saya seorang tenaga pengajar di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. saat ini menjadi Ketua MGMP PAI Kota Bandar Lampung, Pengurus APKS PGRI Propinsi Lampung. Pengurus Forum Guru Motivator Penggerak Literasi (FGMP;) Lampung. \xd Guru Penggerak angkatan 7 dan Pengajar Praktik angkatan 11 kota bandar Lampung.\xd saya aktif menulis di berbagai media elektronik daerah/nasional
Hijrah Hati, Hijrah Perilaku, Menuju Ridha Ilahi
Jumat, 27 Juni 2025 08:10 WIB
Tahun Baru Hijriah bukan sekadar pergantian kalender Islam, tetapi momentum spiritual yang mengandung makna sangat dalam: hijrah
Oleh : [Herimirhan]
Tahun Baru Hijriah bukan sekadar pergantian kalender Islam, tetapi momentum spiritual yang mengandung makna sangat dalam: hijrah. Bukan lagi hijrah fisik seperti Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, melainkan hijrah batiniah—hijrah hati dan perilaku—yang lebih relevan dan mendesak untuk kita renungkan hari ini.
Dalam dunia yang semakin sibuk, hiruk-pikuk, dan kadang menjauhkan manusia dari nilai-nilai Ilahi, tahun baru ini mengajak kita semua untuk kembali pada kesadaran ruhani dan orientasi hidup yang hakiki: ridha Allah SWT.
Hijrah Hati: Menata Niat dan Membersihkan Jiwa
Hijrah hati adalah langkah awal dari semua perubahan. Ia menuntut kejujuran diri dalam bertanya: Untuk siapa aku hidup? Apa niatku di balik semua aktivitas duniawi ini? Ketika hati telah lurus dan bersih, maka tindakan akan mengikuti. Tahun baru hijriah mengingatkan kita agar menyegarkan niat, memurnikan tujuan hidup, dan membebaskan hati dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, sombong, dan cinta dunia yang berlebihan.
Hijrah hati bukan hal ringan. Ia menuntut muhasabah dan ketundukan. Namun justru dari sinilah pintu keberkahan terbuka. Sebab, hanya hati yang bersih yang mampu menangkap sinyal-sinyal ilahiah dan menjalani hidup dengan rasa cukup dan tenang.
Hijrah Perilaku: Dari Kebiasaan Buruk ke Amal Saleh
Setelah hati berhijrah, maka tibalah saatnya perilaku kita mencerminkan transformasi itu. Meninggalkan ghibah dan menggantinya dengan perkataan yang membangun. Melepaskan kemalasan dan menggantinya dengan produktivitas. Menanggalkan kebiasaan menunda-nunda ibadah, dan menggantinya dengan ketekunan. Tahun baru hijriah adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan kecil yang selama ini kita abaikan.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa tidak akan ada perubahan pada suatu kaum kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d: 11). Maka hijrah perilaku adalah syarat mutlak bagi perubahan sosial, bangsa, bahkan peradaban. Semua itu berawal dari pembaruan diri.
Menuju Ridha Ilahi: Orientasi Tertinggi dalam Hidup
Tujuan akhir dari semua hijrah adalah ridha Allah. Ia bukan tentang pengakuan manusia, bukan tentang pencapaian duniawi, melainkan tentang bagaimana kita menapaki hidup dengan kesadaran bahwa semua yang kita lakukan adalah ibadah. Dalam dunia yang mengagungkan popularitas, prestise, dan materi, ridha Ilahi menjadi nilai yang langka namun justru paling penting.
Tahun baru Islam adalah momen untuk memperbaiki relasi kita dengan Allah. Meningkatkan shalat, memperbanyak tilawah, memperdalam ilmu agama, dan lebih peka terhadap kemanusiaan. Dalam ridha-Nya ada ketenangan. Dalam ridha-Nya ada kebahagiaan hakiki yang tidak dapat dibeli oleh dunia.
Saatnya Berhijrah
Hijrah hati, hijrah perilaku, menuju ridha Ilahi bukan slogan kosong. Ia adalah panggilan nurani yang harus dijawab dengan tekad, usaha, dan kesungguhan. Tahun baru hijriah bukan perayaan seremonial, tetapi perjalanan spiritual. Sebab sejatinya, hidup ini adalah rangkaian hijrah—dari kebodohan ke ilmu, dari lalai ke sadar, dari diri sendiri menuju Allah.
Maka, mari kita sambut tahun baru Islam ini dengan niat untuk terus berhijrah, agar langkah kita ringan, hati kita tenang, dan hidup kita diberkahi dalam keridaan-Nya.
Selamat Tahun Baru Hijriah 1447 H. Semoga kita termasuk orang-orang yang hijrah dan tidak kembali pada keburukan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler