Singkong: Benteng Pangan Indonesia

Senin, 2 September 2024 19:38 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Literasi singkong, setinggi apapun tetap rendah hati
Iklan

Indonesia menjadi salah satu negara agraris yang memiliki berbagai jenis tanaman, termasuk umbi \x2013 umbian. Hal ini tentu berkaitan dengan kemampuan diversifikasi pangan di Indonesia. Semakin tinggi kemampuan diversifikasi pangan di suatu daerah, maka potensi krisis pangan di daerah tersebut semakin rendah.

Namun di Indonesia sendiri, kemampuan diversifikasi pangan masih tergolong rendah. Ini dibuktikan dengan nilai indeks ketahanan pangan global Indonesia yang masih di bawah rata – rata global. Pada tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat ke-58 dari 113 negara dengan nilai 63,60. Pada tahun 2022, peringkat Indonesia turun 5 peringkat menjadi peringket ke-63, dengan nilai 60,2. Berdasarkan data yang sudah dipaparkan, kemampuan diversifikasi pangan di Indonesia harus lebih ditingkatkan demi menguatkan ketahanan pangan Indonesia.

Singkong yang saat ini masuk ke dalam tiga besar komoditas pangan di Indonesia, dapat menjadi salah satu alternatif makanan pokok selain beras. Hal tersebut tentu juga dapat mewujudkan diversifikasi pangan di Indonesia dalam misi meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Singkong sebagai alternatif makanan pokok selain beras haruslah segera diwujudkan. Ini berkaitan dengan produksi beras yang tidak dapat dipastikan. Produksi beras yang kurang dari kebutuhan tentu dapat berdampak negatif bagi ketahanan pangan Indonesia. Dampak negatif tersebut misalnya seperti harga beras yang meroket sehingga menyebabkan terjadinya krisis pangan di Indonesia. Pemilihan singkong sebagai alternatif makanan pokok selain beras bukanlah tanpa alasan. Tingginya popularitas singkong di Indonesia dan fleksibilitas dalam pengolahan serta kandungan gizi yang tinggi dapat semakin mendukung singkong sebagai alternatif makanan pokok selain beras di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemanfaatan singkong sebagai alternatif makanan pokok selain beras sebenarnya sudah dimulai. Beberapa masyarakat Indonesia sudah mulai memanfaatkan singkong sebagai sumber karbohidrat lain dan daunnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Seiiring berkembangnya teknologi, kebutuhan masyarakat akan pangan semakin meningkat. Jika pengolahan singkong tidak juga dikembangkan, tentu akan sangat sulit dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, inovasi pengolahan singkong juga harus menjadi perhatian. Pengolahan singkong menjadi produk yang memiliki cita rasa manis, gurih, ataupun pedas dapat menjadi salah satu opsi pengolahan singkong. Produk tersebut dapat berupa makanan tradisional maupun modern, seperti combro, perkedel singkong, prol tape, dan churros. Selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan, pengolohan singkong menjadi produk juga dapat meningkatkan nilai ekonomis singkong itu sendiri.

Singkong atau yang memiliki nama ilmiah Manihot esculenta dipercaya memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amaliasari, 2021, didapatkan hasil bahwa singkong mengandung 38 gram karbohidrat per 100 gram singkong. Selain karbohidrat, singkong juga mengandung 5 jenis gizi lain, gizi tersebut meliputi lemak, protein, vitamin C, kalium, dan kalsium. Hal tersebut didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Qinthara dkk., 2024, dimana 100 gram, singkong juga mengandung 0,3 gram lemak, 1,4 gram protein, 20,6 mg vitamin C, 271 mg kalium, dan 16 mg kalsium. Dapat disimpulkan jika kandungan gizi singkong memiliki nilai yang hampir sama dengan kandungan gizi beras (Qinthara dkk., 2024). Dengan kandungan gizi yang dimiliki, singkong cocok dijadikan makanan pengganti beras. Hanya saja, dalam pengolahan dan penyajian, perlu dilakukan inovasi dan pengembangan agar masyarakat saat ini semakin tertarik untuk mengonsumsi singkong sebagai makanan pokok pengganti beras.

Berdasarkan pernyataan yang sudah dipaparkan sebelumnya, diversifikasi pangan menjadi hal yang penting untuk disegerakan di Indonesia. Penurunan ketahanan pangan di Indonesia, semakin meningkatkan potensi terjadinya krisis pangan di Indonesia. Popularitasnya yang tinggi di Indonesiam juga semakin mendukung singkong sebagai alternatif makanan pokok di Indonesia. Pemanfaatan singkong yang fleksibel, membuat singkong bisa diolah menjadi olahan masa kini yang lebih mudah diterima oleh generasi muda. Kandungan gizi yang hampir menyetarai beras, juga menjadi salah satu keunggulan singkong. Dengan kelebihan – kelebihan yang sudah disebutkan, diharapkan singkong dapat menjadi alternatif makanan pokok selain beras

Referensi :

Afandi, M.H., 2024. Kebijakan pemerintah Indonesia terhadap krisis produk pangan global. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora2(9), pp.311-317.

Qinthara, F., Kusuma, F.N.D. and Dzahabiyah, S.A., 2024. Potensi Singkong Sebagai Alternatif Beras Menjunjung Diversifikasi Pangan Nasional: Pengaplikasian Singkong Sebagai Bahan Pokok Kampung Adat Cireundeu. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin2(7).

Fitriani, A., Silvia, R., Putri, R.A.M. and Wakhidah, A.Z., 2024. Aneka Olahan Ubi Singkong (Manihot utilissima Pohl.) Sebagai Ketahanan Pangan Lokal-Sebuah Kajian Pustaka. BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology)7(1), pp.1255-1261.

Amaliasari, E.N., 2021. CITRA NASI SINGKONG MENUJU NASI BERAS, MUNGKINKAH?. Culinaria3(1).

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Singkong: Benteng Pangan Indonesia

Senin, 2 September 2024 19:38 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler