Efisiensi Pemantapan Materi Pendidikan Al Qur’an Menggunakan Latihan Soal Melalui Quiziz
Masa pandemi membuat kita semakin sadar dan belajar, bahwa kemerdekaan belajar bagi anak didik dan guru sangatlah diperlukan. Banyak siswa yang merasa jenuh dan akhirnya acuh saat guru menjelaskan mata pelajaran ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sedang berlangsung. Situasi ini tidak hanya sekali bahkan bisa dikatakan sering.
Kondisi tersebut dapat membuat jiwa siswa tertekan dan tidak nyaman dan akan sulit dalam menerima pelajaran selanjutnya. Bisa jadi anak-anak bisa menjawab pertanyaan yang akan diberikan, tetapi di lain waktu anak anak lupa akan pelajara itu seperti angin berlalu.
Merdeka belajar yang berarti sekolah, guru, dan siswanya mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Konsekuensinya, guru sangat diharapkan untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja.
Berdasarkan latar belakang inilah, penulis mengambil langkah untuk berinovasi dalam pemantapan materi melalui games quiziz. Anak-anak generasi Z yang lahir sektar tahun 1996-2000 an atau banyak juga yang menyebut mereka sebagai generasi alpha, bisa dibilang generasi ini merupakan generasi yang masih muda dan dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi.
Oleh karena itu, pemantapan materi melalui game quiziz sangat dinikmati anak-anak. Quiziz merupakan permainan kuis interaktif yang bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas. Data dari hasil permainan quiziz sendiri juga terekam dalam data statistik tentang hasil lembar kerja siswa secara langsung. Dengan permainan kuis interaktif quiziz ini, siswa menjadi merasa tertantang, karena ada skor yang terpampang di layar bagi yang menjawab secara cepat dan tepat. Selain itu, di dalam permainan quiziz ini langsung tertera rangking antar peserta quiziz, dan juga terdapat suasana musik untuk menyemangati, dan juga meme yang lucu yang dibuat sebagai akun.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan media game quiziz yaitu siswa tidak dapat mencontek antar temannya, karena soal yang diberikan kepada masing-masing siswa telah diacak secara otomatis. Soal yang dikeluarkan juga bisa disetting terkait dengan ketentuan waktu yang membuat siswa tidak punya kesempatan untuk bertanya dengan orang sekitar atau melihat buku catatan.
Dari beberapa hal diatas, dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan HR. Ali Bin Abi Thalib bahwa “Ajarkanlah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Ketika zaman berubah tentu tantangannya pun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman ini yang akhirnya juga berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak.
Ikuti tulisan menarik Zaenatun Ngamaliyah lainnya di sini.
