x

Bukan Cinta Sesaat

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 25 April 2024 19:27 WIB

Bukan Cinta Sesaat - Percintaan Pemuda Batak dengan Gadis Tionghoa

Permasalahan asimilasi orang Tionghoa melalui pernikahan selalu tidak mudah. Walaupun pernikahan tersebut antara orang Tionghoa dan Batak yang tidak terhalang agama dan budaya kuliner.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bukan Cinta Sesaat

Penulis: Mira W

Tahun Terbit: 1995

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 400

ISBN: 979-605-324-1

Papa nggak benci, asal dia tidak kawin sama Nina!” Kalimat yang tertera di halaman 158 itu mewakili gambaran pandangan orang Tionghoa terhadap pernikahan asimilasi.

Ada trend menarik saat saya mengamati karya fiksi bertema asimilasi orang Tionghoa dari awal Orde Baru sampai menjelang 1998. Karya-karya fiksi bertema asimilasi orang Tionghoa di awal masa Orde Baru (1970-1980) cenderung mendukung anjuran asimilasi. Sedangkan karya-karya setelah tahun 1990 cenderung mempertanyakan kebijakan asimilasi. Suatu saat saya akan menulis tentang perbedaan warna ini. Namun untuk sekarang saya akan mengulas karya Mira W yang terbit tahun 1995, yang isinya menggambarkan betapa sulitnya pernikahan asimilasi orang Tionghoa. Bahkan ketika asimilasi tersebut adalah antara Cina Benteng dengan suku Batak yang tidak terhalang oleh masalah agama dan mempunyai budaya kuliner yang tak menjadi perintang.

Judul yang dipilih oleh Mira W untuk membahas masalah pernikahan asimilasi antara perempuan Tionghoa dengan pemuda Batak adalah “Bukan Cinta Sesaat.” Judul ini membuat Mira W bisa menggambarkan perkenalan, perkawanan sampai tumbuh benih cinta Nina (Tan Siok Lan) dengan Rio Sitompul. Keduanya bertemu sejak SD. Rio yang badung berkawan baik dengan Nina. Sejak awal mereka sudah saling akrab sehingga bisa memanggil dengan panggilan “Hai Cina” dan dibalas “Hai Batak” tanpa ada rasa ketersinggungan. Bahkan panggilan tersebut menjadi panggilan mesra diantara keduanya saat mereka sudah saling cinta.

Penggambaran perkawanan dari sejak kecil sampai akhirnya saling jatuh cinta menunjukkan bahwa secara sosial tidak lagi ada jarak antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya di Indonesia. Namun ketika hubungan tersebut berlanjut ke pernikahan, persoalan muncul dari dua pihak. Pihak keluarga Nina tidak menyetujui hubungan tersebut karena prasangka ekonomi dan etos kerja. Sementara dari pihak Rio, urusan adat menjadi penghalang.

Mira W membungkus kisah percintaan ini dengan kasus ala detektif. Novel dibuka dengan kasus pembunuhan seorang pengacara di rumah kontrakan Nina. Mira W menggunakan alur bolak-balik untuk menyatukan cerita cinta antara Rio dengan Nina dan kisah penyelidikan pembunuhan dimana Rio menjadi tersangka utama.

Mira W menggunakan stereotipe bahwa Cina itu pedagang dan Batak itu bergerak di bidang hukum. Dalam novel ini, ayah Nina digambarkan sebagai pedagang yang ulet, bekerja keras, hemat dan tidak segan-segan mencari jalan liku untuk memperjuangkan bisnisnya. Sementara ayah Rio digambarkan sebagai pegawai bank yang taat hukum dan tidak bisa diajak “main.” Mira W mempertemukan keluarga Nina dan keluarga Rio melalui perkara pengajuan kredit ayah Nina ke bank dimana ayah Rio bekerja. Ayah Nina yang mencoba mengambil hati ayah Rio supaya ajuan kreditnya disetujui ditolak mentah-mentah oleh ayah Rio. Ayah Nina yang marah mengajak nasabah lain di bank tersebut untuk pindah ke bank lain. Akibatnya bank di tempat kerja ayah Rio mengalami kemunduran. Karena pihak bank merasa bahwa penyebab kemunduran bank tersebut adalah karena ayah Rio yang bersikap kaku, maka pihak bank membuang ayah Rio. Perseteruan ini membuat hubungan Rio dengan Nina menjadi semakin rumit.

Meski masih saling cinta tapi merasa buntu, Nina dan Rion mengambil jalannya masing-masing. Nina memutuskan untuk kuliah kedokteran ke Jerman, sementara Rio menikahi Sulastri teman akrab Nina dan Rio saat SMA. Namun waktu mempertemukan mereka kembali. Cinta yang masih membara, karena bukan cinta sesaat, membuat keduanya mengambil keputusan untuk melanjutkan hubungan secara sembunyi-sembunyi. Persoalan menjadi semakin rumit karena Nina hamil, sementara Rio tidak tega menceraikan Sulastri. Sulastri adalah perempuan Jawa yang sangat mencintai Rio. Sementara Rio, meski tidak mencintai Sulastri merasa bahwa Sulastri telah memberikan seluruh hidupnya kepadanya.

Bagaimana ending dari hubungan mereka? Mira W tidak memberikan solusi akhir. Pembaca silakan memilih apakah hubungan mereka berakhir menyedihkan atau happy ending. Mira W hanya menyampaikan bahwa mungkin diperlukan 2 generasi lagi supaya hubungan cinta seperti yang dialami oleh Nina dan Rio bisa sampai ke pernikahan. 831

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler