x

Iklan

Sari Novita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia, ke Mana Rayuan Pulau Kelapamu?

komoditas di Indonesia punya masalah salah satunya kelapa. Dengan adanya Festival Kelapa Internasional di Riau diharpakan permasalahan terselesaikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tanah airku aman dan makmur

Pulau kelapa yang amat subur

Pulau melati pujaan bangsa

Sejak dulu kala

 

Di atas adalah lirik dari sebuah lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki dan sering kita dengar setelah TVRI menuntaskan program acaranya pada hari itu. Gambar pohon kelapa sendiri dapat ditemukan pada relief Candi Borobudur yang mempunyai makna kesuburan. Sedangkan masyarakat Makassar mengartikannya sebagai kesuburan, perdamaian, dan kekayaan. Entah kapan pohon kelapa tumbuh di Indonesia, pastinya sejak lama,  ia telah hidup  di mana-mana di Nusantara.

Pada akhir abad 19, kelapa dijadikan sebagai komoditas dagang dan diekspor ke luar negeri. Lantas, apa kabarnya kelapa di Indonesia saat ini?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dikatakan Indonesia ialah negara paling tinggi penghasil kelapa di dunia, pada tahun 2016 sekitar 18.3 juta ton dihasilkan dari negeri ini [sumber: Worldatlas]. Ironinya, banyak pohon kelapa yang tidak produktif, replantasi yang  berjalan lambat dan setiap tahunnya luas perkebunan kelapa hilang sekitar 25.000 hektar [sumber: APCC], digantikan dengan tanaman lain, seperti kelapa sawit. Saat ini luas perkebunan kelapa Indonesia sebesar 3.7 juta hektar, hasilkan 40 butir kelapa tiap pohonnya. Berbeda dengan India yang perkebunan kelapanya seluas 2 juta hektar, tapi tiap pohonnya mampu menghasilkan 110 butir kelapa. Srilangka  luas perkebunnya sepertujuh dari luas kebun kita, dapat menghasilkan 70 butir kelapa per pohon per tahun. Indonesia masih mengeskpor komoditas kelapa, namun lucu pelaku-pelaku komoditasnya masih sukar mencari sumbernya di negeri sendiri.

Saat ditanya kepada beberapa pelaku industri di lapangan, mereka tahu Riau merupakan daerah penghasil terbesar kelapa di Indonesia, mereka bisa mendapatkannya dari sana, tapi biaya transportasi menjadi kendala.  Bukan itu saja, malah tidak sedikit para pengolah minyak kelapa, briket [arang kelapa], dan santan kelapa yang tidak bertahan usahanya.

Bapak Tohir dan Bapak Ujang yang memproduksi VCO, juga mengatakan lamanya proses perijinan insdustri rumah tangga, sertifikasi halal, label PRT pada produk kemasan. Dalam waktu 4 bulan saja, urusan perijinan belum selesai. Anehnya, negara tetangga malah mempunyai sertifikasi halal padahal kelapanya diproduksi di Indonesia, mereka hanya menjual saja. Program pelatihan dan pendampingan, komunitas dan lembaga pun belum ada.

Lain lagi Sulatro yang bekerja di perusahaan penghasil nata de coco. Sebenarnya, mereka butuh 100 ton per bulan ditambah permintaan pelanggan baru 100 ton per bulan, keduanya diakumulasi menjadi 200 ton per bulan. Namun kesediaan air kelapa baru bisa memenuhi 30 ton per bulan. Pernah perusahaanya memberikan pelatihan cara pengolahan dan alat, mereka justru menjual produksinya kepada pasar lain dan menjual alat-alatnya. Menurutnya, banyak pengepul pada industri ini, yang sebenarnya tidak membuat petani maju kesejahteraannya.

Dari hulu ke hilir, komoditas kelapa mengalami kekusutan yang tak berbeda dengan komoditas lain. Padahal permintaan komoditas kelapa mengalami peningkatan di luar dan dalam negeri, sayangnya kita tidak bisa memenuhinya. Permasalahan lainnya: peralatan  dan produksi produk olahan masih terbatas, pengetahuan budidaya dan pemasaran yang minim, dan belum adanya komunitas/organisasi pelaku industry yang solid.

Pohon kelapa memiliki potensi yang besar dari buah, batang, serabut sampai tangkai daunnya bisa dijadikan produk turunan. Batangnya bisa digunakan untuk bahan bangunan dan mebel [furniture]. Tangkai daun sering dan masih kita gunakan sebagai lidi.

Beberapa produk turunan dari buah kelapa:

  1. Kesehatan. Sekitar 20 manfaat air kelapa hijau untuk kesehatan. Itu barunya airnya saja. Dagingnya dapat menurunkan kolesterol jahat [LDL] dengan meningkatkan kolesterol baik [HDL].  Lemak jenuh yang ada pada kelapa mudah dipecah/urai sehingga tidak memicul gejala kolesterol tinggi. Asam lemak rantai juga berfungsi sebagai anti-protozoa, antibakteri, anti-virus, antifungal, antioksidan, antiviral dan sebagainya. Buah kelapa juga baik untuk menjaga daya ingat dan diet. VCO juga sering digunakan sebagai dog treat.
  2. Kecantikan dan tubuh. Penyubur rambut,  hair conditioner, hair tamer, toothpaste, moisturizer lotion/oil, cream shaving, deodorant,  vitamin kulit, pencegah penuaan dini [bisa gunakan produk VCO-nya], dan lainnya.
  3. Kuliner. Cooking oil, santan, nasi lemak, bumbu rendang, gelendo [serundeng], klaapertaart,  skim [nata de coco], pembuat alcohol [cuka], arang, dan minuman.
  4. Kerajinan tangan. Gelang, topi, kalung, topeng, tikar, tas,
  5. Mebel. Gazebo, lantai kayu, pilar, kerangka perahu, jembatan, dan sebagainya.

Melihat permasalahan yang terjadi, terlebih lagi hasil study American Heart Association bulan Juni 2017 bahwa kelapa dapat meningkatkan resiko penyakit jantung, menjadi pro dan kontra. Bahkan tidak sedikit masyarakat Amerika tidak setuju dan hasil penelitian itu membingungkan, beberapa mengatakan itu hanyalah politik. Mengutamakan masalah komoditas kelapa di Indonesia, tanaman ini sangat potensial, edukasi dan produktivitas produk turunan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat dan devisa bagi negara.

Hari Kelapa Dunia jatuh pada tanggal 2 September, untuk memperingatinya, Pemerintahan Daerah Propinsi Riau mendapatkan kesempat menggelar Festival Kelapa Internasional, 9 -11 September 2017,  Indragiri, Tembilahan, Riau. Kawasan Indragiri merupakan area terbesar perkebunan kelapa di Indonesia dan sebesar 70% ekonominya bertumpu pada komoditas kelapa. Sering diungkapkan bahwa kawasan Indragiri sebagai hamparan kelapa dunia dan mempunyai tingkat kerapatan paling padat, setiap 1 kilometer bisa ditemukan bisa ditemukan rata-rata 4000 pohon kelapa [Sulawesi 2000, Jawa Timur 600 pohon].

Festival ini untuk membangkitkan kesadaran bahwa dari segi ekonomi saja dapat menggerakan ekonomi kerakyatan. Sekitar 429 hektar di hilir, 30%-nya merupakan kebun yang sudah rusak dan ini adalah ancaman nyata bahwa sector hulu di Indonesia sudah parah dan tingkat produktivitas rendah. Adanya festival Kelapa Internasional untuk bersama-sama menemukan dan kesepakatan menjalankan solusi, sekaligus membuka peluang investasi bagi pelaku dan masyarakat dunia.

Setiap lini produksi perlu pelatihan, pendampingan, dan pengembangan. Satu terhambat, maka akan menghambat produktivitas lainnya. Perlu sinergi dari kupas, parut, santan, mixer, dan itu kapasitas harus sama. perlu dibuat SOP dari segi waktu, kualitas, dan kuantitas. Tentu komunitas/organisasi/lembaga setiap daerahnya yang solid.

Satu lagi yang optimis yang saya temukan di lapangan, Ardi M. Simpala, pendiri Sahabat Kelapa komunitas non-profit pemerhati dan pendukung pengembangan industry kelapa di Indonesia.

“Komoditas kelapa punya sejarah dalam perjalanan Bangsa Indonesia namun saat ini seperti terlupakan.  Untuk menyelamatkan jejak-jejak masa lalu diperlukan penyesuaian kondisi saat ini, tidak saja niat besar dan keberanian bertindak tapi juga kerja sama antara para pelakunya.”

Kita harus bangkitkan kesadaran manfaat dan peran kelapa dalam kehidupan kita sehari-hari karena sangat dekat dengan kehidupan kita, begitu lanjutnya.

Selamatkan Kelapa Indonesia, keluarkan “rayuannya” kembali yang bukan sekadar ilusi maupun delusi namun menjadi Nyata. 

Ikuti tulisan menarik Sari Novita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler