Sejarah dan Relevansi Radio untuk Gen Z

1 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi mendengarkan radio. Foto: Duc Kieu dari Pixabay
Iklan

Stasiun radio besar sudah memanfaatkan media sosial untuk menarik minat generasi Z.

Oleh: Sabila Syawalani, Politeknik Tempo


Radio di Indonesia masih bertahan meskipun tantangan dari platform digital semakin besar. Saat ini, radio tidak hanya hadir melalui frekuensi FM/AM, tapi juga bertransformasi ke platform digital seperti radio streaming, podcast, dan aplikasi mobile.Generasi muda mungkin jarang mendengarkan radio konvensional, tapi mereka tetap mengkonsumsi konten audio lewat Spotify, Noise, atau YouTube.

Stasiun radio besar seperti Prambors, Gen FM, Hard Rock FM, dan RRI sudah memanfaatkan media sosial (Instagram, TikTok, Twitter) untuk menarik audiens muda.

Radio kini bukan hanya media hiburan musik, tapi juga menjadi ruang diskusi, edukasi, dan promosi event. Artinya, radio masih relevan, hanya saja bentuk dan cara konsumsinya berubah mengikuti tren digital.

Contoh Kasus 

  • Prambors FM: Mengemas siarannya dengan program interaktif di Instagram Live, bahkan menggabungkan radio dengan konten video.
  • RRI Play Go: Aplikasi milik RRI yang memungkinkan pendengar mengakses siaran radio secara streaming.
  • Noise: Awalnya radio digital, kini berkembang menjadi platform podcast lokal yang menggabungkan radio dengan konten kreator.

Di era internet saat ini, pengelola radio dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan digital agar tetap relevan dan dekat dengan pendengarnya. Tidak cukup hanya mengandalkan siaran FM, radio perlu hadir di platform digital seperti streaming, aplikasi, atau setidaknya website resmi agar mudah diakses kapan saja. Selain itu, konten siaran juga sebaiknya dibuat fleksibel, misalnya dengan merekam ulang tayangan dan menghadirkannya dalam bentuk podcast sehingga bisa dinikmati ulang sesuai waktu pendengar. 

Untuk menjangkau generasi muda, kolaborasi dengan influencer atau content creator menjadi strategi penting agar radio tetap terasa segar dan dekat dengan tren terkini. Media sosial juga harus dimanfaatkan secara maksimal, seperti melalui TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Shorts untuk membagikan potongan siaran yang berpotensi viral. Terakhir, interaktivitas tinggi wajib dihadirkan, misalnya dengan mengadakan kuis online, polling, atau membuka ruang komentar real time lewat media sosial, sehingga pendengar merasa lebih terlibat dan memiliki kedekatan dengan radio yang mereka dengarkan.

Jika saya diminta sebagai konsultan untuk mendirikan radio baru, maka konsepnya bisa seperti ini:

Nama radio: GenZ Wave Radio

Target Audiens: Anak muda usia 15–30 tahun.

Konsep siaran: Campuran antara musik populer, talkshow ringan, edukasi (mental health, career tips), dan interaktif via media sosial.

Platform:

  • Frekuensi FM di kota besar.
  • Streaming di website & aplikasi mobile.
  • Upload ulang konten ke Spotify & YouTube.
  • Potongan highlight di TikTok & Instagram Reels

*) Tugas penulisan di Produksi Program Audio yang diampu ibu Rachma Tri Widuri, S.Sos., M.Si. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
sabila syawalani sabila

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler