x

Cover buku Sudut Istana

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 9 September 2019 07:09 WIB

Sudut Istana, Menyimak Lebih Detil Kebiasaan-kebiasaan Sang Presiden

Catatan-catatan kecil Sukardi Rinakit saat menyertai Sang Presiden.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sudut Istana

Penulis: Sukardi Rinakit

Tahun Terbit: 2019

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Best Publisher

Tebal: x - 294

ISBN: 978-602-8620-95-6

 

Buku ini adalah tentang hal-hal kecil yang terjadi di seputar Presiden Joko Widodo yang dicatat oleh Sukardi Rinakit. Catatan Sukardi Rinakit dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) Catatan Kecil di Balik Blusukan, (2) Terobosan Budaya, (3) Kamu Bisa Jadi Apa Saja, dan (4) Inspirasi. Sukardi Rinakit memilih cara bertutur yang sangat pendek. Masing-masing catatan hanya dituangkan tak lebih dari satu halaman.

Pemilihan cara bertutur yang sangat singkat ini membuat buku ini bisa dinikmati kapan saja, di mana saja dan dalam kondisi apa saja. Bisa dibaca sambil menunggu MRT (jika anda di Jakarta) atau sambil menunggu speedboat (jika anda di Kalimantan). Bisa juga sambil menunggu pesanan kopi di Starbucks atau menunggu di Kedai Kok Tong di Siantar. Kita tak perlu mencari waktu khusus untuk mendapat manfaat dari apa yang disampaikan oleh Sukardi Rinakit. 

Kisah-kisah masyarakat yang berebut untuk bersalaman dan selfie dengan Pak Jokowi memenuhi halaman-halaman bagian awal buku ini. Ke manapun Pak Jokowi berkunjung (blusukan) masyarakat selalu berbondong-bondong, berebut-rebutan untuk bersalaman dan mengajak selfie. Presiden kurus ini ternyata senantiasa melayani warganya.

Selain dari kisah-kisah lucu warga yang dengan berbagai cara mendekat kepada sang presiden, kisah punggawa yang menderita saat diajak presiden juga disampaikan. Makan siang yang hampir selalu telat dan membuat para punggawa kelaparan, acara yang sering berubah karena sang Presiden menentukan sendiri acaranya, atau persiapan pagi yang selalu terburu-buru karena Jokowi sudah lebih dulu siap. Dari bagian pertama ini saya belajar bahwa Jokowi adalah seorang Presiden yang akrab dengan warganya. Ia berupaya untuk selalu dekat dengan masyarakat umum yang mengiringinya.

Jokowi adalah orang yang fokus kepada pekerjaannya. Ia tidak puas kalau tidak melihat sendiri progres pembangunan yang ingin dilihatnya. Fokus pada pekerjaan ini sering membuat ia mengesampingkan jadwal baku yang telah disusun. Akibatnya rombongannya sering mengabaikan kebutuhannya sendiri, seperti makan siang.

Satu lagi yang unik dari bagian ini adalah kemesraan Pak Jokowi dengan Ibu Iriana. Meski sibuk dan sering keluar dari jadwal, namun Pak Jokowi senantiasa menunjukkan laku ramah kepada Ibu Negara yang seringkali menyertai perjalanannya.

Pada bagian kedua, kita disuguhi bagaimana Jokowi berupaya mengubah budaya-budaya yang kurang gesit, kaku dan penuh hirarki di kalangan istana. Aturan supaya menteri fokus kepada solusi saat sidang kabinet adalah contohnya. Jika pada masa-masa presiden sebelumnya, seorang menteri bisa memberi prolog yang panjang lebar, di era Jokowi menteri hanya boleh bicara maksimum 7 menit. Fokus kepada masalah dan solusi yang disarankan. Tidak lebih.

Upacara-upacara kenegaraan yang kaku diubahnya menjadi lebih santai. Penerimaan pejabat negara tetangga tidak hanya melalui acara protokol formal, tetapi juga ditambah dengan diskusi santai di beranda dan minum teh atau kopi bersama. Paspampres pun tampil lebih kasual, meski tetap waspada. Bahkan ada Srikandi-Srikandi penjaga Presiden. Pada prinsipnya Jokowi memperkenalkan budaya santai tetapi kreatif dan produktif.

Jokowi ingin istiana menjadi tempat yang lebih hijau dan lebih dekat dengan rakyat. Ia memerintahkan supaya secara gradual sumber listrik istana berasal dari tenaga Surya. Ia menginstruksikan supaya istana menjadi tempat yang ramah bagi burung-burung. Ia meminta supaya pergantian Paspampres bisa disaksikan oleh rakyat. Sehingga rakyat bangga kepada Pasukan Penjaga Presiden yang gagah dan ganteng itu.

Jokowi juga mempromosikan kebanggaan kepada budaya Nusantara. Pakaian daerah sering dipakainya saat acara-acara resmi. Ia juga menyarankan kepada para punggawa untuk mengenakan pakaian daerah mereka masing-masing. Pakaian daerah yang indah ini membuat kita bangga dengan kebhinekaan Indonesia. Bukan hanya pakaian, tetapi menu istana pun diganti dengan menu kuliner Nusantara. Dendangnya pun juga.

Di bagian tiga, Sukardi Rinakit berkisah tentang bagaimana Jokowi mengarahkan anak muda. Dalam hal cita-cita, Jokowi mengajak anak muda untuk menekuni karier-karier yang lebih beragam. Anak muda tidak harus jadi pegawai negeri, dokter atau insinyur. Anak muda harus berani meniti karier di bidang-bidang baru, seperti pembuat game, blogger, entertain dan profesi-profesi menarik lainnya.

Bagian keempat buku ini agak lebih berat. Sebab kita diminta untuk menyerap inspirasi dari pidato-pidato Presiden di berbagai even. Namun Sukardi Rinakit tidak menyiksa kita dengan hanya menyajikan pidato panjang. Ia telah menyediakan satu dua kalimat di akhir pidato sehingga kita bisa mengambil intisari dari pidato tersebut. Namun jika Anda berminat untuk mencari inspirasi lain, tentu saja juga boleh.

Membaca buku ini saya jadi teringat dengan Negara Kretagama karya Prapanca yang mencatat dengan teliti perjalanan para pembesar Majapahit. Dari Negara Kretagama kita jadi tahu detail sejarah Majapahit. Melalui Sudut Istana kita jadi tahu detail apa yang dikerjakan Presiden Jokowi. Presiden kita.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler