Nasib Guru Honorer di Jakarta, Pengabdian Tanpa Kepastian
Rabu, 19 Maret 2025 16:28 WIB
Dedikasi dan kecintaan Bu Nanda terhadap profesinya mencerminkan semangat banyak guru honorer lainnya di Indonesia.
Oleh: [email protected]
Jakarta, 2025 - Setiap pagi, Bu Nanda melangkah menuju sekolah dengan semangat yang tak pernah surut. Ia tahu, di ruang kelas yang sederhana itu, ada puluhan anak yang menanti ilmu dari dirinya. Namun, di balik senyum dan dedikasinya seorang guru honorer seperti Bu Nanda, tersembunyi sebuah kegelisahan yang tak pernah sirna: sampai kapankah pengabdian ini harus terus dibayar dengan ketidakpastian?
Selama empat tahun mengajar di sebuah sekolah swasta di Jakarta Timur, Bu Nanda telah merasakan pahit manis dan asam garamnya menjadi seorang guru honorer. Baginya, mendidik adalah sebuah panggilan jiwa. “Saya memilih menjadi guru honorer karena melihat lingkungan sekitar, terutama di tingkat sekolah dasar, masih sangat kekurangan pendidikan yang mumpuni,” tuturnya dengan penuh kekhawatiran. Namun, idealisme itu sering bertabrakan keras dengan realita yang jauh dari kata layak.
Gaji yang tak seberapa, tanpa tunjangan dan jaminan kesehatan, membuat hidupnya penuh perjuangan. “Sudah pasti gaji dan tunjangan tidak mencukupi. Kami harus mencari pekerjaan sampingan di luar jam mengajar,” kata dia dengan nada getir. Banyak rekan sejawat yang akhirnya menyerah, meninggalkan ruang kelas demi mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.
Tantangan tak hanya datang dari segi ekonomi. Kerap kali, Bu Nanda merasa perjuangannya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa tak mendapat dukungan penuh dari para orang tua. “Di sekolah saya, sebagian besar orang tua murid kurang peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Koordinasi dengan mereka menjadi tantangan tersendiri,” katanya. Dia terpaksa berjuang sendirian, memastikan anak didiknya tetap mendapatkan hak mereka untuk belajar, meski di rumah tak ada yang mendukung mereka.
Tahun demi tahun berlalu, harapan akan perubahan selalu tumbuh walau tanpa kepastian. Janji mereka yang ingin memimpin seolah menjadi kobaran semangat atas mimpi-mimpinya. namun janji mereka seolah menjadi omong kosong belakang karena nyatanya tak banyak yang berubah. “Dari dulu sampai sekarang, jaminan kesehatan dan lain-lain tidak ada yang berubah secara signifikan,” kata dia penuh kekecewaannya. Meski pemerintah mulai menunjukkan perhatian lewat pelatihan dan tambahan tunjangan, bagi Bu Nanda, itu belum cukup untuk melindunginya dari jurang kesejahteran yang lebar.
Harapan kini bertumpu pada pemerintahan yang baru Bu Nanda kembali berharap akan ada kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik baginya. “Dukungan dari pemerintah sudah mulai terlihat, seperti banyaknya pelatihan dan tambahan tunjangan gaji. Saya berharap Presiden Prabowo nantinya bisa lebih memperhatikan kesenjangan ini, terutama dari segi gaji dan bantuan pembangunan gedung sekolah swasta,” kata dia penuh harapan.
Meski banyak guru honorer mulai mempertimbangkan untuk beralih profesi, bagi Bu Nanda, mengajar bukan sekadar pekerjaan. Itu adalah bagian dari dirinya. Namun, jika ada peluang menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), ia tentu akan mempertimbangkannya. “Untuk sekarang, saya belum kepikiran ganti profesi. Tapi kalau menjadi guru P3K, mungkin iya, karena dari segi tunjangan dan jaminan kesehatan lebih baik,” katanya.
Ia yakin, guru honorer tak boleh hanya berdiam diri. “Solusi terbaik adalah guru honorer lebih sering bersuara dalam menyuarakan pendapat dan kesenjangan yang ada. Selain itu, kami juga harus terus memperbaiki diri agar bisa menuntut hak-hak yang seharusnya dipenuhi oleh pemerintah,” ujar dia menegaskan.
Di tengah ketidakpastian, satu hal yang tak pernah pudar adalah kecintaan Bu Nanda pada murid-muridnya. Ia terus mengajar, meski tahu bahwa di luar sana, masa depannya sebagai guru masih abu-abu. Dan di balik papan tulis yang ia hadapi setiap hari, ada satu pertanyaan besar yang terus bergema di dalam hatinya: Sampai kapan pengabdian ini harus terus diperjuangkan sendirian?

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Nasib Guru Honorer di Jakarta, Pengabdian Tanpa Kepastian
Rabu, 19 Maret 2025 16:28 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler