Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Sejak 123 Tahun yang Lalu
Rabu, 30 Oktober 2024 22:07 WIB
Melalui perjalanan panjang, Bahasa Indonesia tidak hanya sekadar sebagai alat komunikasi, tetapi juga lambang budaya yang terus berevolusi mengikuti zaman.
***
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi bangsa Indonesia. Dalam setiap peradaban manusia, bahasa selalu hadir di tengah-tengah mereka. Bahasa dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana bahasa bertindak sebagai suatu media yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang hadir dalam suatu kelompok masyarakat merupakan hasil dari interaksi antarsesama manusia yang ada di tempat tersebut. Hal ini juga berlaku bagi bahasa Indonesia yang telah tercipta berpuluh tahun lalu dan mengalami perkembangan yang begitu signifikan hingga kini.
Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat terbentuknya, yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk, bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak umum merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara kala itu.
I. Peran Bahasa Melayu Dalam Pembentukan Identitas Nasional Indonesia
Bahasa Melayu merupakan akar dari Bahasa Indonesia yang sering kita gunakan sehari-hari. Sebelum menjadi Bahasa Indonesia Bahasa Melayu sempat mengalami beberapa kali perkembangan loh, diantaranya Bahasa Melayu Kuno, Bahasa Melayu Klasik, dan menjadi Bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu memiliki peran penting dalam pembentukan identitas nasional Indonesia, di antaranya sebagai:
- Bahasa Perantara
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pergaulan dan perhubungan di Nusantara, bahkan di hampir seluruh Asia Tenggara.
- Bahasa Kebudayaan
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kerajaan, bahasa perdagangan, dan bahasa kebudayaan.
- Dasar Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu menjadi dasar bahasa Indonesia karena sistemnya yang sederhana dan mudah dipahami.
- Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia diresmikan sebagai Bahasa Nasional pada 28 Oktober 1928, bertepatan dengan Sumpah Pemuda. Butir ketiga ikrar sumpah pemuda berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.
Bahasa Indonesia merupakan ciri khas Indonesia yang membedakannya dengan negara lain. Semakin bangga menggunakan bahasa Indonesia, semakin kuat identitas bangsa Indonesia.
II. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Van Ophuijsen Hingga PUEBI Serta Pengaruhnya Terhadap Budaya
Perkembangan ejaan Bahasa Indonesia dari sistem ejaan Van Ophuijsen hingga Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) mencerminkan dinamika Bahasa dan Budaya yang terus berubah.
Ejaan Van Ophuijsen (1901)
Ejaan ini diperkenalkan oleh Van Ophuijsen sebagai upaya untuk menyederhanakan penulisan Bahasa Melayu. Ciri khasnya termasuk penggunaan huruf yang lebih fonetik dan penghilangan beberapa konsonan akhir. Meskipun ini merupakan langkah maju, ejaan ini masih terpengaruh oleh Bahasa Belanda dan belum sepenuhnya mencerminkan kekayaan Bahasa Daerah. Beberapa ciri khas dari ejaan ini meliputi:
- Penggunaan huruf “j” untuk bunyi “y” seperti dalam kata “jang” (yang).
- Penggunaan huruf “oe” untuk bunyi “u” seperti pada kata “goeroe” (guru).
- Ejaan ini masih terpengaruh oleh bahasa Belanda, baik dari segi kata serapan maupun sistem pelafalan.
Ejaan Soewandi (1947)
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh iya, ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik lho.
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:
- Jum’at → Jumat
- ra’yat → rakyat
- ma’af→ maaf
Ejaan Pembaharuan (1954)
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan alunalun. Tapi, ejaan ini nggak jadi diresmikan dalam undang-undang.
Ejaan Melindo (1959)
Pada akhir tahun 1950-an, Indonesia dan Malaysia berusaha menyatukan sistem ejaan mereka melalui Ejaan Melindo (Melayu Indonesia), yang bertujuan menyatukan ejaan di antara dua Negara serumpun ini. Namun, ejaan ini tidak sempat diterapkan karena adanya perbedaan kebijakan politik dan kebudayaan antara kedua Negara.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) (1972)
Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia. Beberapa perubahan utama dalam EYD adalah:
- Penggantian huruf “dj” menjadi “j” (contoh: “djalan” menjadi “jalan”).
- Penggantian “tj” menjadi “c” (contoh: “tjinta” menjadi “cinta”).
- Penggunaan tanda diakritik ditiadakan.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2015)
Ejaan ini menggantikan EYD dan memberikan panduan yang lebih lengkap serta penyempurnaan dalam hal penggunaan tanda baca, huruf kapital, dan penulisan kata serapan. PUEBI juga menyesuaikan aturan dengan perkembangan teknologi serta komunikasi modern. Perubahan penting meliputi:
- Penegasan aturan penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
- Penyempurnaan dalam aturan pemenggalan kata, akronim, dan singkatan.
Perkembangan sistem ejaan ini mencerminkan usaha untuk menyelaraskan bahasa Indonesia dengan identitas nasional dan budaya bangsa, sekaligus menanggapi kebutuhan untuk menyederhanakan bahasa agar dapat digunakan dengan lebih luas dan praktis.
Perubahan ejaan bahasa Indonesia menunjukkan pengaruh kuat dari budaya yang berubah seiring waktu. Dimulai dari pengaruh kolonial, kemudian semangat nasionalisme dan persatuan, hingga adaptasi dengan globalisasi dan teknologi digital, budaya berperan penting dalam membentuk ejaan yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Setiap tahap perkembangan ejaan menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia terus berkembang mengikuti perubahan sosial dan budaya masyarakatnya.
III. Upaya Pemerintah Menjaga Konsistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Berbagai Media
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan saat ini. Tetapi Generasi muda saat ini beranggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kaku untuk digunakan setiap hari dan lebih suka menggunakan bahasa gaul dengan unsur yang sedikit "kasar". Hal ini dapat berdampak pada penggunaan kosa kata yang tepat dalam bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, Pemerintah, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan harus mengambil berbagai tindakan strategis untuk mengatasi masalah ini.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia.
- Pemerintah dan lembaga pendidikan harus terus mendorong orang menggunakan bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menyediakan program-program kursus bahasa Indonesia di sekolah dan kampus. Selain itu, Bahasa Indonesia juga dapat digunakan dalam media seperti televisi, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya.
- Masyarakat harus berpartisipasi dalam melestarikan bahasa Indonesia. Ini dapat dicapai dengan mendorong orang menggunakan Bahasa Indonea dalam percakapan sehari-hari dan dengan mendukung produk lokal yang mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia.
- Peran penting dalam menjaga Bahasa Indonesia terletak pada para penulis dan penerjemah. Mereka harus memastikan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca dan menghindari penggunaan kata-kata asing yang tidak diperlukan.
- Teknologi modern dapat digunakan untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan bahasa Indonesia dalam perangkat lunak, aplikasi, dan situs web. Dalam hal ini, peran para pengembang teknologi sangatlah penting.
- Para tokoh masyarakat, seperti budayawan, politisi, dan selebritas dapat menjadi contoh yang baik dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baik. Dalam hal ini, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah penting.
Jadi, kita semua bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia. Pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, penulis, penerjemah, pengembang teknologi, dan tokoh masyarakat harus bersatu untuk mendorong penggunaan bahasa dan memastikan bahwa Bahasa itu tetap menjadi identitas Bangsa Indonesia.
IV. Tantangan Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik di Era Digital dan Globalisasi
Dalam era digital yang terus berkembang, bahasa Indonesia mengalami transformasi yang signifikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap cara masyarakat menggunakan dan berinteraksi dengan bahasa. Meskipun membawa sejumlah tantangan, transformasi ini juga membuka peluang baru yang menarik untuk memperkaya dan memperluas kegunaan bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di era digital dan globalisasi menghadapi beberapa tantangan, di antaranya:
- Penggunaan bahasa gaul dan singkatan
Penggunaan bahasa gaul dan singkatan yang berlebihan di media sosial dapat menyulitkan pemahaman pesan yang disampaikan.
- Pengaruh bahasa asing
Penggunaan bahasa asing yang berlebihan dapat menyebabkan pandangan bahwa menggunakan bahasa asing lebih keren dan cerdas dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia.
- Penyebaran informasi palsu
Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar dalam hoaks dapat menyebabkan pemahaman yang salah terhadap suatu informasi.
- Kurangnya minat generasi muda
Generasi muda kurang tertarik untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
- Meningkatkan pendidikan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
- Memunculkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa.
- Menanamkan sifat disiplin pada berbahasa Indonesia.
- Meningkatkan pemahaman akan norma-norma komunikasi digital.
