Game, Ideologi, dan kita: Bermain di Tengah Arus Isu Sosial
6 jam lalu
Ada politik di balik quest, ideologi di balik karakter, dan pesan sosial di balik setiap misi.
Game: Dari Hiburan Menjadi Ruang Makna
Apakah kamu pernah berpikir bahwa game yang kamu mainkan diam-diam membawa pesan tertentu?
Game sering kita pandang hanya sebagai hiburan, tempat melepas stres, berkompetisi, atau sekadar menikmati cerita. Tapi di balik visual dan gameplay-nya, banyak game sebenarnya menyimpan narasi politik, ideologi, atau bahkan kritik sosial.
Contohnya, Papers, Please menggambarkan bagaimana kekuasaan bisa menekan kemanusiaan. This War of Mine membuat kita merasakan penderitaan warga sipil di tengah perang. Bahkan Cyberpunk 2077 menyoroti ketimpangan sosial dan pengaruh korporasi besar terhadap manusia.
Lewat permainan, kita bukan cuma bermain tapi juga belajar memahami dunia.
Ketika Ideologi Masuk ke Dunia Game
Tidak bisa dipungkiri, banyak pengembang game menanamkan pandangan ideologis atau politik tertentu dalam karyanya.
Kadang hal itu muncul dalam bentuk pilihan moral, kadang tersirat dalam konflik sosial, atau bahkan dalam cara dunia game diatur.
Misalnya, game seperti Call of Duty sering dikritik karena menggambarkan Amerika Serikat sebagai “pahlawan dunia”, sedangkan musuhnya selalu diidentikkan dengan negara tertentu. Sementara game Undertale justru menantang ideologi kekerasan dengan mengajarkan empati: bahwa kita bisa “menang” tanpa membunuh siapa pun.
Pertanyaanya, Apakah ideologi di game memengaruhi cara kita memandang dunia nyata?
Game Sebagai Cermin Isu Sosial
Selain ideologi, video game kini berfungsi sebagai ruang refleksi atas ketimpangan sosial dan tanggung jawab manusia terhadap sesama.
Game seperti A Plague Tale: Requiem menyoroti penderitaan masyarakat miskin di tengah wabah, sementara Citizen Sleeper berbicara tentang perjuangan identitas dan eksploitasi tenaga kerja dalam sistem kapitalistik futuristik.
Lewat gameplay yang penuh pilihan moral, game mengajak kita berempati pada manusia di berbagai kondisi sosial yang sering diabaikan.
Menjaga Jati Diri di Tengah Dunia Digital
Sebagai warga Indonesia, kita memiliki nilai-nilai luhur yang tertanam dalam Pancasila, gotong royong, toleransi, dan kemanusiaan.
Game, dengan segala pengaruh ideologi dan narasinya, seharusnya menjadi ruang untuk memperkuat nilai-nilai itu, bukan mengikisnya.
Kita bisa belajar dari semangat persatuan dalam keberagaman lewat game yang menonjolkan kerja sama tim (co-op games), atau mengasah empati melalui cerita tentang penderitaan manusia. Namun, kita juga perlu waspada terhadap game yang menormalisasi kekerasan ekstrem, ujaran kebencian, atau glorifikasi terhadap peperangan tanpa konteks kemanusiaan.
Mungkin sudah saatnya kita bertanya: Apakah game yang kita mainkan mencerminkan nilai kemanusiaan dan keadilan yang kita junjung sebagai bangsa?
Verdict: Bermain dengan Pikiran, Bukan Sekadar Jari
Sebagai warga dan gamer Indonesia, saya tidak percaya bahwa kita harus menjauhi game yang mengandung isu sosial atau politik. Justru, game bisa menjadi jendela dunia selama kita memainkannya dengan kesadaran kritis.
Namun, kita tetap perlu bermain dengan hati-hati terhadap game yang:
- Mengandung propaganda terselubung,
- Mendorong intoleransi atau kekerasan tanpa konteks,
- Atau menanamkan ideologi ekstrem yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Jangan larang diri untuk bermain, tapi bermainlah dengan berpikir.
Karena seorang gamer yang sadar nilainya, tak akan mudah dikendalikan oleh ideologi apa pun.
Kesimpulan
Game bukan lagi sekadar hiburan. Ia telah menjadi medium yang merekam dinamika sosial, politik, dan ideologi manusia modern.
Sebagai gamer Indonesia, kita ditantang untuk tidak hanya menikmati visual dan gameplay, tetapi juga memahami pesan dan nilai di baliknya.
Dengan berpijak pada nilai-nilai Pancasila, kemanusiaan, keadilan, dan toleransi, kita dapat menjadikan pengalaman bermain sebagai ruang belajar dan refleksi.
Tidak semua game harus dihindari; yang penting adalah bermain dengan kesadaran, bukan sekadar ikut arus.
Karena pada akhirnya, game tidak membentuk siapa kita sepenuhnya,
cara kita memaknainya lah yang menentukan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler