x

Iklan

Predianto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Senin, 15 November 2021 16:55 WIB

Karya Seni dan Logika

Artikel ini berisi tentang pekerjaan yang menyangkut banyak orang. Keberadaan pekerjanya seringkali tidak dihiraukan. Orang dengan mudah mengatakan hasil pekerjaanya bagus atau sebaliknya sesuai dengan pemakainya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Ketika kita akan pergi ke suatu tempat atau acara apakah yang kita pikirkan terlebih dahulu? Selain bekal yang harus disiapkan, hal yang paling mendasar adalah memikirkan busana. Bisakah kita mengenakan pakaian renang ketika akan pergi ke hajatan? Sebenarnya bisa, tetapi mungkinkah indah jika itu diterapkan? Untuk sekedar membahas busana, akan menjadi topik pembicaraan tersendiri. Baik berbicara tentang yang negatif maupun yang  positif. 

Busana adalah alat untuk menutup badan. Busana sudah mencangkup bagian atas dan bawah. Dari busana ini seseorang bisa dinilai bersikap sombong, sederhana atau bahkan minder. Berbeda jika kita sedang berada di lingkungan pendidikan yang notabene busana sudah ditentukan. 
Penentuan busana sebenarnya sedikit banyak mampu membiaskan perbedaan kelas sosial di lingkungan pendidikan. Berbeda dengan lingkungan pendidikan tinggi atau perkuliahan, terkait busana sudah dibebaskan karena setaraf mahasiswa diharapkan sudah mampu berfikir bahwa busana sebagai fungsi bukan gengsi. 

Busana menjadi penting dalam mempengaruhi budaya kehidupan masyarakat. Jika melihat fenomena zaman dahulu hingga sekarang, busana menjadi lambang heirarkis dan juga simbol di masing-masing daerah tertentu. Lantas, apakah busana ada begitu saja tanpa ada yang membuatnya dan kita tidak berfikir siapakah dibalik busana yang kita kenakan saat ini. 
Kain yang saling terhubung antara bagian lengan dengan badan, badan dengan kerah, ketepatan ukuran, keindahan ketika dipakai dan kerapian jahitan. Semua itu ada dan terdapat dalam hipotesis busana. Tentu ada aktor karya hasta di dalam semua karya indah dan bermanfaat di balik busana yang kita pakai sekarang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penjahit, kita seringkali melupakan atau dibuat tidak mau berfikir tentang hal yang bersifat mendasar akibat terlalu larut memikirkan hal-hal yang berada di permukaan. Seperti halnya petani, kita hanya bisa memikirkan bagaimana membedakan beras yang bagus, bagaimana cara memilih buah yang sempurna dan bagaimana lainya terkait dengan hal yang mendasar. Akibat membudayanya sikap tersebut akhirnya kita mudah sekali mencela makanan tanpa mau mengetahui perjuangan dibaliknya.

Begitu juga dengan busana, pemakai busana seperti berada di atas bukit dan penjahit seperti di dalam lautan. Ketika busana yang dipakai seseorang itu terlihat indah dan patut kalau orang Jawa menyebutnya, maka pujian itu hadir untuk si pemakai. Padahal, kita tidak tahu hubungan orang yang memakai tersebut dengan penjahitnya, bisa jadi si pemakai tersebut rewel kurang ini dan kurang itu hingga akhirnya jadilah baju yang indah untuk dipandang mata. 

Penulis tidak ingin mengajak memahami atau mencari tahu bagaimana proses membuat busana atau siapa yang membuat busana, tetapi mari kita mencoba memahami bersama bahwasanya dibalik yang kita sombongkan dan kita sederhanakan ini masih ada yang lebih sederhana yang nilainya lebih dari sekedar harga yang kita berikan saat membeli busana. 
Penjahit bagi penulis adalah pekerja seni dan logika. Ketika akan membuat pola, penjahit dihadapkan dengan ukuran-ukuran yang merepresentasikan bentuk dari tubuh si pemakai. Ada ukuran bagian leher, dada, pinggang, kaki, semua itu di olah dari angka menjadi garis yang saling berhubungan. 

Setelah semuanya selesai mulailah proses menjahit sesuai dengan pola. Kerapian dan kekuatan di sini sangat menentukan kwalitas busana. Karena rapi saja tidak cukup jika tidak kuat dan begitu juga sebaliknya. 

Penjahit adalah seseorang yang mempunyai jiwa seni terapan, di mana karyanya bukan hanya sekedar dilihat tetapi juga difungsikan. Pemikiranya memuaskan pelanggan dengan ukuran dan ketepatan pikiran. Jika tidak pas, dengan rendah hati siap dikembalikan dan membenahi. Formulasi ukuran dan ketepatan pikiran menjadi hal yang mendasar dalam menghadapi tantangan kehidupan. 

Ikuti tulisan menarik Predianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

51 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB