x

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Selasa, 31 Mei 2022 18:50 WIB

Kang Sunar Memeluk Bantal Butut

Ini kisah tentang lelaki yang mencoba mewujudkan mimpi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Beralas cita-cita dan berbantal mimpi, Kang Sunar berangkat ke kota. Tekad itu semakin kuat, saat sahabat masa kecilnya silaturahmi ke rumah, waktu lebaran kemarin.

Narto sahabatnya itu berkisah bagaimana hijrah demi mengubah peruntungan itu perlu dilakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Mumpung kamu masih muda. Jangan mikir kawin melulu, tapi modal kamu cuma cinta!”

“Sekolahku nggak seperti kamu, Narto. Aku cuma lulusan SMA.”

Narto tak mau berdebat. Ia hanya memberikan sejumlah informasi jika Kang Sunar berniat ke kota.

“Itu aja. Kemasi barang-barangmu dari sekarang. Matur dan mohon doa restu sama Emak, supaya hidupmu selalu berkah.”  

 

***

Saat yang ditentukan tiba. Kang Sunar ikut Narto ke kota. Bantal butut alas mimpinya tiap malam dia bawa.

“Kamu itu kok masih senang yang model begitu ya Nar.”

“Maksudmu, To?”

“Itu jimat jelek itu kamu bawa-bawa.”

“O, bantal ini?”

Narto tidak paham ada kisah di balik bantal butut ini. Bantal ini sebenarnya biasa. Hal yang menjadi luar biasa, karena bantal ini berisi sejumlah buah kapuk randu yang dia kumpulkan saat buah randu itu berjatuhan. Dengan tekun, Kang Sunar mengupas dan menjemur dengan hati-hati. Sebab, jika tidak kapuk yang sudah kering itu bakal beterbangan.

Sarung yang digunakan sebagai bantal, adalah kain bekas punya Emaknya. Ia jahit sendiri. Ia bentuk sendiri bantal tersebut dalam bentuk huruf S. Entah ide tersebut didapatkan darimana.

 

Dengan bantal itu, Kang Sunar selalu nyaman dengan mimpi-mimpi indahnya: tentang apa saja. Ia pernah mimpi usai lulus SMA, ingin kuliah di kedokteran. Ia pernah mimpi bisa memberangkatkan Emak dan Bapaknya, menunaikan haji ke tanah suci. Ia juga melalui bantal itu, mimpi akan menyunting si Iwar. Ya Waryuni, kembang desa anak Pak Guru SD.

***

Narto memberikan pilihan kepada sahabatnya, hanya mau bekerja atau bekerja sambil kuliah. Kedua pilihan tersebut, disodorkan kepada Kang Sunar yang sedang mengagumi sukses sahabat kecilnya ini. Rumahnya mewah. Ia memiliki banyak karyawan. Rukonya ada dimana-mana.

“Aku bingung To.”

“Kenapa?”

“Kamu tak berubah.”

“maksudmu?”

“Kamu selalu baik kepadaku sejak dulu.”

 

***

Kang Sunar memeluk bantalnya. Ia memeluk seerat-eratnya. Ia memeluk mimpi-mimpinya. Pagi berkelebat secepat cahaya. Ia tidak lagi mulet.

 

Ia bangun, bergegas dan bertolak mewujudkan mimpinya: yang dulu-dulu itu!

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu