x

Iklan

Nuraz Aji

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Karya Kenangan

puisi-puisi yang dimuat tahun 2014

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keliling Swiss

 

Ka, menyusuri Mount Titlis dengan kereta pepaya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rasanya tiada pemandangan indah selain di depanku

; wajahmu

Ketinggian ini tak membuat nyali menyusut

 

Saka, pesonamu bagai Lion Monument

Simbol kesetiaan para pejuang negaranya

Menyeberangi keabadian Chapel Bridge, aku takjub

Apa kita akan sampai setua itu?

 

Ss, 041014

@Sayap Kata, Jum’at 7 November 2014 (Edisi 30)

 

 

Ajari Aku, Bulan

 

Bulan, ajari aku sabar dalam menantikan hadirmu

Menunggu langit siang berganti malam

Selama dua belas jam

 

Ajari aku bertahan di bawah pohon kehampaan

Menghitung hari kapan kaupurnama bulan depan

 

Ajari aku tabah menantikan redanya hujan

Untuk menyaksikanmu bersinar terang

Menghangatkan dinginnya malam gelapku

Dengan lembut cahayamu

 

Bulan, ajari aku ikhlas melewati malam tanpa kaudatang

Tanpa pula langit yang berbintang

Karena cuaca enggan berteman

 

Dan ajari aku menyambut pagi yang fitri

Tanpa hadirmu kumengerti,

Kauhanya ada saat malam tiba

Selamat Lebaran, Bulan ...

Maafkanku yang selalu merindukanmu

Semoga di balik sana kaumengintip dan mendengarnya

 

Klt, 300714

@Sayap Kata, Jum’at 8 Agustus 2014 (Edisi 17)

 

 

Penolakan  Alam part II

 

Bahkan saat aku memelukmu, seketika itu pula langit menurunkan hujan

Aku tak tahu apa ini menambah  keromantisan dengan judul “Berpelukan dalam Linangan Air Hujan”

Atau sebuah penentangan alam untuk membuatku terlepas dari pelukanmu

Lalu memisahkan kita menjadi aku-kamu

 

Kini aku berdiri sendiri, tanpa ada kata yang menyertai

Tanpa kamu di sisi, tanpa siapa pun di sini

Sedang dengan kamu, aku tak tahu bagaimana keadaanmu

Setelah kita terpisah menjadi aku-kamu

Apakah kau baik-baik saja, atau ada apa-apa denganmu

Aku tak tahu apa yang terjadi padamu

Sejak (sekali lagi) kita terpisah menjadi aku-kamu

 

Aku hanya bisa mendo’akanmu, semoga kau baik-baik saja

Semoga kau bahagia menjalani hidupmu tanpa aku

Semoga hari-harimu selalu menyenangkan

 

Klaten, 28 Februari 2014

@Sayap Kata, Jum’at 23 Mei 2014 (Edisi 7)

 

 

Dongeng Payah Pejuang

 

Apa harus kutabrak kepala...

Pada putaran rodaroda di jalan raya

Sampai keluar warna darah segar

Biar tahu apa itu cinta

Dan membedakannya dengan cinta

 

Apa perlu kuteriak cerita?

Hingga robek pita suara

Mendongeng kisah pejuang payah

Tak goyah menapaktilas langkah

Menaiki anak tangga lelah

Tapi tiada pernah menyerah

 

Pejuang yang tindak dalam kata

Bisu terdengar daun telinga

Memantul tak gema

Menyesap hingga dasar renjana

 

Part 2

Renjana yang biasa dipukul keras

Diterkam buas bias

Meretak kedua kepak juang ganas

Tiada khauf pun roja’ lepas

 

Asal membebas bersama mimpi

Menyata kala tidur ‘lah usai

Selesai putik tangkai menegak mimbar

Nian hambar oleh hampa

 

Dongeng nan akhir

Masuk dalam hilir do’a

Terpejam peristirahatan malam

Yang biar tak segulita

 

ShNA, 050914

 

 

 

Kopi untuk M*E

 

Entah berapa tetes air aliri pipi

Luruh dari mata penuh hati

Buat sayapsayap lembab

Tak dapat mengepak

Tertahan ludah manis kopi

 

Jika kopi jadi manis tambah gula

Kaujadi legit pakai apa?

 

... sekilat kaudirikan tulang-tulangku yang rangkak

Baring diterbangkan melayang hingga jatuh

Kauanggap itu nikmat?

Tak!

 

Tak ada di sini setitik benci, hanya sekoma

Tak ada di sini setitik cinta, persaudara

Saat melarut suaku pada

Pakailah logika, bukan renjana

 

Bilamana bisa menyanamu nyata?

Jika lilin menyulut api dan tidak melelehi imaji

Bukankah diri bebas tentang segala?

Tanpa pandang aku apa, kausiapa...

ShNA, 050914

ð  DETAK PEKANBARU.Com Senin, 08 September 2014

 

DOA UNTUK GAZA

 

Jalur Gaza, di sana darah tumpah

Tercecer pahala yang mengiringi langkah

Nyawanyawa syuhada melayang ke angkasa menghadap Roob-Nya

Jasad-jasad suci tanpa perlu mandi

 

Sedang di langit gagak-gagak mengisyaratkan kematian

Berteriak namun parau ke pendengaran

Tersebar berita ke segala penjuru dunia

Tak terkecuali negeri kita, Indonesia

 

Kala televisi menyala, kulihat berita

Di mana pertumpahan darah terjadi di negeri saudara

Kelopak mata terisak melihat anak-anak mati tanpa menanggung dosa

Miris hati ‘mandang rupa-rupa tak salah di wajah mereka

 

Balita menangis entah cerdas atau tidak tahu

‘sebab apa ia jadi piatu

Jelas terbaca rasa kehilangan di sana

Yang ikut juga kurasa

 

Meski di sini, namun peduliku merambat jauh ke Palestina

Kasih tertanam dalam lubuk renjana

Ingin bantu para korban yang terkena

Serangan zionis yang tak berperi kemanusia

 

Tapi apa daya, ‘ku tak bisa

‘moga Tuhan memberi tempat aman bagi kalian

Dan merawat hingga kelak dewasa

Dan ‘tuk para syuhada

‘moga dapat tempat terindah di sisi-Nya

Amiin...

 

ShNA dkk, 270914

@Juara III Puisi untuk Bumi Syam dalam Penggalangan Dana dan Dongeng Bersama Kak Bimo di Sobayan, Pedan pada Minggu, 28 Oktober 2014

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler