x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 7 Oktober 2019 15:56 WIB

Tentang Orang-Orang yang Sibuk

Tiap awal pekan, banyak orang ingin sibuk sesibuk-sibuknya. Ada yang sibuk demo, ada yang sibuk komentar. Sibuk ngurusin buzzer. Atau sibuk makan, sibuk kerja, dan sibuk tidur. Bahkan ada yang sibuk ngomongin negara atau ngomongin orang lain. Tiap hari sibuk banget. Ngurusin yang gak penting.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiap awal pekan, banyak orang ingin sibuk sesibuk-sibuknya. Atau memang sibuk beneran. Ada yang sibuk demo, ada yang sibuk komentar. Sibuk ngurusin buzzer. Atau sibuk makan, sibuk kerja, dan sibuk tidur. Bahkan ada yang sibuk ngomongin negara atau ngomongin orang lain. Tiap hari sibuk banget.

Sibuk itu pasti. Karena banyak yang dikerjakan. Sibuk juga berarti giat dan rajin walau kadang tidak tahu apa yang dirajinkan. Bahkan kata kawan saya, sibuk itu penuh dengan kegiatan. Persis seperti orang yang lalu-lalang atau mobil-mobil bersimpang-siur di jalanan. Pokoknya sibuk banget, deh.

Tapi sayang, tidak sedikit pula orang-orang yang terlalu sibuk memikirkan kesulitan negaranya bahkan hidupnya sendiri. Hingga lupa dan tidak punya waktu untuk mensyukuri rahmat Allah SWT yang begitu melimpah. Maka jangan terlalu sibuk urusan dunia. Karena semua sudah ada dalam skenario-Nya. Rileks saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saking gandrungnya pada kesibukan, kita hampir lupa, sibuknya positif atau negatif? Sibuknya bermanfaat atau tidak bermanfaat? Ada sibuk yang tidak produktif, yakni sepertinya kita sudah berbuat banyak tapi sepertinya tidak ada apa-apanya.

Terlalu sibuk itu kadang tidak baik. Sebab "membunuh" kesadaran untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Bukan memperbaiki orang lain.

Jangan sibuk untuk membenci. Karena sesuatu yang kita benci bukan untuk di-ekspos atau dijelaskan. Tapi sibuklah untuk mencintai, untuk menebar kebaikan kepada orang lain. Karena sesibuk-sibuknya manusia, pada akhirnya dimintai pertanggungjawaban.

Patut diingat, sibuk pun sah-sah saja. Dan sibuk itu bukan soal berpikir dan bertindak untuk membalas kebencian dengan lebih pedih. Tapi soal cara berbuat yang lebih baik ke depan. Karena di dunia yang sementara ini, kita tidak sedang berjuang untuk menjadi yang terbaik. Tapi cukup, memulai dan mengakhiri segala sesuatu dengan baik.

Sibuklah dalam kebaikan. Bukan sebaliknya. Karena tidak akan pernah ada pohon yang berbuah lebat atau bibit tanaman yang bisa tumbuh. Bila hati dan pikiran kita bak "gunung berapi" yang hendak meletus?

Sibuk itu tidak sepenuhnya baik. Maka berhati-hatilah. Karena zaman "now", banyak orang sibuk memperdebatkan ibadah, hingga tak sempat ibadah. Banyak orang sibuk berdebat soal agama, hingga lupa menjalankan agamanya. Hati-hati, sibuk yang tidak baik.

Maka, sibuk pun harus digeser ke arah yang lebih positif, yang lebih bermanfaat. Kesibukan yang maslahat. Sibukkanlah diri dalam kebaikan. Hingga kebencian dan keburukan lelah mengikuti kita.

Sibuk pun menjadi indah pada waktunya. Ketika kita tidak punya waktu untuk membenci orang yang membenci kita. Karena kita terlalu sibuk mencintai mereka yang mencintai kita dalam kebaikan.... ciamikk

#TGS #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu