Penulis, aktivis, sociopreneur.\xd\xd\xd Menyuarakan nalar kritis dan semangat mandiri dari pesantren ke publik digital #LuffyNeptuno
Ketika Gotong Royong Hilang, Apakah Siskamling Jawabannya?
6 jam lalu
Kamera bisa merekam, pagar bisa dikunci rapat, tapi tanpa kebersamaan, keamanan hanyalah ilusi.
***
Di banyak kampung dan desa, kita masih bisa melihat pos ronda yang berdiri di ujung jalan. Sebagian tampak terawat, digunakan sebagai tempat berkumpul warga, bahkan masih berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, lebih banyak lagi pos ronda yang kini kosong melompong, berubah menjadi tempat menyimpan kayu bekas, kursi rusak, atau sekedar bangunan tua yang terlupakan. Padahal, dari sanalah dulu denyut kehidupan sosial warga bermula yaitu siskamling.
Siskamling Sebagai Simbol Kebersamaan
Siskamling (sistem keamanan lingkungan) sejatinya adalah wujud nyata gotong royong. Ia lahir bukan dari instruksi pemerintah semata, tetapi dari kesadaran masyarakat bahwa keamanan tidak bisa ditanggung sendiri. Dengan bergiliran menjaga malam, warga bukan hanya melindungi harta benda, tetapi juga menjaga kepercayaan satu sama lain.
Dalam praktiknya, siskamling lebih dari sekadar ronda. Ia adalah ruang sosial, tempat orang tua menasihati anak muda, tempat tetangga berbagi kabar, bahkan tempat masyarakat membicarakan solusi atas persoalan bersama. Maka, ketika siskamling mati, yang hilang bukan hanya kentongan dan jadwal ronda, melainkan juga ruh kebersamaan.
Tantangan Zaman Modern
Namun, tidak bisa dipungkiri, kehidupan masyarakat kini jauh berbeda dengan beberapa dekade lalu. Kota-kota tumbuh, jam kerja semakin panjang, dan individualisme semakin menebal. Warga lebih banyak berinteraksi lewat smartphone ketimbang berbincang tatap muka. Akibatnya, semangat kolektivitas kian meredup.
Di sisi lain, bentuk ancaman juga berubah. Jika dulu pencurian atau perkelahian antarwarga menjadi persoalan utama, kini muncul kejahatan yang lebih kompleks seperti perselingkuhan, begal bermotor, narkoba, perdagangan manusia, hingga penipuan digital. Teknologi keamanan seperti CCTV dan aplikasi patroli memang hadir sebagai solusi modern, tetapi teknologi tidak mampu menggantikan rasa saling peduli antarwarga. Kamera hanya merekam, ia tidak bisa menolong saat kebakaran atau memberi pertolongan pertama ketika ada yang sakit mendadak.
Mengapa Siskamling Masih Penting
Pertanyaan yang muncul kemudian apakah siskamling masih relevan untuk dihidupkan kembali? Jawabannya, ya. Justru di era modern yang serba individualistis ini, siskamling semakin mendesak.
Pertama, karena siskamling berfungsi sebagai pencegahan. Kehadiran warga yang berjaga memberi efek psikologis bagi calon pelaku kejahatan. Kedua, siskamling memperkuat ikatan sosial. Warga yang terbiasa ronda bersama akan lebih peduli satu sama lain, lebih sigap membantu ketika ada musibah. Ketiga, siskamling adalah bentuk kemandirian masyarakat. Alih-alih menunggu aparat yang jumlahnya terbatas, warga bisa melindungi diri dan lingkungannya sendiri.
Menyelaraskan Tradisi dengan Inovasi
Meski demikian, siskamling masa kini tentu tidak bisa dipraktikkan persis seperti dahulu. Ia perlu disesuaikan dengan realitas zaman. Jadwal ronda bisa dibuat fleksibel sesuai kondisi warga, melibatkan karang taruna atau organisasi masyarakat setempat. Pos ronda bisa dilengkapi CCTV sederhana, lampu sensor, atau sistem komunikasi berbasis grup WhatsApp untuk koordinasi cepat. Dengan begitu, tradisi lama dipadukan dengan inovasi baru.
Lebih jauh lagi, pos ronda bisa dikembangkan menjadi pusat kegiatan sosial, bisa berupa tempat belajar bersama anak-anak, tempat diskusi warga, bahkan ruang kreativitas pemuda. Dengan cara ini, siskamling tidak hanya seeadar menjadi rutinitas yang membosankan, melainkan wadah untuk memperkuat kehidupan sosial.
Menghidupkan kembali siskamling bukanlah sekadar romantisme terhadap masa lalu. Ia adalah jawaban atas kebutuhan nyata masyarakat hari ini. Di tengah ketidakpastian, meningkatnya kriminalitas, dan melemahnya ikatan sosial, siskamling hadir sebagai pengingat bahwa keamanan bukan hanya tugas aparat, melainkan tanggung jawab bersama.
Jika kita ingin lingkungan yang aman sekaligus hangat, maka pos ronda harus kembali menyala. Kentongan harus kembali berdentum. Dan yang paling penting, hati warga harus kembali terikat dalam semangat gotong royong.
Cerita Pendek : Kentongan Tengah Malam
Malam itu kampung tampak sunyi. Lampu jalan hanya beberapa yang menyala redup. Di pos ronda ujung gang, tiga orang duduk melingkar. Ada Pak Samin, lelaki tua yang sudah pensiun dari pekerjaannya di kota; Budi, pemuda yang baru pulang kerja shift sore; dan Fajar, mahasiswa yang sedang liburan kuliah.
Suara kentongan “tong-tong-tong” dipukul pelan, tanda giliran jaga dimulai.
“Kalau dulu, begini ini rame,” kata Pak Samin sambil menyeruput kopi hitam. “Anak-anak muda suka nongkrong, ngobrol, kadang sampai main catur sampai pagi. Sekarang, orang lebih betah dengan HP-nya masing-masing.”
Budi tertawa kecil. “Ya, Pak. Zaman sudah beda. Tapi tetap saja, kalau ada maling, nggak bisa kita lawan pakai HP doang.”
Mereka terdiam sejenak. Angin malam berembus, membawa suara jangkrik. Dari kejauhan, terdengar motor melintas. Budi spontan berdiri, menatap ke ujung jalan.
“Warga mana itu?” tanya Fajar.
“Entahlah, tapi lewat saja sepertinya,” jawab Budi.
Pak Samin mengangguk pelan. “Itulah gunanya ronda. Kalau ada yang mencurigakan, kita bisa cepat tahu. Kalau kita semua tidur, siapa yang akan jaga?”
Obrolan kembali mengalir. Dari topik keamanan, beralih ke cerita masa muda, hingga rencana kerja bakti minggu depan. Pos ronda sederhana itu mendadak hangat, seperti rumah kecil di tengah malam gelap.
Ketika jam menunjukkan pukul dua dini hari, giliran mereka selesai. Fajar memukul kentongan lagi dan lebih keras kali ini. Suaranya menggema, membangunkan dua orang berikutnya untuk menggantikan jaga.
Saat berjalan pulang, Fajar tersenyum sendiri. Malam ini ia sadar, ronda bukan hanya soal menjaga kampung dari pencuri, tapi menjaga hati dari rasa asing di lingkungan sendiri.
---

Sociopreneur | Founder Neptunus Kreativa Publishing
8 Pengikut

Peringatan Maulid Nabi dan Male Telur di Ahuhu
3 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler