sepertinya ada sesuatu yang selalu ingin diungkapkan dalam setiap pulang ke Malang
jalan-jalan keliling Malang
tak tentu arah
jalannya masih lengang
udaranya dingin
membuat kamu tambah erat memeluk pinggangku dari belakang boncengan motor menyusuri jalan dinoyo melewati betek tembus oro2 dowo
kulirik jam kuno di pertigaan PLN yang ternyata mati tidak pernah diperbaiki
sepanjang jalan Kayu Tangan mulai berjajar orang jualan sate komoh, makanan favoritku
aku ajak kamu makan, tapi kamu bilang tidak masih kenyang
aku ceritakan kenapa dinamakan jalan Kayu Tangan
karena dulu sepanjang jalan ini tumbuh pohon trembesi
dahannya sampai menjulang menutup atas jalan berbentuk seperti tangan
kamu tertawa kecil saja mendengar ceritaku yang entah benar atau tidak
sepertinya ada sesuatu yang selalu ingin diungkapkan dalam setiap pulang ke Malang
maaf, waktu itu agak kemaleman balik ke rumahmu
karena menghabiskan waktu bersama kamu ngga bakalan terasa
jalan-jalan keliling Malang
tak tentu arah
jalannya masih lengang
kabut malam mulai turun
udaranya tambah dingin
sesampainya di stasiun Tugu
pemandangan seperti biasa mbak-mbak berbedak dan bergincu tebal,
yang bersaing dengan mas-mas yang pakai rok mini
kamu cubit pinggangku ketika mbak-mbak atau mas-mas itu menyapa “mampir mas”
sepertinya ada sesuatu yang selalu ingin diungkapkan dalam setiap pulang ke Malang
jalanan tambah lengang
udaranya semakin dingin
kamu tambah peluk erat pinggangku
tapi namanya rencana, setiap saat bisa berubah
aku lulus
kamu lulus
rencana pun jadi berantakan
pilihanmu beralih
diamput kamu
Ikuti tulisan menarik saptaemha@gmail.com lainnya di sini.