Al-Bukhari)

 

Dengan mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa ta'ala kualitas iman akan meningkat dan kedudukan seorang hamba akan semakin terhormat.

 

Wallahu a'lam bisshowab

Ikuti tulisan menarik Nurhuda Abdillah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu