Keliling Swiss
Ka, menyusuri Mount Titlis dengan kereta pepaya
Rasanya tiada pemandangan indah selain di depanku
; wajahmu
Ketinggian ini tak membuat nyali menyusut
Saka, pesonamu bagai Lion Monument
Simbol kesetiaan para pejuang negaranya
Menyeberangi keabadian Chapel Bridge, aku takjub
Apa kita akan sampai setua itu?
Ss, 041014
@Sayap Kata, Jum’at 7 November 2014 (Edisi 30)
Ajari Aku, Bulan
Bulan, ajari aku sabar dalam menantikan hadirmu
Menunggu langit siang berganti malam
Selama dua belas jam
Ajari aku bertahan di bawah pohon kehampaan
Menghitung hari kapan kaupurnama bulan depan
Ajari aku tabah menantikan redanya hujan
Untuk menyaksikanmu bersinar terang
Menghangatkan dinginnya malam gelapku
Dengan lembut cahayamu
Bulan, ajari aku ikhlas melewati malam tanpa kaudatang
Tanpa pula langit yang berbintang
Karena cuaca enggan berteman
Dan ajari aku menyambut pagi yang fitri
Tanpa hadirmu kumengerti,
Kauhanya ada saat malam tiba
Selamat Lebaran, Bulan ...
Maafkanku yang selalu merindukanmu
Semoga di balik sana kaumengintip dan mendengarnya
Klt, 300714
@Sayap Kata, Jum’at 8 Agustus 2014 (Edisi 17)
Penolakan Alam part II
Bahkan saat aku memelukmu, seketika itu pula langit menurunkan hujan
Aku tak tahu apa ini menambah keromantisan dengan judul “Berpelukan dalam Linangan Air Hujan”
Atau sebuah penentangan alam untuk membuatku terlepas dari pelukanmu
Lalu memisahkan kita menjadi aku-kamu
Kini aku berdiri sendiri, tanpa ada kata yang menyertai
Tanpa kamu di sisi, tanpa siapa pun di sini
Sedang dengan kamu, aku tak tahu bagaimana keadaanmu
Setelah kita terpisah menjadi aku-kamu
Apakah kau baik-baik saja, atau ada apa-apa denganmu
Aku tak tahu apa yang terjadi padamu
Sejak (sekali lagi) kita terpisah menjadi aku-kamu
Aku hanya bisa mendo’akanmu, semoga kau baik-baik saja
Semoga kau bahagia menjalani hidupmu tanpa aku
Semoga hari-harimu selalu menyenangkan
Klaten, 28 Februari 2014
@Sayap Kata, Jum’at 23 Mei 2014 (Edisi 7)
Dongeng Payah Pejuang
Apa harus kutabrak kepala...
Pada putaran rodaroda di jalan raya
Sampai keluar warna darah segar
Biar tahu apa itu cinta
Dan membedakannya dengan cinta
Apa perlu kuteriak cerita?
Hingga robek pita suara
Mendongeng kisah pejuang payah
Tak goyah menapaktilas langkah
Menaiki anak tangga lelah
Tapi tiada pernah menyerah
Pejuang yang tindak dalam kata
Bisu terdengar daun telinga
Memantul tak gema
Menyesap hingga dasar renjana
Part 2
Renjana yang biasa dipukul keras
Diterkam buas bias
Meretak kedua kepak juang ganas
Tiada khauf pun roja’ lepas
Asal membebas bersama mimpi
Menyata kala tidur ‘lah usai
Selesai putik tangkai menegak mimbar
Nian hambar oleh hampa
Dongeng nan akhir
Masuk dalam hilir do’a
Terpejam peristirahatan malam
Yang biar tak segulita
ShNA, 050914
Kopi untuk M*E
Entah berapa tetes air aliri pipi
Luruh dari mata penuh hati
Buat sayapsayap lembab
Tak dapat mengepak
Tertahan ludah manis kopi
Jika kopi jadi manis tambah gula
Kaujadi legit pakai apa?
... sekilat kaudirikan tulang-tulangku yang rangkak
Baring diterbangkan melayang hingga jatuh
Kauanggap itu nikmat?
Tak!
Tak ada di sini setitik benci, hanya sekoma
Tak ada di sini setitik cinta, persaudara
Saat melarut suaku pada
Pakailah logika, bukan renjana
Bilamana bisa menyanamu nyata?
Jika lilin menyulut api dan tidak melelehi imaji
Bukankah diri bebas tentang segala?
Tanpa pandang aku apa, kausiapa...
ShNA, 050914
ð DETAK PEKANBARU.Com Senin, 08 September 2014
DOA UNTUK GAZA
Jalur Gaza, di sana darah tumpah
Tercecer pahala yang mengiringi langkah
Nyawanyawa syuhada melayang ke angkasa menghadap Roob-Nya
Jasad-jasad suci tanpa perlu mandi
Sedang di langit gagak-gagak mengisyaratkan kematian
Berteriak namun parau ke pendengaran
Tersebar berita ke segala penjuru dunia
Tak terkecuali negeri kita, Indonesia
Kala televisi menyala, kulihat berita
Di mana pertumpahan darah terjadi di negeri saudara
Kelopak mata terisak melihat anak-anak mati tanpa menanggung dosa
Miris hati ‘mandang rupa-rupa tak salah di wajah mereka
Balita menangis entah cerdas atau tidak tahu
‘sebab apa ia jadi piatu
Jelas terbaca rasa kehilangan di sana
Yang ikut juga kurasa
Meski di sini, namun peduliku merambat jauh ke Palestina
Kasih tertanam dalam lubuk renjana
Ingin bantu para korban yang terkena
Serangan zionis yang tak berperi kemanusia
Tapi apa daya, ‘ku tak bisa
‘moga Tuhan memberi tempat aman bagi kalian
Dan merawat hingga kelak dewasa
Dan ‘tuk para syuhada
‘moga dapat tempat terindah di sisi-Nya
Amiin...
ShNA dkk, 270914
@Juara III Puisi untuk Bumi Syam dalam Penggalangan Dana dan Dongeng Bersama Kak Bimo di Sobayan, Pedan pada Minggu, 28 Oktober 2014
Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.