Mahasiswi D3 Keperawatan Universitas Airlangga

Mengapa Kekerasan Verbal Terhadap Perawat di Rumah Sakit Dianggap Biasa?

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kekerasan dunia pendidikan
Iklan

Kekerasan verbal bukanlah insiden yang bisa menghilang begitu saja. Ia akan meninggalkan luka psikologis yang dalam

***

Bayangkan anda bekerja di dalam lingkungan dimana teriakan, umpatan, dan kata-kata merendahkan menjadi “latar belakang suara” sehari-hari. Inilah kenyataan pahit yang dihadapi banyak perawat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ironisnya, banyak sekali masyarakat umum menganggap insiden kekerasan ini adalah hal yang biasa dan tak terpisahkan dari resiko pekerjaan, dan jarang ditangani dengan serius. Insiden ini sering kali dinormalisasikan. Hal ini bisa menjadi akar permasalahan yang menggerogoti martabat profesi dan keselamatan kerja tenaga kesehatan.

Fakta mengungkapkan bahwa masalah ini adalah fenomena global yang sangat memprihatinkan. Data dari berbagai penelitian di seluruh dunia melukiskan dunia yang suram. Di Eropa, seperti di Slovenia, angka kekerasan psikologis dilaporkan sebesar 6,5%. Namun, angka ini sangat kecil dibanding yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya,  seperti di Iran (41%,), Israel (43,1%), Ghana (52%), Hongkong (53,4%), dan 57,4% di Kongo.

Penelitian tentang kekerasan terhadap perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat menemukan 54,6% perawat mengalami kekerasan nonfisik. Pada Intalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Bandung dilaporkan terjadi kekerasan 45% pada perawat, dan 54,3% di Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Utara. 

Lalu, mengapa di tengah bukti yang kuat, budaya “diam dan terima” ini masih begitu kuat mengakar? Pertama, ada persepsi yang keliru bahwa kekerasan verbal adalah konsekuensi wajar dari tekanan emosional pasien dan keluarga pasien. Situasi rumah sakit yang penuh ketegangan, rasa sakit, ketakutan, dan ketidaktahuan seringkali dijadikan pembenaran untuk meledakkan emosi. Alih-alih dilihat sebagai pelanggaran, perilaku ini sering dimaklumi sebagai “bagian dari proses penyembuhan” keluarga pasien.

Kedua, sistem pelaporan yang tidak efektif menjadi kendala utama. Banyak rumah sakit tidak memiliki mekanisme pelaporan yang jelas, aman, dan terstruktur untuk menangani kasus kekerasan verbal. Bahkan jika ada sistem pelaporan, seringkali tidak ada tindak lanjut yang konkret, sehingga perawat merasa percuma untuk melapor. 

Dampak menormalisasikan ini sangat deskrutif. Kekerasan verbal bukanlah insiden yang bisa menghilang begitu saja. Ia akan meninggalkan luka psikologis yang dalam, menyebabkan stress kronis, kelelahan secara emosional, hingga dapat menurunkan kualitas pelayanan keperawatan. Menurut Ahmed (2012) menjelaskan bahwa insiden kekerasan yang terjadi pada perawat memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, terganggu hubungan sosial, depresi, dan memiliki niat untuk keluar dari pekerjaan. 

Oleh karena itu, menghilangkan sikap normalisasi ini adalah sebuah keharusan. Data dari berbagai negara telat membuktikan bahwa ini adalah krisis kesehatan global yang membutuhkan perhatian khusus. Kekerasan verbal ataupun kekerasan dalam bentuk apapun, bukanlah “resiko pekerjaan” yang harus diterima oleh perawat, melainkan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan martabat seorang pahlawan kesehatan yang berdedikasi merawat kita disaat kita dalam kondisi paling rentan. Sudah waktunya kita mendengarkan suara mereka yang selama ini dipaksa untuk diam.

Referensi 

Christlevica, M., Joan, G. A., & Ricky, D. (2016). Pengalaman kekerasan pada perawat instalasi gawat darurat. Jurnal Skolastik Keperawatan, 2(1), 20-20.

 

Damopoli, R. F., Manampiring, A. E., & Doda, D. V. (2019). Hubungan Kekerasan dengan Stres Kerja Pada Perawat Unit Gawat Darurat dan Intensive Care Unit Rumah Sakit di Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara. KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 8(3).

 

Habibi, H., Maliki, I., & Faidhil, F. (2023). Hubungan Iklim Keselamatan dengan Kekerasan di Tempat Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Aceh. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 11(2), 285-291.

 

Kadir, A., Syahrul, S., & Erika, K. A. (2019). Prevalensi Kekerasan Terhadap Perawat Di Tempat Kerja Di Rumah Sakit Ditinjau Dari Berbagai Negara Di Dunia: A Literature Review. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Talitha Elysia

Mahasiswi D3 Keperawatan Universitas Airlangga

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler