"Hic est enim calix sanguinis mei novi et aeterni testamenti..."
nanti kita potong lagi cinta + sunyi
maut ternyata begitu dekat
& mengagetkan, seperti
bunyi gedebruk sebatang beringin
jatuh di rimba raya dadamu
ada huruf H harus jadi tangga
buat juru selamat
turun dari atas tiang rambu jalan
gatot subroto belok ke kiri
ini kubungkuskan sekerat roti
bekalmu berangkat demonstrasi
berbagilah
walau hanya ada sepotong
buat bapak polisi
& rasa lapar kita sendiri
atau sekadar
properti instastory
dengan latar pagar berduri
menusuk kepalaku yang murung
melubangi undang-undang
& membobol keadilan
berjalanlah terus ke utara
kota & arloji kita
seperti ikan & kura-kura
masuk perangkap sebuah bubu
hari depan masih begitu panjang
seperti rantai jangkar
dilemparkan dari buritan kapal
menggetarkan pita suara
masa kecil kita
di antara bising knalpot rx-king
& bendera partai berkibar
di tengah kemacetan
hari senin hingga sabtu
kita harus mendaki jalan berbatu
tertatih ke puncak sebuah bukit
berdarah-darah, seperti
tanggal merah & hari minggu
atau seperti darah betulan
muncrat dari hidungmu
& jadi noda pada popor senjata
yang entah milik siapa
sampai kelak
yang berdiri sendiri
tinggal bahasa
ia mencintaimu begitu tulus
demokrasi adalah bibir cawan
yang menolak dikenali kamus kita
menjelma sebagai mitos
& nama-nama, bersembunyi
di pinggiran sajak-sajakmu
2022
Ikuti tulisan menarik Gilang Perdana lainnya di sini.