Gunung Godog, si Mungil yang Mistis di Gugus Pegunungan Garut

Kamis, 24 Oktober 2024 06:54 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peristiwa tersesat dan hilangnya tujuh pendaki di Curug Kebul, mengingatkan kita pada misteri alam di sekitar Gunung Godog. Pasak bumi yang, meski tidak seperti pencakar langit, ini memilliki jejak legenda Prabu Kiansantang, putra Prabu Siliwangi, raja Pakuan Padjadjaran.

***

Gunung Godog mungkin tidak sepopuler Cikuray, Guntur, atau Papandayan pada gugus pegunungan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dalam hal ketinggian atau pendakian yang menantang. Namun, sejauh yang saya kenal sebagai putra Garut, gunung yang tampak "mungil" ini memiliki kesan khusus dalam sejarah dan budaya masyarakat setempat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan ketinggian "cuma" sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl), Gunung Godog dikenal sebagai situs spiritual yang dihormati. Terutama, karena dipercaya memiliki jejak petilasan sekaligus makam Syeh Sunan Rahmat Suci alias Raden Sanggara, yang lebih dikenal dengan sebutan Prabu Kiansantang.

Putra Raja Pakuan Padjadjaran, Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi, itu menjalankan misi dakwah: penyebaran Agama Islam, khususnya di Tatar Sunda, pada abad ke-14.

Legenda yang mengelilingi Gunung Godog tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Saban tahun, ratusan peziarah datang ke lereng Karacak, Desa Lebak Agung.

Mereka berharap bisa ngalap berkah di Makam Godog, yang diyakini  sebagai tempat peristirahatan terakhir Kiansantang. Sang tokoh yang dikenal memiliki ilmu "saksi mandraguna" itu pun dijuluki pula sebagai Sunan Godog. Hal ini memperkuat kesakralan gunung tersebut di hati masyarakat.

Di balik auranya yang tenang dan spiritual, Gunung Godog menyimpan sisi lain yang lebih gelap—seperti tantangan alam yang mungkin tidak terduga di balik rerimbunan pohon dan kabut tebal. Kasus hilangnya tujuh pendaki di Curug Kebul pada 20 Oktober 2024, menjadi pengingat betapa misteriusnya alam di sekitar Gunung Godog.

Yaya, satu dari tujuh pendaki yang sempat tersesat selama dua hari dua malam, menceritakan bagaimana perjalanan horor mereka. Awalnya, Yaya cs hanya bertamasya ke Curug Kebul, namun berakhir dengan malam panjang yang mencekam di tengah perbukitan yang tak dikenal.

Tetangga Gunung Papandayan

Gunung Godog terletak di Kecamatan Karangpawitan, sebelah barat daya pusat kota Garut. Akses menuju Gunung Godog cukup mudah dari kota Garut, biasanya dimulai dari Desa Godog yang menjadi pintu masuk utama. Keberadaan gunung ini yang tidak terlalu jauh dari kawasan pemukiman membuatnya mudah dijangkau bagi mereka yang ingin berziarah atau sekadar menikmati suasana alam.

Sebagai perbandingan, Gunung Papandayan, yang terletak tidak jauh dari Gunung Godog, dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, termasuk kawah aktif dan hutan edelweiss yang memukau. Dengan ketinggian sekitar 2.665 meter dpl, Papandayan menawarkan trek yang lebih menantang bagi para pendaki yang mencari pengalaman petualangan yang lebih ekstrem.

Dengan tampilan lebih tinggi dan terkenal, Gunung Papandayan juga memiliki nilai spiritual bagi masyarakat. Tetapi, tidak sekuat tetangganya, Gunung Godog, dalam hal mitologi lokal.

Ketujuh pendaki yang hilang di Gunung Godog memulai perjalanan mereka dengan penuh semangat. Mereka melintasi jalur yang sudah dikenal, hingga akhirnya mencoba menemukan jalur baru untuk turun.

Keputusan tersebut membawa mereka pada kebingungan. Ketika merasa sudah berjalan cukup jauh, namun langkah mereka tak kunjung mencapai kaki gunung.

Alam di sekitar Gunung Godog seolah memperdaya, memaksa mereka untuk melewati tujuh bukit kecil dalam upaya mencari jalan keluar. Dalam kondisi perbekalan yang mulai menipis dan malam yang menghantui, tantangan di gunung yang tampaknya sederhana ini pun mulai terasa berat.

Malam yang turun dengan cepat menciptakan situasi semakin mencekam. Tanpa perbekalan dan cahaya yang memadai, mereka harus mencari tempat berlindung untuk menghindari kemungkinan serangan binatang buas.

Tebing-tebing di kawasan itu menjadi tempat bertahan mereka. Meski akhirnya ketujuh pendaki berhasil dievakuasi oleh Tim SAR dengan selamat dalam kondisi kelaparan dan dehidrasi, peristiwa ini menyoroti betapa pentingnya kewaspadaan ketika menjelajahi alam yang tidak sepenuhnya dipahami.

Jangan Menganggap Remeh

Gunung Godog, dengan segala kesakralannya, menunjukkan bahwa alam tidak bisa dianggap remeh. Bahkan gunung yang relatif rendah seperti ini dapat menjadi tempat yang penuh tantangan bagi mereka yang kurang siap.

Kejadian tersesatnya para pendaki itu menjadi pelajaran berharga bagi siapa pun yang ingin menikmati keindahan alam: bahwa alam harus dihormati, baik dari sisi spiritual maupun dari sisi tantangan fisik yang dihadirkannya.

Dalam hal ini, Gunung Godog juga menjadi simbol bagi masyarakat sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan antara kegiatan wisata dan penghormatan terhadap tempat-tempat sakral. Tradisi dan ritual yang dilakukan di gunung ini tidak hanya mencerminkan keyakinan spiritual, tetapi juga menunjukkan hubungan manusia dengan alam yang seharusnya saling menguntungkan.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Asep K Nur Zaman

Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis

3 Pengikut

img-content

Terjebak di Lembah YouTube

Kamis, 28 November 2024 16:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler