Analisa  AUKUS didalam Konflik di Laut China Selatan dan Ancaman Terhadap Kedaulatan Indonesia

Kamis, 16 Mei 2024 14:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terjadi pergeseran besar dalam geopolitik Asia Pasifik dengan munculnya aliansi militer baru, AUKUS. Aliansi ini yang terdiri dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Apa dampak AUKUS terhadap konflik di Laut China Selatan (LCS) dan kedaulatan Indonesia?

Laut China Selatan (LCS) telah menjadi medan pertempuran politik, ekonomi, dan militer yang kompleks di Asia Tenggara. Sengketa atas klaim wilayah, hak navigasi, dan eksploitasi sumber daya alam telah memicu ketegangan yang meningkat di antara negara-negara yang berbatasan dengan LCS, termasuk Indonesia. Ancaman di LCS semakin memuncak dengan munculnya aliansi militer baru yang bernama AUKUS (Australia, United Kingdom, United States), ditujukan untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Namun aliansi ini juga memiliki potensi untuk merubah dinamika kekuatan di kawasan Asia Pasifik

Para ahli menyampaikan beragam pandangan terkait dengan AUKUS. Beberapa menyuarakan ketidakpastian dan kecemasan terhadap keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik, mengkhawatirkan potensi perlombaan persenjataan dan peningkatan ketegangan. Sementara itu, beberapa negara ASEAN merasa ketergantungan pada kehadiran militer AS dan merespons keputusan AUKUS untuk memperkuat kehadiran militernya, yang berpotensi mempengaruhi dinamika kekuatan di kawasan. Para ahli juga mengingatkan agar negara-negara ASEAN tetap waspada terhadap pergeseran kekuatan ekonomi dan diplomatik yang mungkin terjadi, dari langkah-langkah AUKUS dimasa depan.

Hal ini menarik untuk dianalisis apakah AUKUS akan memperburuk kontestasi LCS dan semakin mengancam bagi kawasan khususnya Indonesia, karena  salah satu tujuan AUKUS adalah yaitu membantu Australia untuk mengembangkan dan mengerahkan kapal-kapal selam bertenaga nuklir. Meskipun isu mengenai senjata nuklir dibantah oleh Australia yang menyebutkan bahwa penggunaan nuklir hanya untuk sistem propulsi, namun harus tetap diingat bahwa Kapal Selam adalah persenjataan strategis yang akan lalu Lalang di perairan Indonesia tanpa di deteksi selama berbulan – bulan di bawah air.

Oleh karena itu, ancaman AUKUS ini akan dianalisis apakah menjadi ancaman dan menggandakan ancaman dari Konflik LCS saat ini.  Analisis yang dilakukan menggunakan pendekatan teori ancaman yang diperkenalkan oleh Hank Prunckun (2019). Dalam teori tersebut, parameter ancaman terdiri dari dua komponen utama, yakni threat intent dan threat capability. Threat Intent merupakan optimisme dari agen lawan yang dapat menimbulkan kesuksesan ketika melakukan penyerangan. Threat Intent ini terdiri dari dua elemen, yakni elemen desire (keinginan) dan expectation (harapan). Sedangkan threat capability merupakan kekuatan dari agen lawan yang dapat diarahkan untuk melakukan serangan kepada target. Threat capability terdiri dari dua elemen, yakni knowledge (pengetahuan) dan resource (sumber daya)

Untuk Pengukuran Intention (niat) yang terdiri dari desire (keinginan) dan expectation (harapan), menggunakan indikator yang sederhana  yakni

1. Desire (keinginan): Keinginan AUKUS untuk melawan pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik, untuk memperkuat kehadiran militernya di kawasan ini, dan untuk mengamankan kepentingan strategisnya. 

2. Expectation (harapan): Harapan AUKUS akan dukungan dari sekutu-sekutunya dalam mencapai tujuannya, serta harapannya akan perlawanan dan oposisi dari Tiongkok dan negara-negara lain di kawasan ini. 

3. Knowledge (pengetahuan): Pengetahuan AUKUS tentang situasi geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, khususnya di Laut Cina Selatan, dan pemahamannya tentang kepentingan strategis dan posisi sekutu dan musuhnya. Ini termasuk pengetahuan tentang kemampuan militer, sumber daya ekonomi, dan dinamika politik di wilayah tersebut. 

3. Resources (sumber daya): Sumber daya militer, ekonomi, dan manusia AUKUS, termasuk kapal selam bertenaga nuklir, teknologi pertahanan, kemampuan intelijen, dan jaringan diplomatik. Sumber daya ini sangat penting untuk mencapai tujuan AUKUS dan melawan ancaman yang dirasakan dari Tiongkok.

 

Indikator tersebut kemudian di ukur dengan membuat skala dan nilai koefisien yaitu, skala nilai

Dapat diabaikan       : 1

Rendah                      : 2

Menengah                 : 3

Tinggi                         : 4

Kritis                           : 5

Selanjutnya melakukan konversi nilai koefisien, dengan skala dan koefisien ancaman

Dapat diabaikan       4 – 6

Rendah                      7 – 10

Menengah                11 – 15

Tinggi                       16 – 18

Kritis                         19 – 20

 

Menurut Hank Prunckun dalam bukunya ancaman dapat dibuat rumus sebagai berikut :

( Desire + Expectation ) + (knowledge + Resources ) = Threats (Ancaman)

Threat Intent.                 +          Threat capability.        = Threats  (Ancaman)

 

Dari Indikator umum diatas dan hasil penilaian didapat hasil bahwa

Total Intent                  : 7

Total Capability          : 8

Total nilainya adalah : 15

Nilai 15 dikonversi menjadi skala ancaman yang diklasifikasikan sebagai MENENGAH.

 

Kesimpulan :

Dalam analisis terhadap AUKUS dan dampaknya terhadap konflik di Laut China Selatan (LCS) serta kedaulatan Indonesia, data menunjukkan bahwa kehadiran aliansi AUKUS memiliki potensi untuk memperburuk ketegangan di LCS dan meningkatkan ancaman terhadap kedaulatan Indonesia.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa AUKUS memiliki niat (intent) dan kemampuan (capability) yang signifikan. Dari sisi intent, AUKUS mengekspresikan keinginan untuk melawan pengaruh Tiongkok di Indo-Pasifik, memperkuat kehadiran militernya, dan mengamankan kepentingan strategisnya.

Mereka juga memiliki harapan akan dukungan dari sekutu-sekutunya dalam mencapai tujuannya. Di sisi capability, AUKUS memiliki pengetahuan mendalam tentang situasi geopolitik di LCS dan Indo-Pasifik secara keseluruhan, serta sumber daya militer, ekonomi, dan SDM yang kuat, termasuk kapal selam bertenaga nuklir dan teknologi pertahanan canggih.

Dari hasil pengukuran tersebut, nilai ancaman yang dihasilkan berada pada tingkat menengah, menunjukkan bahwa AUKUS memiliki potensi untuk menjadi ancaman yang signifikan bagi stabilitas kawasan, termasuk kedaulatan Indonesia. Oleh karena itu, langkah-langkah diplomatik dan keamanan yang bijaksana diperlukan untuk mengelola potensi konflik dan memastikan keamanan serta kedaulatan Indonesia di LCS.

 

Disclaimer: Informasi yang terdapat dalam tulisan ini hanya bersifat pribadi tidak mengatasnamakan siapapun atau institusi penulis dan disusun dengan sederhana.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler