x

Iklan

andre HI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Peradaban Islam Indonesia dalam Dimensi Ruang dan Waktu

Paradigma Spiritual Logic ditengah Para Ahli

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jakarta, Indonesiana Tempo – Rekam jejak perjalanan dan perkembangan Islam di Indonesia selalu menjadi perdebatan diantara kalangan ahli Agama. Perbedaan aliran dan pemahaman diantara para ahli, membuat polemik tersendiri.

Seperti halnya, pandangan dan esensi serta tujuan yang dilontarkan oleh Ketua Umum PBNU, KH. Said Agil Siradj yang menyebutkan Islam Nusantara bukanlah agama baru dan juga bukan aliran baru. Islam Nusantara menurutnya merupakan sebuah pemikiran yang berlandaskan sejarah Islam masuk ke Indonesia tidak melulu peperangan, tapi kompromi terhadap budaya.

Said Agil mengatakan meskipun bersikap kompromi terhadap budaya Nusantara, Islam Nusantara tetap tidak membenarkan adanya tradisi yang bertentangan dengan syariat Islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Misalkan ada tradisi yang melegalkan seks bebas, itu tidak dibenarkan, tidak diterima dan dicarikan komprominya. Yang positif, masyarakat Indonesia kuno mengenal selametan dengan sesaji, ketika Islam masuk diisi dengan pengajian, membaca ayat-ayat Alquran, dibarengi sedekah, itulah tradisi Islam Nusantara,” ungkap Said dalam konferensi pers persiapan akhir pelaksanaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (3/07).

Islam Nusantara adalah tema besar Muktamar NU ke-33 mendatang. Melalui tema ini, Said menganggap hal ini sebagai sumbangsih NU kepada Indonesia dan dunia yang tidak radikal. 

"Tradisi Islam Nusantara tidak mungkin menjadikan orang radikal. Tidak mengajarkan membenci, membakar, atau bahkan membunuh,” tegasnya.

Senada dengan Kyai Said, Pengamat Nilai Kebangsaan, Yudi Frianto, SH mengatakan setuju dengan lontaran Ketua Umum PBNU yang menyatakan Islam Nusantara, kalau mengacu pada esensi kearifan lokal.  Tapi seyogyanya jika beliau merujuk pada nilai Proklamasi lebih apik lagi jika menggunakan Islam Indonesia.

Menurut Ketua Umum Permata Indonesia, inilah nilai yang diterapkan oleh para pendiri bangsa dan para petinggi NU, Pola yang indah dalam sebuah makna kebijakan.

“Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Karakter spirituallogic harus senafas dengan budaya dan Negara leluhur namun tidak menghilangkan sejatinya Islam dan syariatnya. Juga tidak mengurangi keIslaman seseorang,” tukas Yudi Frianto dikantornya dibilangan Rukan Puri Aries, Meruya Jakarta Barat..

Pengertian kearifan lokal itu sendiri menurut Yudi adalah budaya yang saling terkait. Ini momentum untuk dunia dari Indonesia, Islam Indonesia akan hadir menjadi penentu pengapus stigma negative dari yang selama ini di anggap radikal, kejam, dan lainnya padahal semua tidak sesuai. Karena kearifan lokal membentuk karakter masyarakat dengan esensi keramahan dan kesantunan.

“dengan pernyataan Ketua Umum PBNU dalam mengangkat harkat dan martabat Islam Indonesia dimata dunia, kami siap untuk terus menggelorakan semua upaya yang akan PBNU sosialisasikan.”ujarnya.

Dari sisi lain, Luhut Binsar Panjaitan, melihat Peluang NU untuk turut menjadi juru damai atas berbagai konflik yang terjadi disejumlah Negara kawasan Timur Tengah.

"Selama ini, yang menjadi juru damai konflik Israel dan Palestina hanya Amerika Serikat. Saya lihat, Indonesia bisa menjadi pendamai konflik internasional. Kita harus mengambil peran strategis ini. Dukungan para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama sangat penting untuk agenda itu," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukham) Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta, Senin.

 

Berbicara dalam forum "International Summit of the Islamic Moderate Leaders" (ISOMIL), dia mengamati konflik di Timteng terjadi karena kegagalan semua pihak dalam mempertemukan agama dan negara.

 

"Pada titik inilah, Nahdlatul Ulama harus bisa menjadi penengah untuk mencari solusi perdamaian di dunia, khususnya Timteng," kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid itu.

 

ISOMIL diselenggarakan atas prakarsa PBNU untuk mencari solusi bersama atas konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. 

 

Luhut yang hadir bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso dalam pertemuan yang dihadiri para ulama, pemimpin politik, dan akademisi dari 40 negarra itu menyampaikan strategi pemerintah Indonesia untuk menghadapi radikalisme dan kekerasan di dalam negeri. 

 

Sebelumnya Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, menyatakan bahwa organisasinya diminta pemerintah untuk mengekspor konsep Islam Nusantara yang mengedepankan perdamaian, kesantunan, dan menghargai kebudayaan. 

 

"Para kiai telah memberi teladan berupa titik temu antara konsep Islam dan kebangsaan, antara agama dan negara. Hadratus Syaikh Hasyim Asyari (pendiri NU) telah menegaskan pentingnya menjaga titik temu agama dan negara. Sudah saatnya kita mengeskspor gagasan Islam Nusantara ke level internasional," ujarnya. (And)

Ikuti tulisan menarik andre HI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB