Sewidhak Rolas; Kearifan Lokal Bersubstansi Universal
Jumat, 17 September 2021 17:18 WIB
Oleh: M.N.K Al Amin
Detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun, telah terlewati dan tak akan kembali. Hanya bisa dikenang dalam suatu catatan sejarah ataupun flashback ingatan-ingatan kita untuk bermuhasabah diri. Menghitung amal baik ataukah amal buruk yang telah kita anyam dalam hidup ini, menganyam lika-liku bak keris yang berluk-luk yang berlika-liku bagaikan gambaran hidup manusia, selalu dan selalu silih berganti, sedih-bahagia, miskin-kaya, tenang-galau, dan keadaan-keadaan lainnya yang berpasang-pasangan.
Akhirnya, mempunyai harapan perjalanan untuk berakhir lurus bagaikan ujung keris yang lurus sreet, mampu menganyam syirootol mustaqiim. Tidak lagi terbuai oleh warna-warni kemelut sambat (berkeluh kesah), karena sadar agar memperjalankan diri untuk selalu sebut (dzikir) asmaNya berjalan pada jalan yang lurus syiroot al-mustaqim. Sehingga, disinilah seorang pribadi di tempa untuk menjadi diri sendiri, sebagaimana lahirnya konsep-konsep dalam falsafah Jawa, di antaranya: seje sirah seje arah (lain orang lain pendapatnya), seje ambegan seje luwangan (lain kehidupan yang dilalui, lain pula kematiannya/ tanggung jawabnya).
Hal inilah yang nanti secara lebih khusus akan mengantarkan pada konsep mengenal diri. Dalam istilah tasawuf, mungkin lebih populer dikenalkan dalam hadis qudsi (من عرف نفسه فقد عرف ربه: Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri maka dia akan mengenal Tuhannya).
Di sinilah PR hidup pribadi untuk menempa diri agar bisa menjadi diri sendiri, seperti: tidak mudah untuk sakit hati ketika dikatain orang lain, tidak bangga ketika dipuji orang lain, dsb.
Namun, hidup sebagai manusia yang bermasyarakat, yang dikenal pula dalam istilah sosiologinya sebagai makhluk yang membutuhkan yang lainnya, zoon politicon, serta dalam konsep Islam dikenalkan pula bahwa manusia memikul amanah sebagai kholifah yang mempunyai tugas rahmatan lil 'alamin, tentunya mempunyai nilai-nilai universal untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya. Seperti, berdarma baik, adanya hukum kausalitas (sebab-akibat), adanya ajaran molimo atau dikenalkan pula dengan ajaran sewidak rolas, yang artinya bahwa nilai universal manusia sebagai insan yang bertanggung jawab dengan Tuhan dan makhluk lainnya, telah terumuskan pada surat ke-60 (Al-Mumtaĥanah), Ayat ke-12
Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka TIADA AKAN MENYEKUTUKAN ALLAH, TIDAK AKAN MENCURI, TIDAK AKAN BERZINA, TIDAK AKAN MEMBUNUH anak-anaknya, TIDAK AKAN BERBUAT DUSTA yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang
SEKIAN DARI SEWIDAK ROLAS, se<--more-->moga manfaat
#jika tidak berkenan harap dimaafkan
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
RidhoMu-Ya Rabbi
Minggu, 8 Oktober 2023 08:11 WIBBelajar Filosofi dari Salah Satu Nadzom Al-Fiyyah Ibn Malik
Kamis, 7 April 2022 14:42 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler