x

Iklan

Advist Khoirunikmah

advistkhoirunikmah
Bergabung Sejak: 9 Maret 2022

Selasa, 4 April 2023 13:46 WIB

Hilangnya Satu Kepingan Puzzle Indonesia dan FIFA

Indonesia dan FIFA mendadak kelilangan satu puzzle yang amat penting bagi kelangsungan kerjasama mereka. Apakah satu puzzle ini benar-benar akan hilang selamanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga tahun. Waktu yang tidak sebentar mempersiapkan segala kebutuhan sebagai tuan rumah ajang sepak bola Piala Dunia U-20 2023. Negara dengan penggemar sepak bola nomor 2 di dunia ini sungguh memiliki niat, tekad serta kemauan yang tinggi mengikuti berbagai bentuk seleksi panjang demi meyakinkan Feredation Internationale Football Association (FIFA) bahwa Indonesia , layak, mampu dan siap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang membanggakan.

Perjuangan tahap awal berhasil dilewati. Kerja keras berbagai pihak membuahkan hasil sangat manis. FIFA mempercayakan Indonesia untuk menjadi tuan tumah di ajang kelas dunia. Brasil dan Peru yang menjadi teman tiga besar saingan lalu terpaksa harus berlapang dada.

Oktober 2019 menjadi bulan spesial bagi Indonesia. Kesibukkan demi kesibukkan terus menyinari. Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden FIFA, Gianni Infanto beserta jajaran pemerintah dan tim FIFA melakukan diskusi panjang selama dua  jam di Istana Merdeka pada 02 November 2019. Diskusi tersebut membahas seluruh hal yang berkaitan dengan persepakbolaan Indonesia kedepannya dan juga tatanan manajemen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seriusnya Indonesia memperhatikan persiapannya menjadi tuan rumah, Presiden Jokowi sebelum menghadiri sidang pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN yang berlangsung di Impact Exhibition & Convention Center, Bangkok Thailand, menyempatkan di sela tersebut mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Boadroom Hotel Grand Hyatt Erawan, Bangkok. Tak hanya dari segi pemerintah, pemilihan Tim Nasional (TIMNAS) U-20 Indonesia terbaik  segera dibentuk dan dilatik oleh pelatih terbaik.

Sebagai tuan tumah, selain ingin menghadirkan fasilitas sarana dan manajemen yang terbaik juga menghadirkan pemain terbaik. Bahkan supporter tanah air yang dikenal “kurang berbaur”, kini secara khusus menyambut ajang Piala Dunia diberi perbekalan professional agar dapat menjadi supporter yang supportif apapun yang terjadi.

Tak terasa, hampir menjelang dua tahun Indonesia mengerahkan seluruh kerja keras dan usahanya. Namun, Indonesia masih belum mengetahui siapa saja peserta yang akan mengikuti ajang perlombaan sepak bola kelas dunia karena sejak resmi terpilih menjadi tuan rumah. Para peserta masih melalui tahap kualifikasi.

Bulan Juli 2022, Indonesia tidak menyangka bahwa negara yang menjadi musuhnya selama ini menjadi salah satu peserta lolos kualifikasi Piala Dunia U-20. Israel adalah satu dari banyaknya negara yang berhasil lolos. Problematika pro kontra mulai ramai diperbincangkan mengenai masuknya Israel ke Indonesia, meski hanya sebagai peserta Piala Dunia.  Sejumlah pejabat dan tokoh publik ramai-ramai menyuarakan penolakannya terhadap keikutsertaan Tim Nasional Israel (TIMNAS Israel) dalam ajang Piala Dunia U-20  di Indonesia. Para politisi yang melakukan penolakkan menilai bahwa komitmen Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina disebabkan penjajahan oleh Israel.

Namun sebaliknya, hal tersebut justru bertentangan pendapat yang disampaikan Duta Besar Palestina Untuk Indonesia, Zuhair Al-Shum menyatakan tidak masalah  Israel masuk ke Indonesia sebagai peserta Piala Dunia, sebab Israel sudah melalui proses kualifikasi yang sah dan seharusnya dan juga event tersebut tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak sukanya dengan suatu negara. Segala bentuk peraturan yang dibuat oleh FIFA memang sudah seharusnya ditaati dan diikuti.  Zuhair Al-Shum juga memberikan keyakinan bahwa dukungan, komitmen Indonesia terhadap Palestina tidak akan pernah berkurang. Presiden Jokowi juga satu pendapat dengan Duta Besar Palestina Untuk Indonesia dalam masalah Israel akan masuk ke Indonesia sebagai peserta. Jokowi juga menilai urusan politik dan olahraga tidak bisa dicampur adukkan.

Nasi sudah menjadi bubur ternyata berlaku untuk Indonesia dan industri sepak bola. Rabu, 29 Maret 2022 pada pukul 22.00 menjadi guncangan besar bagi sepak bola tanah air. Melalui laman situs resminya, FIFA menyatakan bahwa Indonesia dihapus menjadi tuan rumah ajang Piala Dunia U-20 2023 yang akan berlangsung pada Mei-Juni 2023. Dua bulan menjelang hari H kompetisi dunia. Sebelum pemutusan ini disahkan, Presiden Jokowi juga sudah menginstruksikan Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir untuk lansung mengunjungi FIFA yang berada di Qatar agar sama-sama berdiskusi mencari solusi terbaik. Ternyata, setelah perjuangan Ketua PSSI terbang hingga ke Negeri Qatar, keputusan terbaik itu ialah dihapusnya Indonesia sebagai tuan rumah. Sebuah ujian yang sangat besar dan berat bagi Indonesia menghadapi  musibah yang hanya sekejap mata terjadi.

Berbagai pihak baik dari masyarakat, pemain TIMNAS sampai pakar olahraga dan politik menyayangkan hal tersebut, karena tidak menyangka efek dari penolakkan yang terjadi mempunyai pengaruh sangat besar bagi perjuangan menjadi tuan rumah ajang Piala Dunia 2023.

Sebuah pembelajaran dan catatan penting yang harus betul-betul diingat jika perlu ditulis dengan rapi oleh para pejabat penting pemerintah jika ingin menyampaikan pendapat maupun suaranya soal suatu event besar yang menyangkut berbagai negara hendaknya lebih dipikirkan dengan matang, berdiskusi terlebih dahulu dengan berbagai ahli terkait, berbagai kemungkinan yang terjadi jika pendapat tersebut diketahui publik. Juga pentingnya terus menjaga komitmen, dan kepercayaan penuh suatu negara terhadap Indonesia.

Kini, kepercayaan FIFA terhadap Indonesia yang hampir seluruhnya utuh, kini bagaikan satu kepingan puzzle yang hilang. Puzzle hampir tersusun sempurna , tapi jika satu puzzle lagi tidak ditemukan, maka tidak akan membentuk puzzle yang indah. Jika Indonesia sejak dahulu hingga sekarang dan seterusnya bisa melakukan komitmen mendukung Palestina merdeka, mengapa Indonesia tidak bisa menjaga kepercayaan FIFA terhadap ajang perlombaan sepak bola dunia yang sudah kokoh terbangun dengan segala usaha dan keringat maksimal, dengan menyambut Israel untuk datang sebagai peserta sepak bola yang sudah lolos kualifikasi resmi yang jelas tidak ada kaitannya sama sekali antara penjajahan dan pertandingan?.

Ikuti tulisan menarik Advist Khoirunikmah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler