Radio Masih Eksis di Era Serba Digital

***

Radio pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1925 oleh Bataviase Radio, Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) di Jakarta. Namun, sebelumnya pada tahun 1920an Radio Vereeniging sudah melakukan siaran perdananya. Seiring berjalannya waktu, Radio semakin berkembang di Indonesia dan mengalami masa jaya nya pada tahun 1920-1990an. 

Memasuki era digital, radio mengalami revolusi menjadi radio digital yang bisa dikonsumsi khalayak dengan menggunakan jaringan internet. Meskipun bukan lagi berada di masa jayanya, namun saat ini radio masih dinikmati oleh masyarakat karena luring, autentik dan dimanfaatkan sebagai komunitas lokal. Selain itu, radio juga bisa dinikmati dengan smartphone sehingga lebih efektif jika dibandingkan dengan televisi. Berdasarkan laporan GoodStats tentang sekitar 52% anak muda di Indonesia masih mendengarkan radio. Hanya 48% orang yang mendengarkan radio melalui komputer dan smartphone, 52% lainnya masih dengan radio analog. 

Salah satu radio di Indonesia yang masih eksis hingga hari ini adalah Prambors FM.  Radio ini berdiri sejak tahun 1970 dan mengalami perkembangannya pada 1971-1978. Awalnya Prambors tidak hanya berudara di radio, tetapi juga mengisi di acara-acara luring. Di era digital ini, Prambors masih eksis di kalangan milenial dan Gen Z, dengan melakukan konvergensi http://www.pramborsfm.com, sehingga Prambors tidak hanya dapat dinikmati melalui frekuensi radio tetapi juga smartphone. Prambors juga aktif menyapa penikmatnya melalui media sosialnya. Saat ini Prambors membuat kampanye "Skool Fest", dengan menggandeng artis-artis yang eksis di kalangan anak muda. Hal berikut merupakan upaya Prambors untuk tetap eksis di era radio digital, yang bersaing dengan podcast. Sebagai Radio yang sudah berdiri sejak tahun 70an, Prambors masih aktif melakukan inovasi dan memenuhi kebutuhan pasar dengan inovasi kontennya, dan pilihan lagunya yang tidak terbatas. 

Hal yang perlu dilakukan oleh pengelola atau yang ingin mendirikan radio di era digital antara lain:

- Pengelola radio harus mengikuti keinginan dan memenuhi kebutuhan penikmatnya, seperti melakukan konvergensi menjadi media daring, melakukan strategi promosi di media sosial, dan melakukan riset pasar.

- Ikut berkontribusi dalam radio daring, seperti Noice atau Spotify. Hal ini dilakukan agar jangkauan pendengar bisa lebih luas dan tidak terbatas pada segmentasi pasar.

- Melakukan kampanye yang menggandeng tokoh-tokoh muda yang digemari oleh generasi saat ini. Sehingga Radio tidak hanya eksis di kalangan milenial dan gen z, tetapi juga generasi selanjutnya.

- Menyediakan beberapa pilihan untuk didengar oleh penikmatnya seperti, hiburan, edukasi, gaya hidup, kesehatan dan lainnya.

- Membuat platform/aplikasi tersendiri sehingga tidak bergantung pada platform global. Memiliki platform tersendiri dengan fitur interaktif dan memanfaatkan big data untuk melakukan personalisasi penggunanya.

Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Produksi Program Audio (PPA) Prodi Produksi Media semester 5 Politeknik Tempo, yang diampu oleh Rachma Tri Widuri, S.Sos., M.Si.

(Sumber: 

Goodstats. (2024). Survei GoodStats: Radio Masih Punya Ruang di Hati Anak Muda Indonesia. Survei GoodStats: Radio Masih Punya Ruang di Hati Anak Muda Indonesia - GoodStats

Dwi, L. (2025). Sejarah Perkembangan Radio di Indonesia. (https://www.kompas.com/stori/read/2025/09/12/200000379/sejarah-perkembangan-radio-di-indonesia-)

Ika, Desiana (2022). Eksistensi Radio di Masa Kini.  

(https://kumparan.com/desiana-ika-kristanti/eksistensi-radio-di-masa-kini-1yCR1eOfUNB)

Sudarmawan, Wahyu (2021). Company Profile Radio Prambos.

(https://www.scribd.com/document/578991671/Company-Profile-Radio-Prambos-18-96-0884)

Tempo.co (2021). 50 Tahun Prambors Punya Penyiar Legenda Warkop DKI Dono Kasino Indro. (https://www.tempo.co/hiburan/50-tahun-prambors-punya-penyiar-legenda-warkop-dki-dono-kasino-indro-529830)