x

Pilkada 2020

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 18 Februari 2022 19:06 WIB

Indonesia dalam Rayuan Siapa?

Dalam suasana rakyat yang terus terpuruk, masalah Wadas belum kelar, ada masalah JHT, UU IKN diteken meski ... , kebijakan corona terus bikin bingung rakyat, biaya naik haji diusulkan naik? Sementara para pencuit yang digaji dari uang rakyat pun terus bebas memperkeruh suasana hingga negeri terkini, benar-benar penuh dengan Rayuan Siapa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam suasana rakyat yang terus terpuruk, masalah Wadas belum kelar, ada masalah JHT, UU IKN diteken meski, kebijakan corona terus bikin bingung rakyat, biaya naik haji diusulkan naik? Sementara para pencuit yang digaji dari uang rakyat pun terus bebas memperkeruh suasana hingga negeri terkini, benar-benar penuh dengan Rayuan Siapa?

Bila masih hidup, yakin Ismail Marzuki akan sedih bila Indonesia terkini tak lagi seperti dalam lirik-lirik lagu yang ditulisnya. Terutama lirik-lirik lagu Rayuan Pulau Kelapa. Rakyat Indonesia juga bertanya, ke mana Rayuan Pulau Kelapa itu? Mengapa sekarang diganti Rayuan Siapa?

Sebagian besar rakyat Indonesia, tentu masih lekat dan ingat, saat Lagu Rayuan Pulau Kelapa bahkan digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa itu. Terlebih, bangsa Indonesia akan terus berterima kasih kepada Ismail Marzuki, yang mendapat anugerah penghormatan pada tahun 2004 sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ismail Marzuki juga terus dikenang abadi, dalam wujud Taman Ismail Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat.

Kembali kepada Rayuan Pulau Kelapa. Sejatinya, tidak diketahui pasti kapan lagu Rayuan Pulau Kelapa ini diciptakan oleh Ismail Marzuki. Namun, dia hidup pada massa 1914-1958, dan mulai menulis lagu sejak tahun 1931 dengan lagu Oh Sarinah sebagai karya pertamanya.

Artinya, lirik lagu Rayuan Pulau Kelapa yang mempersonifikasikan Indonesia, sebab berisi tentang keindahan alamnya, mulai dari flora, kepulauan hingga pantainya, ini terjadi di antara tahun tersebut. Namun, hingga tahun 1990an, rakyat Indonesia masih menikmati lagu tersebut. Pasalnya, lagu ini sangat populer karena digunakan sebagai penutup siaran TVRI setiap malam.

Malah TVRI sempat menggunakan lagi lagu Rayuan Pulau Kelapa pada closedown di tahun 2014 lalu.Beberapa stasiun televisi swasta juga pernah menggunakan lagu Rayuan Pulau Kelapa sebagai closedown atau penutup siaran. Di antaranya, Indosiar, Trans TV, DAAI TV, dan RCTI. Radio milik pemerintah, RRI Programa 3 juga pernah menggunakan penggalan nada lagu ini, terutama dua baris terakhir refrain. Mereka menggunakannya sebagai sinyal interval menjelang awal jam.

Selain itu, lagu Rayuan Pulau Kelapa rupanya juga pernah direkam oleh Gordon Tobing, dan menjadi populer di Uni Soviet (negara Rusia sekarang) pada era 1950-an. Saking populernya di Rusia, lagu Rayuan Pulau Kelapa ini pun sempat diaransemen oleh seorang komposer bernama Vitaly Geviksman. Kemudian, dibawakan dalam bahasa Rusia oleh penyanyi Maya Golovnya.

Sayang, kini negeri sang empunya Rayuan Pulau Kelapa, sudah banyak berubah. Tak seperti nyatanya, sebab liriknya pun mengisahkan fakta tentang Indonesia pada massanya.Dari lirik lagu itu, mana yang kini keadaannya tidak sesuai?

Indonesia Rayuan Siapa?

Wahai orang-orang yang takut kehilangan bukan miliknya. Lihatlah kegelisahan rakyat Rayuan Pulau Kelapa, yang kini kalian terus jajah. Dengan menyebut atas nama rakyat, kalian terus berpesta pora demi kepentingan pribadi, keluarga, dinasti, oligarki, dan terus melayani kepentingan para pemodal (cukong).

Semua yang kalian lakukan selalu atas nama rakyat. Investasi. Membangun dan membangun infrastruktur. Sebenarnya membuka jalan dan jalan tol untuk mengangkut apa? Punya siapa? Melayani siapa? Kereta cepat untuk siapa. Ibu Kota Negara baru untuk siapa? Komisioner KPU dan Bawaslu baru juga sandiwara siapa?

Ingat, rakyat masih ingat bagaimana kalian terus mengobok-obok iuran BPJS Kesehatan. Rakyat tak pernah lupa bagaimana kalian secara terstruktur melemahkan KPK. Tarif listrik dan harga BBM pun terus jadi otak-otik.

Lalu, kelangkaan minyak goreng, siapa yang bermain? Rakyat juga tahu siapa penguasa minyak goreng di negeri rayuan pulau kelapa ini, yang kini berganti menjadi negeri yang digusur sawit. Oleh siapa? Kedelai pun ikutan bermasalah?

Tak henti di situ, kasus Bendungan Wadas pun mencuat dan semakin memberi bukti siapa di baliknya. Untuk kepentingan apa?

Tak puas dengan semua itu, JHT 56 tahun juga diluncurkan, semakin menunjukkan bahwa pemerintahan ini layaknya negeri kerajaan.

Situasi pandemi corona juga terus dimanfaatkan agar yang jualan alat test laku. Rumah sakit laku. Bilang pemerintah sudah keluarkan dana triliunan. Uang itu apakah banyak yang diserap rakyat? Siapa yang banyak untung? Uang itu ke mana? Siapa yang bikin perusahaan untuk mengeruk untung dari kasus corona? Bansos pun siapa yang mengkorupsi?

Rakyat pun terus heran. Kepala Negara terus membikin kerumunan, tapi tetap aman dan diamankan. Bagaimana dengan rakyat?

Enaknya duduk direzim sekarang. KPU dan Bawaslu pun tinggal diisi oleh orang-orang yang sudah diskenario? Untuk apa coba, bila bukan dalam rangka mempertahankan kekuasaan yang bak kerajaan?

Wah-wah, dalam suasana rakyat yang terus terpuruk, masalah Wadas belum kelar, ada masalah JHT, UU IKN diteken meski, kebijakan corona terus bikin bingung rakyat, biaya naik haji diusulkan naik? Sementara para pencuit yang digaji dari uang rakyat pun terus bebas memperkeruh suasana hingga negeri terkini, benar-benar penuh dengan Rayuan Siapa?

Bila Ismail Marzuki masih hidup, tentu sedih. Rayuan Pulau Kelapa berubah menjadi Rayuan Siapa?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler