Gen Z dan Kemerdekaan Tanah Al Quds
3 jam lalu
Gen Z selayaknya menyadari kecacatan Two State Solution, kemudian bersegera menganalisis solusi hakiki atas penjajahan yang terjadi pada GZ.
***
Dunia selama dua tahun terakhir, terus menerus mengikuti perkembangan genosida serta menuntut kemerdekaan rakyat GZ. Masyarakat dunia telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan genosida atau setidaknya memberikan bantuan kepada rakyat GZ.
Fakta terbaru, masyarakat dunia harus menelan pil pahit akibat ditangkapnya seluruh aktivis kemanusiaan yang tergabung dalam pelayaran "Sumud Flotilla" oleh tentara IDF. Fakta tersebut mengakibatkan gelombang protes masyarakat dunia khususnya gen Z (Kompas.com, 04/10). Gelombang protes tersebut terjadi mulai daratan Eropa hingga ke daerah Timur Tengah seperti Maroko, bahkan Indonesia (SorotKabar.com, 05/10).
Kesadaran Gen Z atas GZ
Masyarakat dunia saat ini khususnya Gen Z sebagai pihak yang senantiasa update informasi secara cepat, mampu menyadari bahwa kedzaliman Si Riwil atas GZ harus dihentikan serta bantuan kemanusiaan harus mampu menembus blokade GZ. Oleh sebab itu, Sumud Flotilla menjadi harapan besar masyarakat dunia agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Fakta dua tahun terakhir setidaknya menunjukkan bahwa entitas Si Riwil tampak kebal hukum, bahkan terhadap hukum internasional sekalipun. Pada tahun 2024, International Court of Justice atau Mahkamah Internasional telah mengumumkan bahwa Si Riwil telah menjadi penjahat internasional sebab melanggar banyak aturan perang. Akan tetapi tidak ada satupun negara yang sanggup untuk memberikan sanksi kepada Si Riwil sebagai entitas penjajah.
Si Riwil juga mendapatkan dukungan dari USA untuk terus melakukan serangan pada GZ. Setidaknya USA telah menggunakan 6 kali hak vetonya untuk menghentikan rancangan gencatan senjata yang diinisiasi oleh PBB. Selain itu, penjajah dunia ini mendapatkan dukungan dari pemimpin pemimpin dunia melalui narasi Two State Solution. Setidaknya 142 dari 164 negara mendukung narasi tersebut, untuk menghentikan genosida yang terjadi di GZ.
Genosida yang terjadi di GZ adalah bentuk penjajahan di era modern. Pasalnya tanah tersebut adalah milik penduduk GZ, sedangkan Si Riwil hakekatnya adalah pendatang yang merampas tanah penduduk asli dengan senjata dan pertumbahan darah. Fakta ini seharusnya membuka mata dunia bahwa Two State Solution artinya adalah bentuk normalisasi dan legitimasi penjajahan di era modern. Sebab penjajah bisa mendapatkan hak sebagaimana penduduk asli, berkat legalisasi hukum internasional dan kesepakatan bersama. Sungguh ironi hukum internasional saat ini.
Gen Z selayaknya menyadari kecacatan Two State Solution, kemudian bersegera menganalisis solusi hakiki atas penjajahan yang terjadi pada GZ. Apalagi, solusi cacat ini sesungguhnya sudah pernah diadopsi pada tahun 1948 dengan dukungan PBB. Akan tetapi, fakta membuktikan bahwa Si Riwil terbukti melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan perampasan tanah secara brutal bahkan menggunakan serangan militer untuk merampas tanah tersebut. Efeknya, hari ini kita bisa melihat bahwa yang tersisa untuk penduduk P4l3st1na tidak lebih dari 20% seluruh wilayah mereka dahulu. Artinya, Si Riwil sebagai penjajah memang menginginkan seluruh tanah penduduk P4l3st1na termasuk GZ. Selain itu, entitas ini tampak tidak memahami bahasa damai seperti diplomasi ataupun diskusi. Sebab, berbagai perjanjian damai telah mereka langgar dengan sangat jelas di depan masyarakat dunia.
Gen Z Menyerukan Solusi Hakiki
Gelombang kemarahan Gen Z sejatinya harus disalurkan dengan memahami solusi hakiki kemerdekaan GZ. Gen Z perlu menyadari bahwa penjajahan dengan militer hanya akan dapat diatasi dengan perlawanan militer. Aktivitas militer ini hanya bisa dikomando oleh pemimpin negara. Sebab, kepemilikan swadaya militer sepenuhnya ada di tangan negara. Sehingga baik partai politik, komunitas, atauoun berbagai gerakan masyarakat tidak mampu melakukan perlawanan militer yang setara dengan entitas Si Riwil.
Perlawanan militer kepada Si Riwil hakikatnya terjadi apabila para pemimpin negara memiliki kesadaran yang sama terkait urgensi pengiriman militer untuk kemerdekaan GZ dan P4l3st1na. Hanya saja, pemikiran para pemimpin hari ini masih terkungkung dalam solusi Two State Solution yang disponsori oleh USA yang notabene adalah pendukung Si Riwil. Hal ini tidak terlepas dari sifat wahn yang menyelimuti para penguasa. Wahn adalah cinta dunia dan takut mati. Kekuasaan, jabatan, dan peningkatan ekonomi lebih penting daripada nyawa manusia.
Virus wahn ini lahir dari mindset hidup sekulerisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan. Artinya ketika seseorang menjadi pemimpin ia tidak perlu menggunakan standart agama dalam menjalanlan negara. Akibatnya banyak pemimpin negeri Muslim yang gagal paham terkait urgensi menolong saudara seiman yang tengah dilanda genosida. Pemimpin juga abai dengan seruan jihad yang Allah perintahkan di dalam Al Qur'an. Mereka terjebak oleh narasi nasionalisme serta patuh pada hukum internasional bahkan jika tidak rasional sekalipun, seperti adanya hak veto oleh negara negara tertentu hingga narasi Two State Solution kepada rakyat yang mengalami penjajahan.
Gen Z sebagai bagian dari masyarakat harus menghindarkan diri dari sikap wahn sehingga dorongan pembelaan atas GZ tidak surut sebab lahir dari pemahaman aqidah yang kuat. Sebab, Islam telah mengajarkan pada umat Muslim bahwa seluruh kaum muslimin bersaudara tanpa disekat oleh batas negara atau nasionalisme. Selain itu, gen Z sebagai generasi muda memiliki peran untuk meluruskan pola pikir pemimpin mereka sehingga kembali kepada mindset Islam.
Peran dakwah yang dilakukan oleh gen Z sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad dan juga para sahabat. Para sahabat Rasul yang didominasi oleh anak muda melakukan perbaikan kepada para pemimpin pada masa itu. Mereka melakukan perbaikan menggunakan ide Islam yang sempurna paripurna, meminta para pemimpin untuk mau menerapkan Islam sebagai sistem hidup termasuk sistem politik dalam bernegara. Dakwah mereka dilakukan bukan tanpa ilmu, mereka dengan telaten menimba ilmu Islam kemudian mendakwahkannya.
Aktivitas dakwah inilah yang membuat masyarakat termasuk pemimpin suatu wilayah menyadari urgensi penggunaan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Darisini lahirlah Daulah Islamiyah atau negara Islam yang dipimpin Rasulullah Muhammad kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dengan sebutan Khilafah Islamiyah. Khilafah Islamiyah inilah yang melakukan pembebasan demi pembebasan atas penjajahan yang dilakukan oleh Romawi dan Persia saat itu. Ekspansi militer Islam terbukti mampu memberikan kemerdekaan pada setidaknya 2 per 3 bagian dunia serta menghentikan banyak penjajahan pada berbagai wilayah.
Khilafah Islamiyah yang kedua sebagai janji Rasulullah Muhammad yang akan melangsungkan ekspandi militer mengusir penjajah Si Riwil dari tanah GZ dan P4l3st1na. Oleh sebab itu, perjuangan gen Z tidak boleh berhenti pada gelombang aksi penangkapan aktivis Sumud Flotilla akan tetapi berlanjut pada perjuangan dakwah kepada pemimpin terkait solusi hakiki pembebasan P4l3st1na yaitu ekspandi militer yang dipimpin oleh Khalifah. Wallahualam.

Penulis
0 Pengikut

Gen Z dan Kemerdekaan Tanah Al Quds
3 jam lalu
Ketika Gen Z Bicara Perubahan
Rabu, 17 September 2025 18:51 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler