Gen Z Pilih Oksigen Bukan Opini Buzzer

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Makanan, Gizi, dan Masa Depan Bangsa: Menimbang Dampak Pola Konsumsi terhadap Generasi Mendatang
Iklan

Pilihan Gen Z pada politik hijau adalah kritik sekaligus ajakan. Kritik terhadap politik lama yang penuh kebisingan buzzer.

***

Di tengah riuhnya politik digital yang kerap dipenuhi suara buzzer, Generasi Z hadir dengan perspektif berbeda. Politik bagi mereka bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang keberlanjutan hidup. Gen Z lebih memilih menanam pohon yang memberi oksigen dan masa depan daripada menanam buzzer yang hanya menyebarkan kebisingan sesaat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fenomena buzzer politik sudah lama menghantui ruang digital Indonesia. Mereka menciptakan narasi palsu, membelokkan fakta, bahkan menyebarkan ujaran kebencian demi kepentingan kelompok tertentu. Akibatnya publik lebih sibuk berdebat soal isu yang tidak jelas daripada mencari solusi nyata untuk masalah bangsa.

Sebaliknya menanam pohon menjadi simbol politik keberlanjutan. Pohon memberi oksigen, menahan banjir, mengurangi polusi, dan menyimpan harapan untuk generasi berikutnya. Bagi Gen Z pohon adalah simbol politik yang membangun bukan merusak.

Jika diminta menyusun manifesto politik, Generasi Z memiliki gagasan jelas. Pertama, politik harus berpihak pada lingkungan hidup dengan menghentikan eksploitasi berlebihan dan mulai beralih ke energi hijau. Kedua, perlu mengurangi polusi digital dengan melawan hoaks, ujaran kebencian, dan propaganda buzzer. Ketiga, menanam pohon berarti menanam kesadaran bahwa setiap tindakan politik harus berdampak nyata bagi bumi bukan sekadar riuh di layar ponsel.

Gerakan hijau Gen Z tidak hanya sebatas wacana. Banyak dari mereka sudah membuktikan melalui ruang digital. Salah satunya akun TikTok GreenZ atau @aksibumi.id yang menghadirkan konten edukasi tentang gaya hidup ramah lingkungan mulai dari pengurangan sampah plastik hingga gaya hidup minimalis. Konten seperti ini terbukti menarik karena mendapat engagement tinggi dari anak muda.

Selain itu, muncul pula eco creator dan eco influencer yang konsisten mengedukasi publik tentang perubahan iklim, sampah, hingga pelestarian sungai. Contoh yang paling menonjol adalah komunitas Pandawara Group yang viral dengan aksi membersihkan sungai dan berhasil membuat jutaan orang sadar pentingnya menjaga lingkungan.

Menurut survei Profil Internet Indonesia 2025 oleh APJII, TikTok menjadi media sosial paling sering diakses dengan 35,17 persen pengguna aktif. Khusus di kalangan Gen Z angkanya lebih tinggi yaitu 42,27 persen responden. Survei juga mencatat bahwa perempuan memilih TikTok sebesar 37,55 persen sedangkan laki laki sebesar 32,98 persen. Secara umum penetrasi internet Indonesia kini mencapai 80,66 persen atau sekitar 229 juta orang. Data ini menunjukkan kekuatan Gen Z dalam menggerakkan isu politik melalui ruang digital sangat signifikan.

Pilihan Gen Z pada politik hijau adalah kritik sekaligus ajakan. Kritik terhadap politik lama yang penuh kebisingan buzzer dan ajakan untuk memilih politik yang memberi ruang bernapas bukan yang menyesakkan. Generasi Z percaya masa depan bukan hanya tentang siapa yang menang pemilu, tetapi juga tentang apakah bumi masih layak dihuni. Karena pada akhirnya oksigen jauh lebih penting daripada opini buzzer.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Widiya Putri Berliani

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler