Koordinator Humas Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau (IPMKR) Yogyakarta , Aktivis Mahasiswa Kepulauan Riau
Ketika Kepulauan Riau Hanya Sebatas Nama: Misteri Daerah yang Jarang Dikenal
Selasa, 22 Juli 2025 16:10 WIB
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi ke 32 di Indonesia, Provinsi ini kaya akan sumber daya alam dan wisatanya
Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang lahir dari pemekaran administratif dari Provinsi Riau pada tahun 2002. Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau, menempati posisi dtrategis di perbatasan internasional, yakni perbatasan dengan Singapura,Malaysia, Vietnam dan Thailand.
Namun ironi besar terjadi dalam kesadaran publik nasional. Provinsi ini kerap direduksi hanya menjadi Batam. Lebih ironis lagi, banyak yang tidak mengetahui bahwa Kota Tanjungpinang adalah Ibu Kota Provinsi Kepuluan Riau, bahkan lebih parah lagi masih ada yang menganggap bahwa Kepulauan Riau sama dengan Provinsi Riau di daratan pulau Sumatera.
Sebagai penulis, sering merasakan langsung fenomena ini, saat penulis dalam mengikuti kegiatan seminar nasional baik di Yogyakarta maupun di daerah lain, sang moderator memperkenalkan saya sebagai peserta dari Riau hingga para akademisi juga masih belum banyak mengetahui tentang Kepulauan Riau.
Ketika itu saya menjelaskan secara ringkas tentang Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian peserta tampak terkejut, bahkan ada yang bertanya “Memang riau ada dua, ya?”. Dari pertanyaan sederhana ini mengunkap satu realitas narasi tentang Kepulauan Riau belum menempati ruang signifikan dalam diskursus nasional.
Menelisik Akar Keterlupaan
Fenomena keterlupaan ini dapat dibaca melalui lensa teori komunikasi pembangunan. Pertama, information gap antara pusat dan daerah memicu ketimpangan pengetahuan. Media arus utama harus memusatkan perhatian pada kota-kota didaratan dengan aktivitas ekonomj yang dominan, sementara daerah maritim seperti Kepulauan Riau sangat kurang terekspos.
Kedua, perpheralization atau peminggiran wilayan pinggiran, hal ini menjadi kenyataan politik sosial yang mempengarushi distribusi narasi. Dalam studi identitas daerah, wilayah kepulauan sering kali menjadi daerah perbatasan yang dipandang sebatas fungsi ekoniminya, bukan sebagai pusat kebudayaan dan sejarahnya.
Wilayah-wilayah yang berada jauh dari pusat ekonomi nasional sering kali hanya mendapat liputan parsial dari media arus utama. Akibatnya, masyarakat di luar wilayah tersebut hanya mengenal satu atau dua titik popular. Dalam konteks Provinsi Kepulauan Riau hanya nama Kota Batam yang menjadi popular dikenal masyarakat luas, sementara Ibu Kota Provinsi Kota Tanjungpunang dan daerah lainnya seperti Natuna, Karimun, Anambas, Lingga dan Bintan tenggelam dalam senyap.
Pulau-pulau di pinggiran hanya dianggap sebagai pelengkap, padahal di situlah identitas kebangsaan pernah bertumbuh. Seperti misalanya pulau penyengat yang menjadi saksi lahirnya Bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa persatuan pada tahun 1928. Sayangnya, kisah-kisah semacam ini jarang diangkat dalam narasi nasional. Meskipun pemerintah daerah sudah telah berupaya membangun promosi wisata dan budaya, strategi komunikasinya masihh bersifat parsial dan tidak terintegrasi dengan media nasional maupun internasional.
Kritik juga harus diarahkan pada pola komunikasi pemerintah daerah. Branding Provinsi Kepulauan Riau masih belum massif secara nasional. Meski ada promosi wisata dan festival budaya, pesan yang disampaikan sering berhenti di tingkat lokal maupun regional. Dalam kajian komunikasi strategis, kegagalan membangun nation branding daerah menyebabkan potensi kekayaan tidak teratikulasikan dengan baik kepada publik.
Potensi Kekayaan Kepulauan Riau, Fakta yang Terlupakan
Ironisnya di balik keterlupaan itu, Kepulauan Riau justru menyimpan potensi yang sangat besar saat ini. Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu kawasan dengan hasil laut tertinggi di Indonesia. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat peningkatan volume tangkapan Ikan di Natuna sebesar 18% pada semester pertama tahun 2024, terutama jenis ikan tuna,cakalang dan kerapu. Hal ini menujukkan bahwa Provinsi Kepulauan Riau memiliki peluang besar dalam mewujudkan ketahan pangan berbasis laut.
Pada sektor energi, Kabupaten Natuna menjadi sorotan karena Cadangan Migasnya termasuk yang terbesar di Asia Tenggara. Pemerintah sedang mengembangkann skema investigasi gas bumi yang ramah lingkungang, termasuk pada proyek ekplorasi blok Natuna D-alpha. Namun potensi ini belum menjadi narasi publik yang dikenal luas.
Sementara pada sektor pariwisata, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Bintan terus dipromosikan sebagai destinasi Internasional. Kunjunagn wisatawan mancanegara ke wilayah provinsi Kepulauan Riau terus meningkat berkat integrasi kawasan ekonomi khusus dan peningkatan infrastruktur yang ada. Potensi wisata Bahari ini tidak hanya mneawarkan devisa bagi negara, tetapi juga membuka lapangan kerja barus. Letak georrafis dari Provinsi Kepulauan Riau sebagai garda terdepan di Indonesia. Namun, sayangnya posisi strategis ini belum sepenuhnya diartikulasikan sebaagai identitas yang dapat membentuk citra nasional.
Kepulauan Riau tidak boleh hanya dikenal lewat Batam saja, Kota Tanjungpinang harus disebut dengan bangga sebagai ibu Kota yang mengikat sejarah, budaya dan ekonomi maritim. Serta Kabupaten Lingga, Bintan, Kepulauan Anambas, Natuna dan Karimun dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Sudah saatnya pemerintah daerah, media, akademisi dan masyarakat harus bersinergi membangun narasi yang lebih kuat. Jangan lagi biarkan lagi Kepulauan Riau hanya dikenal dari Provisni Riau. Setiap kali itu terjadi, hati saya tersentuh sekaligus tertantang. Inilah tugas kita: mengangkat narasi Kepulauan Riau, memisahkannya dari bayang-bayang Provinsi Riau, dan menegaskan peran Tanjungpinang sebagai ibu kota.

Mahasiswa Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Suka
1 Pengikut

Rakyat Berteriak, Wakilnya Menghilang
Sabtu, 30 Agustus 2025 14:41 WIB
Pendidikan Indonesia di Persimpangan Jalan
Senin, 18 Agustus 2025 11:57 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler