Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - Kolom ini hadir sebagai ruang refleksi atas dinamika demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, ketika masyarakat sipil terus mencari cara untuk menegakkan kontrol terhadap negara. -Mitigasi - dipahami sebagai upaya pencegahan konflik sosial dan politik, sementara - Litigasi - merujuk pada proses penegakan hukum serta penyelesaian sengketa yang lahir dari ketegangan sipil-militer maupun antar-aktor politik. Melalui perspektif supervisi sosial, kolom ini menyoroti bagaimana lembaga non-pemerintah, media, serta komunitas akademik berperan sebagai pengawas kritis. Tujuannya jelas: memastikan demokrasi tidak hanya menjadi prosedur elektoral, tetapi juga praktik yang berpihak pada keadilan sosial. Dalam lingkup politik, kolom ini mengurai fenomena - grey area - purnawirawan militer, problem akuntabilitas hukum, hingga dilema skeptisisme publik terhadap institusi negara. Semua dibaca bukan semata dari sisi hukum formal, melainkan juga sebagai gejala sosiologis yang memengaruhi hubungan kekuasaan dan kepercayaan publik. Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - bukan hanya catatan akademik, melainkan juga ajakan untuk terus mengawal reformasi. Bahwa demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila ada keseimbangan antara negara yang berkuasa dan masyarakat yang berdaya mengawasi.
Antropologi Indonesia dan Manusia Jawa
1 jam lalu
Singkatnya, antropologi Indonesia dan manusia Jawa adalah cerita tentang bagaimana ilmu pengetahuan, sejarah, dan identitas saling berkelindan.
Oleh : Sabath El-Lawio.
Ketika berbicara tentang antropologi Indonesia, cepat atau lambat kita akan bertemu dengan manusia Jawa. Jawa bukan hanya pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia, melainkan juga ruang budaya yang sejak lama jadi perhatian para peneliti, baik kolonial maupun nasional. Dari sini lahir banyak gambaran tentang siapa orang Jawa itu, bahkan siapa orang Indonesia itu.
Sejarah antropologi di Indonesia berawal dari masa kolonial. Belanda mempelajari masyarakat pribumi dengan tujuan praktis: supaya lebih mudah mengatur, mengendalikan, dan memerintah. Antropologi saat itu ibarat ilmu tentang yang diperintah. Setelah Indonesia merdeka, disiplin ini berubah fungsi. Ia dipakai untuk memahami diri sendiri, mengenali keragaman budaya nusantara, dan membangun rasa kebangsaan.
Di sinilah manusia Jawa muncul sebagai kasus klasik. Banyak antropolog Barat, misalnya Clifford Geertz, meneliti Jawa. Dalam bukunya The Religion of Java, Geertz membagi masyarakat Jawa ke dalam tiga kategori: abangan, santri, dan priyayi. Tipologi ini terkenal di seluruh dunia, tapi juga dikritik karena terlalu menyederhanakan keragaman Jawa yang sebenarnya jauh lebih rumit.
Bagi antropologi Indonesia, manusia Jawa sering dijadikan semacam cermin nasional. Nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, rasa harmoni, dan kehalusan tutur sering diambil dari Jawa, lalu dipakai untuk mendefinisikan jati diri bangsa Indonesia. Namun, pertanyaan kritis muncul: apakah benar Jawa bisa mewakili Indonesia yang begitu beragam? Ataukah ini cara lain dari Jawa-sentrisme yang menutupi budaya daerah lain?
Manusia Jawa, dengan demikian, bukan hanya soal budaya Jawa itu sendiri, tapi juga tentang politik pengetahuan. Ia memperlihatkan bagaimana suatu kelompok bisa dijadikan representasi untuk keseluruhan bangsa. Dan lebih jauh, bagaimana antropologi berperan dalam membentuk cara kita memahami diri kita sendiri.
Hari ini, tantangan antropologi Indonesia bukan sekadar mendeskripsikan adat atau kebiasaan, tapi juga mengkritisi cara pandang lama yang masih terbawa dari masa kolonial. Termasuk mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh direduksi hanya ke dalam satu wajah, meski wajah itu adalah wajah Jawa.
Singkatnya, antropologi Indonesia dan manusia Jawa adalah cerita tentang bagaimana ilmu pengetahuan, sejarah, dan identitas saling berkelindan. Ia mengajarkan bahwa memahami manusia bukan hanya soal kebudayaan, tetapi juga soal kuasa: siapa yang menulis, siapa yang diteliti, dan siapa yang dianggap mewakili. (s.el lawio)

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Antropologi Indonesia dan Manusia Jawa
1 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler