x

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

Selasa, 30 April 2024 17:34 WIB

Amati, Tiru dan Modifikasi Bukanlah Kebiasaan Karya yang Baik

Lebih baik berkarya hasil olah pikir sendiri walau hasilnya dirasa tak maksimal, daripada hasil karya bagus dan terlihat menarik, tapi sesungguhnya bukan murni hasil olah kita yang asli dari pikiran kita sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bercerita menjadi seorang peniru, saya pernah mengalaminya, dan hal itu membuat saya menyesal karena menyia-yiakan keahlian yang dipupuk dari sejak kecil berdasarkan hobi dan minat saya semenjak dulu, yakni menggambar dan melukis.

Sejak TK hingga SMA kelas 2, saya gemar melukis hingga mendapatkan apresiasi dari guru dan teman sekolah saya saat itu, karena saya mengandalkan kemampuan sendiri dalam menggambarkan sesuatu melalui lukisan.

Namun kesalahan saya lakukan sejak SMA kelas 3, kesalahan itu karena saya ingin mendapati lukisan yang bagus dan sangat maksimal hasilnya, saya melakukan teknik tracing atau meniru pola lukisan anime yang sudah ada. Inilah yang saya maksud dari kebiasaan yang tidak baik yakni amati, tiru dan modifikasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan kesalahan tersebut makin diperparah karena saya memposting ilustrasi artikel secara online menggunakan gambar saya sejak SMA dari hasil tracing tersebut. Sehingga saya membuat diri sendiri kehilangan kepercayaan soal lukis melukis dari penikmat seni melukis itu sendiri, sebab stigma saya seorang tracer melekat pada kepelukisan saya. 

Akibat dari kesalahan saya yang masih polos dan lugu memposting lukisan hasil tracing tersebut, saat saya mencoba kembali menggambar Anime, otak saya terbebani, saya sampai merasakan sakit kepala, dan pada hari itu juga saya tepar.

Inilah pelajaran berharga mengapa kebiasaan amati, tiru dan modifikasi ini sejatinya tidak baik, karena selain meruntuhkan kepercayaan publik pada kita soal originalitas karya, juga menghambat potensi kita untuk berkarya karena kebiasaan tidak baik yang diawali dari diri kita sendiri.

Lebih baik berkarya hasil olah pikir sendiri walau hasilnya dirasa tak maksimal, daripada hasil karya bagus dan terlihat menarik, tapi sesungguhnya bukan murni hasil olah kita yang asli dari pikiran kita sendiri.

Sementara itu bagaimana dengan amati, tiru dan modifikiasi dalam dunia kepenulisan? Jika saya amati memang tak sedikit seorang pelajar yang berkarya tulis bukan murni dari hasil olah pikirnya sendiri, melainkan comot tulisan orang, lalui ia amati mana yang dapat dimodifikasi kata-katanya, lalu ia mengklaim karya hasil ATM itu adalah karya pribadinya. Sungguh itu bukanlah hal yang bagus dalam dunia karya. Karena suatu karya yang diawali oleh kebohongan, niscaya menjadi buah karma yang buruk dipetik di masa mendatang.

Saran saya kepada sahabat pembaca yang ingin memulai karir kepenulisan berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya jalani sebagai penulis media online seperti Kompasiana dan Indonesiana. Sebaiknya kita memulai debut menulis kita dengan karya tulis hasil olah pikir kepala kita sendiri, bukan dari hasil ATM, apalagi plagiasi wah itu sangat menghancurkan reputasi kepenulisan kita.

Maka berterima kasihlah pada guru di sekolah dan dosen di kampus kita yang memarahi kita saat mencontek di saat ulangan. Karena realita setelah kita lulus dari sekolah dan kampus itu, sangat menyakitkan apabila kita kehilangan kepercayaan orang banyak. Sulit untuk membangun kepercayaan itu kembali, apalagi kalau usia kita sudah tidak lagi muda.

Demikian kisah yang saya lalui sepanjang hidup di masa muda yang kini mau berkepala 3. Ya mudah-mudahan menjadi renungan bagi kita semua, untuk menjaga kejujuran dan dedikasi dalam dunia karya, terutama dalam dunia kepenulisan, karena tulisan kita bakal tercatat dalam sejarah yang dibaca generasi demi generasi berikutnya.

Cimahi, 30 April 2024.

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu