x

cover buku Putri Sio

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 10 November 2020 11:28 WIB

Putri Sio

Perspektif Islam Tionghoa di masa akhir Majapahit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Putri Sio

Penulis: M. Hilmi As’ad

Tahun Terbit: 2009

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: KataKita                                                                                                   

Tebal: 460

ISBN: 978-979-3778-57-0

Novel ini berkisah tentang Putri Sio, selir Brawijaya V alias Kertabumi. Banyak referensi yang menyampaikan bahwa Brawijaya V mempunyai seorang selir yang beretnis Tionghoa yang kemudian melahirkan Raden Patah, alias Pangeran Jin Bun. Hilmi As’ad pun mengacu kepada beberapa sumber sejarah untuk merangkai kisah Putri Sio ini.

Hilmi As’ad menggunakan tokoh perempuan cantik yang bernasip buruk ini untuk menggambarkan betapa dekatnya masyarakat Cina di jaman Majapahit dengan Islam. Ia menggambarkan betapa Agama Islam adalah agama yang toleran dan tidak memaksakan keyakinannya kepada pihak lain. Di tengah-tengah kecurigaan yang besar masyarakat Islam Indonesia kepada etnis Tionghoa dan pandangan pihak non Islam tentang Islam yang garang, novel ini memberikan alternatif pemikiran yang membawa damai.

Novel yang terbit tahun 2009 ini tentu menjadi semakin relevan saat ini. Sebab kondisi perpecahan Islam – Tionghoa di Indonesia masihlah sangat kental. Demikian pun wajah Islam yang direguk oleh pihak-pihak non Islam masihlah Islam yang mudah tersinggung dan mau menang sendiri. Padahal Islam tidaklah seperti itu. Jadi, contoh Islam di era akhir Majapahit ini bisa menjadi teladan bagi kita yang hidup dalam kebhinekaan.

Kisahnya diawali dengan kegalauan Brawijaya V atas tuntutan sang Permaesuri Putri Champa. Putri Champa begitu cemburu kepada madunya, si Putri Cina alias Putri Sio. Sang Permaisuri menuntut supaya Putri Sio dibuang keluar Keraton.  Brawijaya V gagal membujuk Sang Permaerusi supaya mau menerima Putri Sio. Bahkan alasan bahwa Putri Sio sedang mengandung, tidak membuat Putri Champa mengendurkan tuntutannya. Setelah berdiskusi dengan para pembesar Keraton, Brawijaya akhirnya memutuskan untuk menyerahkan Putri Sio kepada adik tirinya, yaitu Arya Damar Sang Bupati Palembang.

Putri Sio yang sedang mengandung 6 bulan harus berlayar ke Palembang. Setelah melahirkan seorang anak lelaki, Putri Sio menikah dengan Arya Damar. Anak Putri Sio dengan Kertanegara diberi nama Raden Fatah alias Tan Jim Bun. Sedangkan anak Putri Sio dengan Arya Damar bernama Kin San alias Husein (Kusen).

Kehadiran Fatah dan Husein membuat Hilmi As’ad bisa menjelaskan bagaimana cara Islam mendidik anak. Meski Fatah adalah anak tiri, tetapi Arya Abdillah memperlakukannya selayaknya anak kandung. Selain membeberkan cara Islam dalam membesarkan anak, Hilmi As’ad juga sangat berhasil untuk mengkombinasikannya dengan ajaran berbakti kepada orang tua yang menjadi salah satu inti dari ajaran Konghucu yang dipegang erat oleh para orang Tionghoa di Nusantara. Hilmi As’ad berhasil membuat titik temu antara Islam dan ajaran Cina melalui episode ini.

Fatah dan Husen pergi ke Jawa. Pada awalnya Fatah alias Jim Bun ingin menemui ayahnya. Tetapi tujuannya kemudian berubah karena ia tertarik untuk berguru kepada seorang ulama di Ampel Denta. Melalui pelajaran yang diberikan oleh Sunan Ampel, Fatah menjadi sekain kuat keislamannya. Raden Patah memutuskan untuk melakukan syiar agama di wilayah Glagahwangi (Demak). Sedangkan Husein diangkat menjadi adipati di Terung (Mojokerto) oleh Kertabumi.

Keislaman Putri Sio sudah ditunjukkan sejak sangat awal novel ini. Sang Putri yang baru datang ke Majapahit digambarkan sudah mencari kiblat dan melakukan shalat. Sang Putri juga menghubungkan dirinya dengan makam orang-orang Islam yang ada di Tralaya. Hilmi As’ad menghubungkan makan Tralaya dengan para rombongan Cheng Ho yang pernah berkunjung ke Gresik sebelum Majapahit lahir. Islam yang dianut oleh Putri Sio adalah Islam yang lembut dan toleran. Hal ini digambarkan melalui cara Putri Sio memperlakukan pembantunya yang bernama Galutri. Galutri yang lebih muda diperlakukannya seperti adiknya sendiri. Putri Sio juga tak pernah menawarkan bahkan memaksa Galutri untuk ikut agamanya. Konsistensi Islam yang tidak memaksa orang lain untuk berpindah agama ini konsisten dilakukan bahkan sampai saat Galutri menyertainya tinggal di Palembang.

Perpindahan agama Arya Damar juga dilakukan secara sukarela. Arya Damar mengganti namanya menjadi Arya Abdillah. Selain karena alasan akan menikahi Putri Sio yang Islam, Arya Abdillah memilih Islam karena memang tertarik pada ajarannya. Ia telah menyaksikan keislaman orang-orang Tionghoa yang tinggal di Palembang. Melalui bimbingan Ahong Cen Kie, Arya Damar mengenal Islam yang rahmattan lil alamin. Sayang sekali pertobatan Arya Damar ini kurang mendalam digambarkan oleh Hilmi As’ad. Padahal episode perpindahan agama Arya Damar bisa menjadi sebuah proses yang sangat menarik jika dieksplorasi lebih lanjut.

Tokoh Ahong Cen Kie dan para Tionghoa Islam di Palembang melengkapi argumen Hilmi As’ad bahwa Islam dan Tionghoa pernah begitu mesra di Nusantara. Ahong Cen Kie adalah seorang ulama yang sangat paham tentang ajaran Islam. Ia menjadi pembimbing rohani bagi keluarga Arya Abdillah. Orang-orang Islam Tionghoa di Palembang digambarkan sebagai pedagang-pedagang yang baik dan jujur serta sangat loyal kepada pemimpin negeri.

Melalui novel ini saya mendapat kesan yang mendalam betapa Islam dan Tionghoa tak berjarak di masa Majapahit. Hilmi As’ad sangat berhasil mengungkapkan hal tersebut.

Namun sebagai sebuah kisah fiksi, novel ini terasa agak kering. Hilmi As’ad tidak berhasil mengeksploitasi aspek psikologi dalam cerita. Padahal banyak adegan yang memungkinkan digambarkan dengan sangat kuat jika aspek psikologi dipakai. Kisah pengusiran Putri Sio, perpindahan agama Arya Damar dan peristiwa saat Fatah mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung Arya Abdillah adalah beberapa bagian yang bisa ditulis dengan sentuhan psikologi. (541)

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler