Ketika Gen Z Bicara Perubahan

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Tulis tangan semakin punah di kalangan Gen Z
Iklan

Kemana arah perjuangan generasi muda ini harus berlayar.

***

Generasi Z atau gen Z kembali mendapat sorotan selepas terjadinya aksi demontrasi dan unjuk rasa akhir akhir ini. Pasalnya, gen Z yang dianggap sebagai generasi rebahan ternyata ikut menyuarakan perlawanan atas kedzaliman penguasa yang tengah dirasakan oleh masyarakat. Psikolog anak dan remaja menelaah bahwa keikut sertaan gen Z menyuarakan aspirasi masyarakat di media sosial adalah cerminan respon mereka terhadap tekanan (Kompas.com, 5/9).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada yang merasa bahwa ini adalah anomali Gen Z, tetapi juga ada yang menilai bahwa ini adalah bentuk kepedulian Gen Z terhadap lingkungan. Terlepas dari pro dan kontra pada hakikatnya wajarkah Gen Z menyuarakan perlawanan tersebut, serta kemana arah perjuangan generasi muda ini harus berlayar.

Gen Z Juga Manusia

Konsep Psikologi hari ini membagi bagi manusia berdasarkan perkembangan teknologi yang dianggap mempengaruhi perbedaan potensi pada setiap generasi. Padahal, pada dasarnya perkembangan teknologi yang ada hanyalah mengubah kecepatan informasi yang didapatkan bukan mengubah potensi yang dimiliki oleh manusia. Potensi manusia tetap sama akan tetapi stimulus mereka yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan teknoligi dan informasi.

Hakikatnya, manusia memiliki tiga  potensi yaitu akal, naluri, dan kebutuhan jasmani. Akal sebagai potensi manusia untuk berpikir dan menganalissi suatu perkara dan berperan sebagai neraca benar salah. Naluri adalah kebutuhan pada diri manusia untuk menunjang kesehatan mentalnya. Salah satu naluri yang ada pada diri setiap manusia adalah naluri baqo atau eksistensi diri. Naluri ini menjaga individu manusia agar tetap eksis. Sehingga naluri ini akan membuat manusia merasa terancam saat eksistensi atau keberadaan dirinya mulai disisihkan, dalam kondisi tidak baik baik saja, termasuk ketika mengalami kesenjangan dalam hidup. Sebab, hal hal tersebut akan mengancam eksistensinya sebagai individu. Termasuk pada gen Z

Oleh karena itu maka, ketika gen Z melihat berbagai fakta ketimpangan ekonomi, kesenjangan dimana mana, kesulitan hidup, serta kedzaliman kebijakan penguasa yang ada dihadapannya, wajar jika gen Z iku menyuarakan keresahannya. Hakikatnya ini adalah respon alami gen Z sebagai manusia.

Dewasa, hal yang perlu ditelisik lebih jauh adalah arah perubahan yang dilakukan oleh generasi saat ini termasuk gen Z dalam merespon perubahan. Sebab, mereka adalah agen of change yang memiliki potensial tinggi dalam melangsungkan aktivitas perubahan itu sendiri. Arah perubahan yang disuarakan menyentuh akar permasalahan akan mampu menyelesaikan masalah menahun yang ada di negeri ini. Akan tetapi arah perubahan yang tidak menyentuh akar masalah, hanya akan menjadi luka lama terus terulang hingga lintas generasi. Oleh karena itu gen Z bukan hanya bersuara karena nalurinya tersakiti tetapi perlu arah perubahan yang haq untuk menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Arah Perubahan Gen Z

Akar masalah dari kesenjangan, ketimpangan, serta kedzaliman menahun pada hakikatnya adalah adanya undang-undang yang tidak pro rakyat. Undang undang ini dibantuk oleh penguasa yang sangat sarat kepentingan ketika membuatnya. Hal ini adalah keniscayaan saat manusia diminta untuk menjadi penguasa mutlak atas manusia yang lain. Inilah konsekuensi logis dari mindset sekulerisme dalam bernegara. Ketika negara tidak menggunakan hukum Allah, maka negara harus membuat hukum dari manusia yang sarat kepentingan.

Oleh karena itu maka, akar masalah ini ahrus dicabut dengan menghilangkan mindset sekuelr dari kehidupan bernegara. Hal ini dapat dilakukan dengan meninggalkan demokrasi sebagai buah dari sekulerisme politik. Sehingga, selama arah perubahan gen Z masih memberikan harapan kepada demokrasi maka perubahan kondisi masyarakat tidak akan terjadi. Hanya akan menjadi luka lama yang terus berulang melampaui lintas generasi.

Kehidupan bernegara pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari agama. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna mengatur terkait ketatanegaraan serta bagaimana politik dilaksungkan sehingga menghasilkan kesejahteraan lintas zaman dan lintas generasi. Sistem politik Islam Khilafah Islamiyah dibangun atas dasar syariat yang dijadikan sebagai undang undangnya. Syariat ini bersumber langsung dari kitabullah dan Rasulullah yang sudah tervalidasai kebenarannya dari Allah Al Khaliq Al Mudabbir. Sehingga tidak ada perundungan yang sarat dengan kepentingan yang memicu pada kedzaliman, kesenjangan dan ketimpangan di tengah masyarakat.

Khilafah bahkan memiliki konsep politik ekonomi yang mengatur kepemilikan sehingga kekayaan tidak tertimbun pada pihak pihak tertentu saja. Khialfah juga sangat tegas dengan aktivitas kedzaliman yaitu dengan diberlakukannya sanksi tegas bagi pelaku korupsi. Hal ini didukung dengan langkah preventif pada kurikulum pendidiakn yang diatur mampu membentuk pemimpin yang shalih dengan mengajarkan tujuan hidup dan tujuan kepemimpinan sebagai abdullah bukan untuk mencari kekayaan.

Sehingga, menelisik dari hal ini sudah seharusnya arah perubahan yang dilakukan oleh gen Z tertuju pada Islam bukan lagi pada perbaikan demokrasi. Sebab akar masalah hari ini bukan hanya pada individu tetapi juga paada sistem yang sedang diberlangsungkan. Oleh sebab itu, pergantian individu pemimpin tidak akan membawa pengaruh signifikan pada negeri ini kecuali dibersamai dengan perubahan sistem yang haq. Wallahualam.

 

 

 

           

Bagikan Artikel Ini
img-content
Al Umm

Penulis

0 Pengikut

img-content

Simpul Ikatan Masyarakat

Senin, 11 Agustus 2025 16:28 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler