Harmoni Agama dan Ilmu Pengetahuan di Era Digital: Dakwah dan Literasi Algoritma
4 jam lalu
Ilmu pengetahuan seharusnya memperkuat iman sehingga tercipta keseimbangan antara agama dan ilmu untuk keuntungan umat manusia.
***
Agama adalah sebuah kepercayaan yang telah ada sejak manusia pertama kali muncul di bumi. Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan zaman, agama tetap ada dan selalu relevan dalam kehidupan manusia. Karena, beragama adalah salah satu sifat dasar manusia yang tidak dapat disangkal. [1]
Sifat dasar manusia ini tidak dapat dipisahkan dan selalu terkait dengan kehidupan manusia meskipun ada sebagian orang yang menolak atau tidak mempercayai keberadaan agama. Meskipun ada segelintir individu yang tidak mempercayainya. Agama akan selalu ada, meskipun agama tetap merupakan elemen krusial dalam kehidupan.
Dengan memeluk agama, kehidupan manusia menjadi lebih teratur, harmonis, dan damai setiap hari. Pentingnya agama dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari individu dalam beragam kehidupan. Agama membimbing manusia menuju jalan yang benar dan baik dan juga berfungsi sebagai penghalang bagi manusia ketika ingin melakukan perbuatan yang tidak baik.
Semua bentuk pengetahuan sebenarnya berasal dari Allah SWT, karena tujuan suatu pengetahuan adalah untuk memahami kebenaran, dan sumber dari semua kebenaran adalah Allah Swt, termasuk kebenaran tentang realitas ilmu pengetahuan. Dengan demikian, al-Qur'an dan sunnah menjadi dasar dari pengetahuan yang ada di dunia ini, meskipun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa tidak semua ilmu yang ada saat ini berlandaskan pada keduanya. Seluruh sumber pengetahuan ini, yang menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Islam saat ini adalah mengenai isu pemisahan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. [2]
Di era modern ini, memuat mengenai agama dan ilmu pengetahuan sering kali menjadi isu yang hangat. Banyak orang percaya bahwa keduanya merupakan dua sisi yang saling bertentangan dan tidak dapat disatukan. Namun, fenomena sosial yang berkaitan dengan Islam menunjukkan bahwa terdapat upaya untuk menghubungkan keduanya. Misalnya, kemunculan para ilmuwan Muslim yang berupaya memperkenalkan ajaran Islam dengan penemuan ilmu pengetahuan. Masalah ini menjadi semakin penting ketika kita memperhatikan pengaruh teknologi dan sains terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim.
Pentingnya Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Dalam agama Islam, pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting. Nabi Muhammad Saw pernah menyatakan, "Mencari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim." Pernyataan ini menegaskan bahwa Islam tidak hanya mendorong umatnya untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga untuk mengupayakan pengetahuan. Al-Qur'an memuat banyak ayat yang mendorong umat manusia untuk merenung dan berpikir, seperti yang terdapat dalam Surah Al-Mulk ayat 3-4 yang mengajak manusia untuk memperhatikan penciptaan langit dan bumi.
Pengaruh Islam terhadap ilmu pengetahuan terlihat jelas dalam sejarah peradaban Islam, yang memiliki banyak sumbangsih ilmiah, terutama selama periode kejayaan Islam. Para ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Biruni telah berkontribusi signifikan dalam disiplin ilmu matematika, kedokteran, dan astronomi.[3]
Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan
Salah satu contoh hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan dapat dilihat pada bidang astronomi. Sejak zaman dahulu, umat Islam telah memanfaatkan ilmu astronomi untuk menetapkan waktu shalat serta arah kiblat. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kegiatan keagamaan.
Hambatan muncul ketika penemuan ilmiah bertentangan dengan ajaran agama. Pendekatan argumentatif dan komunikatif penting. Umat Islam harus melihat ilmu pengetahuan sebagai cara untuk memahami karya Allah, bukan ancaman bagi kepercayaan agama. Penemuan ilmiah sebaliknya dapat memperdalam pemahaman tentang kebesaran Allah.
Para ilmuwan muslim tidak hanya menerima ilmu dari peradaban lain, tetapi juga menyempurnakannya dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ini menunjukkan bahwa penggabungan antara agama dan ilmu pengetahuan bukanlah hal yang baru, tetapi sudah menjadi bagian dari sejarah Islam.
Dakwah Digital dan Literasi Algoritmik
Dalam zaman digital, penyampaian ajaran Islam mengalami perubahan yang berarti. Media sosial dan platform digital lainnya telah menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan keislaman. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi ini, muncul tantangan baru yaitu pemahaman tentang algoritma. Algoritma yang mengatur konten pada platform digital dapat memengaruhi cara penerimaan dan penyebaran pesan dakwah.
Algoritma media sosial merupakan sekumpulan aturan dan metode yang diterapkan oleh berbagai platform untuk menentukan cara konten ditampilkan kepada pengguna. Tujuan inti dari algoritma ini adalah untuk meningkatkan kenyamanan bagi pengguna, menyajikan konten yang relevan dengan minat mereka, serta mendorong tingkat interaksi yang lebih tinggi. Walaupun setiap platform memiliki algoritma yang berbeda, mereka umumnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama.[4]
Literasi algoritmik sangat penting agar para dai dan umat Islam dapat mengerti cara kerja algoritma serta bagaimana cara memanfaatkannya untuk menyebarkan dakwah dengan cara yang efektif. Literasi algoritmik mencakup pemahaman mengenai cara pengumpulan, analisis, dan penerapan data.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan kesempatan yang signifikan bagi para dai untuk mencapai audiens yang lebih banyak melalui media sosial dan platform digital. Namun, di balik kesempatan tersebut, terdapat berbagai tantangan yang rumit yang perlu diatasi agar dakwah tetap relevan dan berfungsi dengan baik.
Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital, yaitu ketidaksetaraan akses terhadap teknologi, perangkat, dan pengetahuan digital di antara masyarakat dan para pendakwah itu sendiri. Banyak dai, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi kesulitan dalam memperoleh perangkat modern, akses internet yang stabil, serta pelatihan teknis untuk menggunakan media sosial dengan efektif.[5]
Dengan mempelajari literasi algoritmik, para dai dapat meningkatkan kualitas konten dakwah mereka sehingga lebih mudah diakses dan diterima oleh audiens yang lebih banyak. Hal ini juga berkontribusi dalam mencegah distribusi informasi yang keliru atau menyesatkan yang dapat merugikan reputasi Islam.
Penutup
Menghubungkan agama dan ilmu pengetahuan adalah tantangan yang memerlukan pemikiran terbuka agar keduanya dapat saling mendukung. Dengan mengadakan dialog antara pemimpin agama dan peneliti serta menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan, kita bisa menciptakan generasi yang taat beragama dan cerdas.
Di era digital, penyebaran dakwah Islam mengalami perubahan berkat media sosial, tetapi ada tantangan terkait algoritma yang mempengaruhi konten. Penting untuk memahami algoritma agar dakwah bisa diakses dengan baik dan mengurangi informasi salah tentang Islam.
Ilmu pengetahuan seharusnya memperkuat iman, dan dengan semangat ini, kita dapat menciptakan keseimbangan antara agama dan ilmu untuk keuntungan umat manusia. Mari kita terus belajar dan menginspirasi orang lain untuk tujuan masa depan yang lebih baik, di mana agama dan pengetahuan saling melengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, I. N. (2015). Menjaga Kesucian Fitrah Manusia. Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 4, 55–66.
Chandra, E. (2023). Kekuatan Algoritma Dalam Komunikasi Pemasaran Digital Aplikasi Tiktok. Maha Widya Duta : Jurnal Penerangan Agama, Pariwisata Budaya, Dan Ilmu Komunikasi, 7(2), 191–200. https://doi.org/10.55115/duta.v7i2.3860
Amirul Mukhlasin Al Hariri, Mahir Arriyadli Ma’ruf, & Saihul Atho’ Alaul Huda. (2024). Moderasi Beragama: Peluang Dan Tantangan Di Era Digital. Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 5(2), 151–158. https://doi.org/10.58401/salimiya.v5i2.1401
Nasr, SH (2006). Sains Islam: Sebuah Kajian Bergambar. Dalam Ensiklopedia Sains dan Agama . https://doi.org/10.1007/978-1-4020-8265-8_100553
Ritonga, HB (2019). Hubungan Ilmu Dan Agama Ditinjau Dari Perspektif Islam. Jurnal Al-Aasid , 5 (1), 55–68.
[1] Isnanita Noviya Andriyani, “Menjaga Kesucian Fitrah Manusia,” Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam 4 (2015): 55–66.
[2] Hadir Budiman Ritonga, “Hubungan Ilmu Dan Agama Ditinjau Dari Perspektif Islam,” Jurnal Al-Aasid 5, no. 1 (2019): 55–68.
[3] Seyyed Hossein Nasr, “Sains Islam: Sebuah Studi Bergambar,” Ensiklopedia Sains dan Agama , 2006, https://doi.org/10.1007/978-1-4020-8265-8_100553.
[4] Edy Chandra, “Kekuatan Algoritma Dalam Komunikasi Pemasaran Digital Aplikasi Tiktok,” Maha Widya Duta : Jurnal Penerangan Agama, Pariwisata Budaya, Dan Ilmu Komunikasi 7, no. 2 (2023): 191–200, https://doi.org/10.55115/duta.v7i2.3860.
[5] M. Amirul Mukhlasin Al Hariri, Mahir Arriyadli Ma'ruf, dan Saihul Atho' Alaul Huda, “Moderasi Beragama: Peluang Dan Tantangan Di Era Digital,” Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam 5, no. 2 (2024): 151–58, https://doi.org/10.58401/salimiya.v5i2.1401.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler