x

Putri Ayudya dalam pentas monolog di Galeri Indonesia Kaya

Iklan

Achmad Humaidy

Seorang narablog yang menyalurkan hobi membaca dan menulisnya melalui INDONESIANA supaya bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja. Kepoin blognya: https://www.blogger-eksis.my.id II IG @me_eksis II Twitter @me_idy
Bergabung Sejak: 23 Februari 2022

Selasa, 6 Februari 2024 17:06 WIB

Galeri Indonesia Kaya Hadirkan Pertunjukan Monolog yang Memikat Hati

     Ada beberapa hal esensial yang sangat memikat hati sebab pertemuan dengan kenangan yang sudah lama tertautkan. Suara seorang pria dan perempuan muncul dari balik pintu. Mereka seolah menyapa semua penonton yang sudah duduk rapi di Galeri Indonesia Kaya hari Sabtu lalu. Dialog repetitif menjadi kekuatan monolog yang tak terbendung dari pentas akhir pekan (3/2) itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Teater itu mengajarkan kita bagaimana berkehidupan. Senasib, sepanggungan!”

     Sosok pria dan perempuan itu menuju ke atas panggung. Mereka naik dan melepas outer masing-masing seolah tiba dari luar ruang. Lagi-lagi mereka menjadikan panggung sebagai tempat latihan yang semestinya. Suara mereka mulai memanggil penata audio untuk memasangkan clip on di telinganya. Lewat adegan awal seperti mereka baru mau latihan dan inilah kisah pentas Ngerjain PR dimulai.

     Kedua pemain sengaja ajak penonton untuk masuk dalam masa lalu terlebih dahulu. Satu per satu, aktris dan aktor bergantian memperkenalkan temannya. Tawaran menarik yang dimainkan yaitu ketika yang satu menyampaikan opini, maka yang lain harus berdiam diri (freeze act). Apakah gerakan atau posisinya sudah diatur? Tentu tidak. Biasanya, adegan seperti ini hanya perlu timing saat dialog keluar. Disitu pemain lain harus diam.

    Dari perkenalan, muncul obrolan lebih dalam. Tentu hal-hal yang dicakapkan masih sebatas gagasan pentas. “Aku selama ini sudah terlanjur nyebur ke film!” “Kalau aku juga sudah 7 tahun gak balik ke dunia panggung.” Mereka pun menyadari tak ada titik temu untuk membuat latihan yang harus dimulai dari mana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

   Keresahan itu berlanjut pada pengharapan hati supaya bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Disinilah baru terasa benih-benih cinta muncul karena pertemuan mereka yang sejak lama. Aksen kekecewaan tak hanya datang dari dalam diri, tapi dihadirkan dalam bentuk latihan yang bakal intens dilakukan untuk persiapan pentas sebulan ke depan.

   Untuk bagian penutup, gagasan yang tak bertemu akhirnya menuju dimensi pada ketidakcocokan dalam hati. Mereka sadar bahwa sikap dari masing-masing diri saling bertolak belakang. Intrepretasi pun makin kuat saat dialog terlontar bergantian. Ada yang saling membandingkan untuk menyimpulkan. Penonton hanya diberi waktu untuk menyamakan persepsi atas situasi waktu yang seolah berjalan sebulan ke depan pada multimedia yang disuguhkan.

   Pentas monolog dan dialog repetitif Ngerjain PR ibarat berdamai dengan masa-masa yang telah lewat, masa kini, dan masa depan yang dilalui harapan. Sepertinya suasana dibuat sewajar mungkin dengan apa yang sering terjadi saat persiapan pementasan atau dalam latihan teater sekalipun. Set properti yang dihadirkan di atas panggung pun hanya ada 3 kursi yang mengingatkan kita pada tiga masa yang akan ditampilkan. Kekuatan makna kata dan pesan dari tiap dialog menjadi bukti khas dalam apa yang sering terjadi di belakang panggung. Memang tak bisa digeneralisasi, tapi secara keseluruhan pentas ini berhasil mendekatkan penonton pada hal-hal personal yang terjadi saat persiapan pentas. Ada cara belajar akting, aksi reaksi, dan daya emosi yang layak dikerjakan seperti hal kita Ngerjain PR untuk dibawa pulang.

   Menonton pertunjukan monolog dan dialog repetitif sebagai bagian dari belajar peran yang tak sebatas teori. Kata-kata yang menjadi kalimat dan membentuk dialog begitu mengalir tanpa henti. Pemeranan pun tak hanya sebatas ucapan, tapi harus disampaikan dari hati.

   Dalam durasi sekitar 40 menit, Putri Ayudya dan Randhy Prasetya paham betul menjadi diri sendiri yang sudah kenal sejak lama meski jarang bertemu. Perbincangan menjadi seru saat mereka tahu ada hal-hal yang sudah lama terpendam dari lubuk hati terdalam. Konsep pertunjukan seperti ini harus sering disuguhkan agar seni pertunjukan bisa digali dari sisi pemeranan yang penuh harapan.

     “Di tahun 2024 ini, saya kembali diberi kepercayaan untuk menghibur para penikmat seni. Setelah sebelumnya saya tampil di sini pada 2018. Senang rasanya bisa kembali menghibur para penikmat seni yang memenuhi Auditorium Galeri Indonesia Kaya. Kali ini, saya berkolaborasi dengan Randhy Prasetya untuk menghadirkan sebuah monolog yang terinspirasi dari metode populer repetition oleh Sanford Meisner. Semoga kolaborasi kami bisa membuka 2024 dengan mengingatkan kembali seni peran sebagai cara memahami dan merayakan kehidupan,” ucap Putri Ayudya setelah pertunjukan.

Ikuti tulisan menarik Achmad Humaidy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

20 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

20 jam lalu