- Membedakan antara situasi yang memerlukan formalitas bahasa dan yang tidak.
V. Pengaruh Penyerapan Kata Asing Terhadap Identitas Bahasa Indonesia
Penyerapan kata asing ke dalam Bahasa Indonesia memiliki pengaruh yang kompleks terhadap identitas bahasa. Di satu sisi, ini memperkaya kosakata dan memungkinkan bahasa untuk beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya global. Namun, di sisi lain, penyerapan kata asing yang berlebihan atau tidak terkontrol juga berpotensi melemahkan identitas bahasa serta mengurangi penggunaan kata-kata asli Indonesia. Berikut beberapa dampaknya:
- Perkembangan dan Adaptasi Bahasa
Penyerapan kata asing membantu Bahasa Indonesia beradaptasi dengan perkembangan modern, terutama dalam bidang sains, teknologi, dan budaya yang memiliki istilah khusus. Misalnya, kata-kata seperti "internet," "komputer," atau "digital" sudah menjadi bagian dari Bahasa Indonesia dan membantu masyarakat berkomunikasi dalam konteks teknologi yang berkembang pesat. - Penyusutan Kosakata Asli
Ketergantungan pada kata asing dapat mengikis kosakata asli Bahasa Indonesia. Misalnya, kata "handphone" lebih sering digunakan daripada padanan kata "telepon genggam." Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kosakata asli terlupakan atau tidak dikenal oleh generasi mendatang. - Pengaruh Terhadap Identitas Budaya dan Nasional
Bahasa adalah bagian dari identitas dan jati diri bangsa. Penggunaan kata asing secara berlebihan dapat membuat Bahasa Indonesia kehilangan ciri khas atau karakter lokalnya, sehingga terkesan mirip dengan bahasa lain. Hal ini bisa mengurangi rasa bangga dan jati diri masyarakat terhadap bahasanya sendiri. - Pencampuran Bahasa dan Potensi Pembentukan Bahasa Gaul
Banyaknya kata asing yang diserap dan dicampur dalam Bahasa Indonesia sering menciptakan istilah-istilah baru yang disebut sebagai "bahasa gaul." Meski menarik bagi generasi muda, bahasa gaul ini kadang menyimpang dari aturan Bahasa Indonesia yang baku, sehingga membuat komunikasi antar generasi menjadi kurang efektif. - Penyederhanaan Struktur dan Ejaan
Penyerapan kata asing sering kali dilakukan tanpa penyesuaian ejaan atau pelafalan. Contohnya, kata "meeting" lebih sering digunakan dibanding "rapat." Jika tidak diadaptasi sesuai aturan bahasa, struktur Bahasa Indonesia bisa menjadi kurang konsisten dan mengaburkan aturan ejaan yang ada.
Untuk menjaga identitas Bahasa Indonesia, pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berusaha mengadaptasi kata-kata asing dengan pedoman yang jelas. Contohnya, kata-kata asing diserap dan diberi ejaan yang sesuai, seperti "internet" yang tidak lagi dimodifikasi karena sudah umum dipakai, namun kata seperti "modifikasi" diambil dari "modification" dalam bahasa Inggris. Upaya lainnya adalah menciptakan padanan kata baru agar kosakata asli tetap lestari dan digunakan secara luas.
Referensi
- Grets Lewis Theodore Walilo, S.Pd. “Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia”https://balaibahasapapua.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/08/1.-Sejarah-dan-Perkembangan-Bahasa-Indonesia.pdf
- Fauzia Astuti (September 15, 2022) “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia: dari Djadoel sampai Kekinian” https://www.ruangguru.com/blog/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia
- (2024) “Upaya Menjaga Konsistensi Bahasa Indonesia di Era Modern” https://www.indonesiana.id/read/176293/upaya-menjaga-konsistensi-bahasa-indonesia-di-era-modern
- Jepri Sihombing, S.Pd. (18 Januari 2024) “Transformasi Bahasa Indonesia: Tantangan dan Peluang dalam Era Digitalisasi” https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/4123/transformasi-bahasa-indonesia:--tantangan-dan-peluang-dalam-era-digitalisasi

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Daftar Pustaka, Pengertian hingga Contoh Menuliskannya
Selasa, 14 Januari 2025 09:16 WIB
Definisi, Fungsi, hingga Cara Menulis Sumber Kutipan
Senin, 16 Desember 2024 22:01 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler