x

Pagi hari di hutan

Iklan

Eduardo Retno

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 Mei 2019

Senin, 2 September 2019 07:16 WIB

Kebakaran Lahan Gambut : Anugerah Atau Musibah?

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah terutama di Kalimantan Barat cukup memprihatinkan, selain menghambat aktivitas juga menyebabkan penyakit pernafasan akibat kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan tanpa terkecuali di wilayah Provinsi Kalimantan Barat seperti deja vu, sebuah tragedi yang terus berulang dari tahun ke tahun yang melumpuhkan aktivitas warga hingga menyebabkan berbagai penyakit pernafasan. Menurut catatan Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK), Luas wilayah Kalimantan Barat sendiri kurang lebih 15 juta hektar dimana 8,2 juta berupa wilayah hutan dan 1,6 juta hektar adalah lahan gambut.

Gambut berdasarkan catatan wikipedia adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. 

Istilah gambut diserap dari bahasa daerah Banjar. Gambut adalah jenis tanah yang istimewa: letaknya sangat dalam, mengandung banyak serasah (sisa-sisa tanaman mati),dan sebagian besar terdiri dari air. Gambut sangat penting bagi kita, khususnya untuk menghadapi perubahan iklim. Di banyak area di Indonesia, ada rencana untuk mengubah sebagian besar hutan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit. Ketika lahan gambut digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, maka air akan dikeringkan, pohon ditebang, dan tanah gambut pun digali. Ketika ini terjadi, banyak karbon dilepaskan ke atmosfer. Tindakan ini memperburuk dampak perubahan iklim (lestari-indonesia.org). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dampak Positif Lahan Gambut

  • Gambut menyimpan banyak karbon jika dibandingkan dengan hutan atau jenis tanah lainnya. Menjaga lahan gambut yang sehat dan utuh sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim.
  • Saat hujan, gambut menyimpan banyak air. Di musim kemarau, tanah gambut melepaskan air secara perlahan-lahan untuk menyediakan pasokan air.
  • Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, gambut akan menyerap sebagian besar air sehingga banjir tidak lebih buruk.
  • Air di lahan gambut menjadi tempat tinggal ikan. Ikan penting sebagai sumber makanan dan pendapatan.
  • Hutan gambut menyediakan rumah bagi hewan.

Lahan gambut memiliki memfaat yang sangat penting terutama untuk menyimpan pasokan air di musim kemarau, dengan luas lahan gambut mencapai 1,6 juta hektar di Kalimantan Barat bukan perkara mudah untuk mengelolanya, terutama ketika musim kemarau panjang tiba potensi kebakaran lahan gambut yang terus berulang menjadi ancaman tersendiri. 

Kebakaran Lahan Gambut di Ketapang, Kalimantan Barat

Di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah yang cukup besar terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan, terutama lahan gambutnya. ada sekitar 900 hektar lahan gambut habis terbakar dilalap si jago merah. ada beberapa wilayah yang mengalami kebakaran cukup parah yaitu ; Kecamatan Matan Hilir Utara, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kecamatan Muara Pawan dan Kecamatan Kendawangan, dan yang paling parah terletak di Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang.

 

Jalan Pelang-Tumbang Titi, Desa Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sumber Foto : Damkar Kabupaten Ketapang.
Jalan Pelang-Tumbang Titi, Desa Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sumber Foto : Damkar Kabupaten Ketapang.

Menurut Kepala Manggala Agni Kementrian Lingkungan Hidup Daops Ketapang, Rudi Windra Darisman : luasan lahan yang terbakar khususnya di Sungai Pelang, mencapai 202,7 hektare dan areal yang sudah dipadamkan 47 hektare. Sementara untuk seluruh wilayah di Ketapang, lahan yang terbakar mencapai sekitar 900 hektare, dengan 600 hektar adalah lahan gambut.

Hingga saat ini kebakaran berhasil dipadamkan Aparat gabungan yang terdiri dari TNI dan Polri, Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Masyarakat Peduli Api Desa, pemadam kebakaran swasta, pemerintah daerah serta perusahaan perkebunan masih berjibaku memadamkan sisa - sisa api dengan melakukan Mitigasi Penanggulangan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan oleh Satgas Karhutla Ketapang 2019.

Ikuti tulisan menarik Eduardo Retno lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

11 jam lalu

Terpopuler