AS Gelontorkan US$134 Miliar ke Ukraina: Altruisme atau Realisme?
2 jam lalu
Bantuan AS ke Ukraina senilai US$134 miliar lebih mencerminkan kepentingan strategis dan geopolitik, bukan altruisme murni.
***
Konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan konflik yang masih memanas hingga saat ini meskipun mulai jarang dibicarakan. Sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran pada Februari 2022, kedua negara tersebut sebenarnya telah memiliki hubungan yang memburuk sejak 2014. Sejak Februari 2014 Ukraina mengalami revolusi Maidan dan menggulingkan presiden yang pro-Rusia.
Rusia juga mencaplok Krimea dan mendukung kelompok separatis yang berada di Donbas, Ukraina Timur sehingga hal ini memicu konflik bersenjata. Pada periode 2014-2021 terjadi perang berkelanjutan di Donbas antara militer Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.
Puncaknya pecah pada Februari 2022 yang dipicu karena isu Ukraina akan bergabung dengan NATO. Rusia memandang isu ini sebagai ancaman strategis terhadap keamanannya sehingga segera menginvasi Ukraina dengan dalih mencegah hal tersebut terjadi dan melindungi etnis Rusia di Donbas.
Amerika Serikat sebagai anggota NATO pun tidak tinggal diam. Negara tersebut memberikan bantuan kepada Ukraina dalam bentuk bantuan kemanusiaan, ekonomi, hingga militer. Per 30 Juni 2025, jumlah bantuan dari Amerika Serikat ke Ukraina sejak invasi besar Rusia diperkirakan mencapai US$134 miliar. Angka tersebut meliputi bantuan kemanusiaan sebanyak US$4 miliar, bantuan ekonomi US$54 miliar, dan bantuan militer sebesar US$75 miliar.
Lalu apakah bantuan sebesar itu murni untuk tujuan membantu tanpa memberikan keuntungan signifikan bagi Amerika Serikat (altruisme)? Atau sebenarnya Amerika Serikat memberikan bantuan atas dasar kepentingan nasionalnya dan mengharapkan kentungan yang lebih besar (realisme)?.
Altruisme dalam konteks bantuan luar negeri didasarkan pada ketulusan tanpa pamrih. Tujuan utamanya untuk kebaikan bagi penerimanya, bukan mengharapkan keuntungan strategis atau politik untuk pemberinya meskipun terkadang harus mengorbankan diri sendiri.
Altruisme murni muncul dari empati ataupun keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan negara penerima. Fokus dari altruisme adalah pada nilai moral, kemanusiaan, dan tanggung jawab global. Bantuan ini biasanya muncul pada saat terjadi bencana alam besar, krisis kemanusiaan, kelaparan, atau konflik yang menyebabkan penderitaan sipil.
Berbeda dengan altruisme, bantuan yang bersifat realisme memiliki tujuan yang sebaliknya. Bantuan realisme memiliki prinsip bahwa tidak ada bantuan yang benar-benar gratis. Dari sudut pandang realis, bantuan luar negeri adalah alat yang sangat strategis untuk mencapai kepentingan nasional. Bantuan ini biasanya diarahkan ke negara yang punya nilai geopolitik, ekonomi, atau militer.
Beberapa bentuk bantuan realisme meliputi bantuan ekonomi seperti membuka pasar bagi produk negara donor, bantuan militer seperti memperkuat sekutu atau proxy, dan bantuan politik seperti membangun pengaruh, memperebutkan aliansi, atau menekan negara lain. Bantuan sering disertai syarat politik, misalnya harus mendukung kebijakan luar negeri negara donor, membuka pasar, atau menyetujui perjanjian keamanan tertentu.
Bantuan yang diberikan Amerika Serikat ke Ukraina didominasi oleh bantuan militer. Amerika Serikat mengirimkan berbagai jenis senjata canggih seperti sistem artileri HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System), sistem pertahanan udara Patriot, Stinger, NASAMS, Tank berjenis M1 Abrams, kendaraan tempur, amunisi, drone pengintai.
Tidak hanya dalam bentuk senjata, Amerika Serikat juga memberikan bantuan berupa pelatihan militer pasukan Ukraina yang dilatih di Eropa Timur dan Jerman, serta dukungan intelijen seperti informasi satelit dan data pergerakan pasukan Rusia. Untuk menilai apakah bantuan sebesar ini dapat dikategorikan sebagai altruisme atau realisme, kita perlu mengetahui apa tujuannya dan apakah Amerika Serikat mendapatkan keuntungan yang signifikan dari pemberian bantuan tersebut.
Dengan memberikan senjata dan kendaraan taktis tentunya hal ini dapat memperkuat militer Ukraina dan secara tidak langsung melemahkan militer Rusia serta menahan ekspansi pengaruh Rusia di Eropa Timur dan sekitar NATO. Hal ini tentunya memberikan keuntungan yang cukup besar kepada Amerika Serikat, karena Amerika sejak lama melihat Rusia sebagai rival strategisnya.
Amerika juga tidak perlu turun tangan secara langsung untuk ikut serta dalam melemahkan militer Rusia, sehingga militer Ukraina dapat dijadikan pionnya melalui bantuan luar negeri ini. Jika saja Ukraina jatuh ke tangan Rusia, maka Amerika akan dipandang sebagai negara yang tidak begitu kuat dan tidak berpengaruh oleh rivalnya seperti Rusia atau Tiongkok, sehingga memberikan bantuan seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga citra Amerika Serikat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bantuan Amerika Serikat kepada Ukraina adalah bantuan yang bersifat realisme karena Amerika memiliki kepentingan nasional di baliknya dan mendapatkan keuntungan yang signifikan. Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris juga pernah mengatakan secara terang-terangan bahwa dukungan Amerika Serikat ke Ukraina bukan karena amal, tetapi karena itu adalah kepentingan strategi Amerika Serikat.
Kesimpulannya, bantuan Amerika Serikat kepada Ukraina lebih tepat dikategorikan sebagai bantuan yang bersifat realisme daripada altruisme. Meskipun terdapat elemen kemanusiaan dalam jumlah tertentu, proporsi dan fokus utama bantuan yang diberikan menunjukkan orientasi strategis yang kuat.
Dengan menggelontorkan dana sebesar US$134 miliar terutama dalam bentuk bantuan militer Amerika Serikat tidak hanya memperkuat posisi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia, tetapi juga secara tidak langsung melemahkan kekuatan militer dan geopolitik rival utamanya tanpa harus terlibat langsung dalam pertempuran.
Bantuan ini menjadi instrumen untuk mempertahankan pengaruh Amerika di kawasan Eropa, menjaga stabilitas sekutu NATO, serta mengirimkan pesan tegas kepada negara-negara lain mengenai kekuatan dan komitmen Amerika dalam mempertahankan tatanan internasional yang sejalan dengan kepentingannya.
Dengan demikian, motif utama di balik bantuan tersebut bukanlah semata-mata ketulusan atau kepedulian kemanusiaan, melainkan perhitungan strategis demi melindungi dan memperluas kepentingan nasional Amerika Serikat.
Referensi
Civelli, A., Horowitz, A. W., & Teixeira, A. (2015). A Signal of Altruistic Motivation for Foreign Aid: A Theoritical Model and Empirical Test.
Duggal, H. (2025, Agustus 21). Tracking US and NATO support for Ukraine: A full breakdown. Diambil kembali dari AlJazeera: https://www.aljazeera.com/news/2025/8/21/tracking-us-and-nato-support-for-ukraine-a-full-breakdown?utm_source=chatgpt.com
Goals, T. R. (2024). The Role of Foreign Aid in Achieving Foreign Policy Goals. Rose Othman, 2-3.
Guldogan, D. (2024, September 27). It is US 'strategic interest' to support Ukraine: Harris. Diambil kembali dari Anadolu Ajansi: https://www.aa.com.tr/en/americas/it-is-us-strategic-interest-to-support-ukraine-harris/3342970?utm_source=chatgpt.com
Heinrich, T. (2012). When is Foreign Aid Selfish, When is it Selfless. The Journal of Politics, 3-11.
Morgenthau, H. (1962). A POLITICAL THEORY OF FOREIGN AID.
Pinto, T. N. (2025, Mei 9). Foreign aid in decline as realism shapes global assistance. Diambil kembali dari GIS Reports: https://www.gisreportsonline.com/r/foreign-aid-decline/#:~:text=Rasional%20di%20balik%20langkah%20ini,terbesar%2C%20merupakan%20contoh%20pendekatan%20ini.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler