x

Sandiaga Uno dan Ganjar Pranowo bersama dengan keluarga mereka bertemu di Bandara King Abdulaziz International Airport, Jeddah. Sumber: Instagram Sandiaga Uno.

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Minggu, 2 Juli 2023 08:22 WIB

Sandiaga Uno, Buah Simalakama bagi Ganjar Pranowo


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kurang dari empat bulan menjelang pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu 2024 dinamika politik di Indonesia menjadi orkestrasi politik yang menjadi hiburan banyak orang. Pada awal tahun ini saja kita sudah mendengar keluarnya Sandiaga Salahudin Uno (Sandiaga Uno) dari Partai Gerindra. Isu bakal keluarnya Sandiaga sudah terdengar sejak akhir tahun lalu. Apalagi terlihat Sandiaga masih berambisi untuk bersaing dalam Pilpres mendatang. Pada tahun 2019 ia harus menelan kekalahan dari pasangan Jokowi-Ma-aruf Amin.

Posisi Sandiaga yang tidak masuk partai politik manapun tidak berlangsung lama karena pada pertengahan Juni 2023 Sandiaga Uno resmi masuk PPP. Saat itu   posisi PPP sudah resmi mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres mereka bersama PDIP.

Masuknya Sandiaga Uno ke PPP dimanfaatkan oleh PPP untuk memasukkan nama Sandiaga kedalam bursa calon wakil presiden pendamping Ganjar dengan tujuan bisa mendongkrak suara partai yang disetiap pemilihan legislatif mengalami tren penurunan dan terancam keluar dari parlemen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei pasangan Ganjar-Sandi memiliki potensi dan disenangi oleh para pendukung Ganjar bersaing dengan nama Menteri BUMN sekaligus Ketum PSSI Erick Thohir. Sandiaga dianggap oleh sebagian orang sosok pelengkap Ganjar karena Ganjar tidak memiliki kekuatan yang signifikan di luar pulau Jawa terkhususnya Pulau Sumatera. Disisi lain Sandiaga Uno justru memiliki pendukung yang berada diluar pulau Jawa terutama di Sumatera. Itu terlihat dari pada saat Pilpres 2019 ketika Sandiaga berpasangan dengan Prabowo, Paslon ini berhasil menguasai Sumatera bahkan mampu menang telak di Provinsi Aceh dan Sumatera Barat.

Namun pasangan Ganjar-Sandiaga ini bisa menjadi perjudian sendiri karena mengingat rekam jejak Sandiaga yang pernah berpasangan dengan Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017. Saat itu pasangan Anies-Sandiaga dibenci banyak orang karena dianggap melakukan politik identitas. Mereka dinikai  menyudutkan Basuki Tjahja Purnama (BTP) yang dibilang menistakan agama terkait pidatonya di masyarakat Kepulauan Seribu.

Kini, Sandiaga akan menjadi buah simalakama bagi Ganjar karena Sandiaga yang tidak akan terlepas dari stigma pengguna politik identitas. Kalangan yang menggemakan hal itu adalah pendukung Ahok/BTP yang diduga nakal endukung Ganjar pada Pilpres 2024.

Jika Ganjar-Sandiaga terealisasi bukan tidak mungkin Ganjar akan ditinggal para pendukung itu.  Karena mereka akan merasa dikhianati oleh Ganjar karena memilih berpasangan dengan orang yang menggunakan politik identitas. Meski hal itu tidak berlaku pada Presiden Jokowi ketika berpasangan dengan Ma’ruf Amin yang merupakan salahsatu ulama yang menyatakan BTP memang menistakan agama Islam pada saat pidatonya di Kepulauan Seribu. Ini tidak memengaruhi para loyalis BTP yang mendukung Jokowi ketika itu dan berhasil membuat Jokowi mempertahankan posisi RI 1.

Tetapi berbeda dikontestasi sekarang dikemungkinan akan ada tiga calon presiden dan berbeda dengan Prabowo pada kampanye Pilpres 2019 yang sangat menggebu-gebu dan cenderung menjelek-jelekkan pemerintahan sangat keras sudah berada dikubu kekusaan dan pihak yang dianggap sebagai kubu oposisi, Anies Baswedan, tidak melakukan kritik sangat keras kepada Presiden Jokowi dan cenderung mengkritik kebijakan yang beberapa diantaranya menjadi persoalan juga diantara koalisi pemerintahan sendiri seperti subsidi mobil listrik.

Dengan begitu pasangan Ganjar-Sandiaga menjadi memiliki potensi mengalami kegagalan dengan rekam jejak politik Sandiaga pada Pilkada DKI 2017 lalu dan ditengah paslon yang lebih dari 2 calon dengan terdapat 2 calon yang berada dikubu pemerintahan. Tentu ini sudah menjadi bahan pertimbangan PDIP sebagai calon pengusung utama Ganjar dalam memilah cawapres pendamping Ganjar dengan menahan pengumuman cawapres dan mencoba melirik calon lain yang memiliki potensi melengkapi kekuarangan Ganjar seperti Ridwan Kamil yang sempat dikatakan oleh Sekjen Hasto pada peringatan bulan Bung Karno beberapa waktu lalu di GBK yang kesemua itu dilakukan untuk bisa memaksimalkan keinginan mereka untuk hattrick pada Pilpres dan Pileg nantinya.    

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler