Partisi Berdarah 1947: Kisah Pembagian India-Pakistan oleh Inggris
Selasa, 29 April 2025 16:12 WIB
Jutaan orang mengungsi, ratusan ribu tewas, dan konflik Kashmir meletus.
***
Partisi India pada tahun 1947 adalah salah satu peristiwa paling dramatis dan berdarah dalam sejarah modern, yang menandai berakhirnya kekuasaan kolonial Inggris di Asia Selatan dan kelahiran dua negara baru: India dan Pakistan. Lebih dari sekadar pemisahan geografis, partisi ini membawa konsekuensi sosial, politik, dan kemanusiaan yang sangat besar — membentuk masa depan kawasan tersebut hingga hari ini.
Akar Konflik: Politik Pecah Belah Inggris di India
Sejak abad ke-19, India berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inggris. Meskipun muncul gerakan nasionalisme yang kuat untuk kemerdekaan, perbedaan agama di antara komunitas mayoritas Hindu dan minoritas besar Muslim menjadi tantangan serius bagi persatuan nasional.
Organisasi utama dalam perjuangan kemerdekaan adalah Kongres Nasional India (dipimpin tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru) yang cenderung mengadvokasi persatuan India, dan Liga Muslim (di bawah Muhammad Ali Jinnah) yang mengkhawatirkan dominasi Hindu dalam pemerintahan masa depan.
Pada 1940, Liga Muslim secara resmi menyerukan pembentukan negara Muslim terpisah, yang kemudian dikenal sebagai Pakistan, melalui "Resolusi Lahore".
Beberapa kebijakan Inggris yang memicu ketegangan:
-
Morley-Minto Reforms (1909): Memberikan hak pemilih terpisah untuk Muslim, memicu politik identitas.
-
Komunal Award (1932): Mempertegas pemisahan elektoral berdasarkan agama.
-
Dukungan pada Liga Muslim (1940-an): Inggris diam-diam mendukung tuntutan Pakistan untuk melemahkan Kongres Nasional India.
Ketika Perang Dunia II usai dan tekanan kemerdekaan menguat, Inggris memutuskan "keluar dari India dengan cepat"—tetapi meninggalkan bom waktu. Lord Louis Mountbatten, Wakil Raja terakhir Inggris di India, ditugaskan mempercepat proses transisi. Pada 3 Juni 1947, diumumkan bahwa India akan dibagi menjadi dua negara merdeka.
Proses Pembagian: Radcliffe Line dan Garis Batas yang Mematikan
Pada Juni 1947, Lord Mountbatten, Wakil Raja Inggris terakhir, mengumumkan India akan dibagi dua:
-
India (sekuler, mayoritas Hindu)
-
Pakistan (negara Muslim, terbagi jadi Pakistan Barat & Timur)
Seorang pengacara Inggris, Sir Cyril Radcliffe, diberi waktu hanya 5 minggu untuk menggambar perbatasan baru—padahal ia tak pernah ke India sebelumnya. Keputusan garis Radcliffe diumumkan dua hari setelah India dan Pakistan merdeka, membuat banyak orang tidak tahu ke mana mereka sebenarnya "berasal" saat deklarasi kemerdekaan.
Proklamasi Kemerdekaan
-
14 Agustus 1947: Pakistan merdeka, dengan Muhammad Ali Jinnah sebagai Gubernur Jenderal pertama.
-
15 Agustus 1947: India merdeka, dengan Jawaharlal Nehru sebagai Perdana Menteri pertama.
Tokoh-Tokoh Kunci
-
Mahatma Gandhi: Meski menentang keras partisi dan kekerasan, Gandhi gagal mencegah perpecahan. Ia kemudian dibunuh pada 1948 oleh seorang nasionalis Hindu yang menuduhnya terlalu lunak terhadap Muslim.
-
Muhammad Ali Jinnah: Dianggap sebagai "Bapak Bangsa" Pakistan, Jinnah melihat Pakistan sebagai benteng bagi Muslim India.
-
Jawaharlal Nehru: Menjadi arsitek India modern, Nehru harus memimpin negara yang baru lahir dalam kondisi kacau.
-
Lord Mountbatten: Dipuji dan dikritik karena keputusannya mempercepat partisi, yang banyak pihak nilai terlalu tergesa-gesa.
Dampak Kemanusiaan
Partisi menyebabkan perpindahan massal antara 10 hingga 15 juta orang yang menyeberang dari satu negara ke negara lain berdasarkan agama. Orang Hindu dan Sikh bergerak ke India, sementara Muslim bergerak ke Pakistan.
Tragisnya, kekerasan meletus di banyak tempat. Pembunuhan massal, pemerkosaan, penculikan, dan perusakan desa-desa melanda kawasan, terutama di Punjab dan Bengal. Diperkirakan 500.000 hingga 2 juta orang tewas dalam kekerasan ini.
Konvoi pengungsi yang panjang, dengan orang-orang berjalan kaki, naik kereta, atau dengan kereta sapi, sering diserang di tengah jalan. Kota-kota terbakar, dan hubungan komunitas yang sudah terjalin selama berabad-abad runtuh dalam waktu hitungan minggu.
Dampak Jangka Panjang: Perang, Pengungsi, dan Perseteruan Abadi
A. Konflik India-Pakistan
-
Perang Kashmir (1947-48): Pakistan mengklaim Kashmir (mayoritas Muslim), India menolak. Hingga kini, wilayah ini masih jadi sengketa.
-
Perang 1965 & 1971: Pecah lagi karena Kashmir dan Pakistan Timur (kini Bangladesh).
-
Krisis Nuklir 1999 (Kargil War): Hampir memicu perang nuklir.
B. Migrasi Terbesar dalam Sejarah
-
Orang Hindu & Sikh dari Pakistan mengungsi ke India.
-
Muslim India dipaksa pindah ke Pakistan.
-
Krisis Pengungsi: Delhi, Karachi, dan Lahore penuh dengan kamp darurat.
C. Trauma Lintas Generasi
-
Keluarga Terpisah: Banyak yang tak pernah bertemu lagi.
-
Sastra & Film Mengenang Partisi:
-
Buku: "Train to Pakistan" (Khushwant Singh), "Midnight’s Children" (Salman Rushdie).
-
Film: "Gadar: Ek Prem Katha" (2001), "Earth 1947" (1998).
-
Pertanyaan Besar: Apakah Inggris Sengaja Memicu Kekacauan?
Banyak sejarawan percaya Inggris ceroboh dan mungkin sengaja membiarkan kekerasan terjadi, karena:
-
Radcliffe Tak Punya Pengalaman – Ia menggambar perbatasan tergesa-gesa.
-
Tidak Ada Persiapan Keamanan – Inggris menarik pasukan sebelum situasi stabil.
-
Warisan Konflik Abadi – Dengan India-Pakistan bertengkar, pengaruh Barat tetap dibutuhkan.
Bukti Kecurangan?
-
Dokumen rahasia Inggris (2017) mengungkap bahwa Mountbatten tahu kekerasan akan terjadi, tapi tak melakukan cukup upaya pencegahan.
Pelajaran dari Partisi 1947: Apa yang Bisa Kita Ambil?
-
Pemisahan Berdasar Agama Selalu Berdarah – Lihat juga Palestina-Israel, Yugoslavia.
-
Kolonialisme Menghancurkan Persatuan – Inggris mengadu domba, lalu pergi.
-
Sejarah Tak Boleh Terulang – Tapi dunia masih melihat konflik serupa hari ini.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler