x

Agama-agama di Indoenesia

Iklan

ACHMAD WAFIQ HAQIQI ARBI

Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya
Bergabung Sejak: 17 Oktober 2023

Rabu, 18 Oktober 2023 08:21 WIB

Pluralisme

Di Indonesia, pluralisme sangat dekat dengan kehidupan sosial kita sehari hari, terutama dalam kehidupan agama dan budaya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pluralisme menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan masyarakat yang majemuk (Bersangkutan dengan sistem dan politiknya) dan memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek, seperti agama, budaya, suku, dan lain-lain. Pluralisme sangat membaur dengan kehidupan sosial kita, terutama di Indonesia yang memiliki banyak sekali keberagaman agama, suku, budaya, dan beragam banyak hal.  Berikut kita akan membahas beberapa contoh pluralisme di Indonesia.

Pluralisme Agama

Masyarakat Indonesia memeluk dan menghayati beragam agama dan kepercayaan. Ada enam agama besar di Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dengan begitu, pluralisme agama bisa dilihat pada tempat ibadah, tradisi, dan cara ibadah tiap agama yang berbeda-beda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Islam

Menurut sudut pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada penganut agama lain adalah wajib untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa seluruh agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang 'kami' (Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah.

Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme dalam agama Islam. Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefinisikan sebagai "Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".

Namun, paham pluralisme ini banyak dilakukankan dan kian disebarkan oleh kalangan muslim tu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada. Di Indonesia, salah satu kelompok Islam yang dianggap mendukung pluralisme agama adalah Jaringan Islam Liberal. Di halaman utama situsnya terulis: "Dengan nama Allah, Tuhan Pengasih, Tuhan Penyayang, Tuhan segala agama."

Sebagai agama mayoritas di Indonesia, Islam memiliki sudut pandang yang positif terhadap pluralisme dan multikulturalisme. Dalam tataran teologis, ideologis, dan bahkan sosiologis, Islam dengan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an memandang positif terhadap pluralitas sebagai suatu yang alamiah dan mutlak keberadaannya.

Ide awal lahirnya pluralitas agama adalah keragaman yang pada ujungnya akan melahirkan perbedaan cara pandang bagi pemeluknya. Secara paradigmatik, pluralisme adalah suatu sistem yang memungkinkan seluruh kepentingan dalam masyarakat luas bersaing secara bebas untuk memengaruhi proses politik, sehingga mencegah munculnya dominasi kelompok tertentu terhadap kelompok lain. Namun, secara praktis dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, pluralisme dalam sudut pandang kerukunan antar umat beragama tidak hanya untuk mengikis habis praktik pendominasian, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai antar umat beragama.

 

Kristen 

Menurut sudut pandang Kristen , pluralisme agama pada beberapa tahun terakhir diprakarsai oleh John Hick. Dia mengatakan dalam hal ini bahwa menurut pandangan fenomenologis, terminologi pluralisme agama arti sederhananya adalah realitas bahwa sejarah agama-agama menunjukkan berbagai tradisi serta kemajemukan yang timbul dari cabang masing-masing agama. Dari sudut pandang filsafat, istilah ini menyoroti sebuah teori khusus mengenai hubungan antartradisi dengan berbagai klaim dan rival mereka. Istilah ini mengandung arti berupa teori bahwa agama-agama besar dunia adalah pembentuk aneka ragam persepsi yang berbeda mengenai satu puncak hakikat yang misterius.

 

Buddha 

Dengan mencontoh pandangan Sang Buddha tentang toleransi beragama, Raja Asoka membuat dekret di batu cadas gunung ( hingga kini masih dapat di baca ) yang berbunyi:

 “… janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya dihormat atas dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita membantu agama kita sendiri untuk berkembang disamping menguntungkan pula agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri di samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama lain – semata-mata karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir ‘bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri‘ maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu toleransi dan kerukunan beragamalah yang dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua orang selain mendengarkan ajaran agamanya sendiri juga bersedia untuk mendengarkan ajaran agama yang dianut orang lain… “

 

Pluralisme Budaya 

Pluralisme budaya adalah sebuah kondisi budaya yang majemuk. Di mana istilah tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan penerimaan budaya alternatif. Artinya orang-orang akan mampu hidup secara bersama dengan menerapkan sikap saling toleransi terhadap perbedaan budaya orang lain agar bisa tercapai pluratis. Pluralitas atau keberagaman budaya, suku dan juga ras yang ada di Indonesia dapat menjadi daya tarik bagi turis untuk berwisata. Keberagaman ini juga dapat menjadi ciri khas dari suatu wilayah yang akan dikenal oleh para wisatawan, baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Pada akhirnya hal tersebut juga bisa menjadi suatu peluang ekonomi masyarakat.

Pada intinya, pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk dan memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek, seperti agama, budaya, suku, dan lain-lain. Di Indonesia, pluralisme sangat dekat dengan kehidupan sosial kita sehari hari, terutama dalam kehidupan agama dan budaya. Sebagai agama mayoritas di Indonesia, Islam memiliki sudut pandang yang positif terhadap pluralisme dan multikulturalisme. Pluralisme dalam perspektif kerukunan antar umat beragama tidak hanya untuk mengikis habis praktik pendominasian, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai antar umat beragama.

 

Ikuti tulisan menarik ACHMAD WAFIQ HAQIQI ARBI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu