x

Herlina (46) Orang tua siswa SMP 21 Batam yang terancam dikeluarkan karena tidak hormat bendera, Rabu, 27 November 2019. TEMPO/YOGI EKA SAHPUTRA

Iklan

Dian Novitasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Oktober 2019

Kamis, 28 November 2019 20:02 WIB

Karena Iman, Siswa SMP Tak Mau Hormat Bendera: Begini Kisah dan Ajaran Kepercayaan Ini

Kisah dua orang siswa berinisial DPH dan WJS di SMP Negeri 21 Kota Batam menari perhatian khalayak. Keduanya dikatakan menolak (tidak bisa) hormat secara fisik atau gerak kepada Bendera Merah Putih karena kepercayaan yang dianutnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah dua orang siswa berinisial DPH dan WJS  di SMP Negeri 21 Kota Batam menarik perhatian khalayak.  Keduanya  menolak hormat secara fisik atau gerak kepada Bendera Merah Putih karena  kepercayaannya.

Herlina Sibuea (46) ibu dari WJS, mengatakan dalam  kepercayaan mereka, hormat kepada bendera memang tidak diajarkan. Tapi ia mengatakan,  hal itu  bukan berarti tidak respek atau menghargai negara. "Karena mencintai itu berasal dari dalam hati. Kami mencintai bendera dan negara ini dan dasarnya di dalam hati kami," katanya,  27 November 2019.

Sikap Sekolah
Kepala Sekolah SMP Negeri 21 Batam, Poniman Sardi, mengatakan masih mempertimbangkan apakah mengeluarkan  kedua siswa itu.  Selain  tidak hormat bendera merah putih,  mereka juga tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai saat ini kasus tersebut masih dibicarakan di tingkat Dinas Pendidikan Kota Batam. Belum ada keputusan, masih dibicarakan Wali Kota dan Kadisdik," kata Poniman Sardi kepada Tempo, Kamis, 28 November 2019.

Ia mengatakan sekolahnya hanya menegakkan aturan terkait hormat bendera. Bahwa dalam aturan diterangkan hormat bendera harus bersikap berdiri tegap mengangkat tangan hingga ke pelipis mata. "Tetapi siswa  itu tidak mau menjalani," kata dia.

Diduga penganut Saksi Yehuwa
Pejabat  urusan Agama Kristen Kementrian Agama (Kemenag) Batam, Pargaulan Simanjuntak mengatakan Saksi Yehuwa atau Yehova pada dasarnya terdaftar di Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI. Ajaran kepercayaan ini yang diduga tidak mengijinkan hormat bendera.

Pengakuan itu atas kepercayaan ini dilakukan sejak masa Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid .   Kepercayaan Saksi Yehova diakui oleh pemerintah sebagai salah satu sinode di bawah Bimas Kristen Departemen Agama RI.

"Dari sisi Saksi Yehuwa sendiri itu di Dirjenbimas Kristen RI sendiri itu terdaftar dan ada turunannya di Kemenag di bidangi Kasi Keagamaan Kristen," ujarnya sperti ditulis oleh batamtoday, 27  November 2019.  Pengikut Saksi Yehuwa di Batam juga memiliki  tiga tempat ibadah, yakni di Piayu, Batuaji dan Batam Center.

Bukan yang pertama
Kasus di Batam bukan yang pertama.  Pada 2017,  juga ada lima murid sekolah dasar (SD) di Tarakan, Kalimantan Utara,  yang tidak diizinkan orang tua mereka hormat pada bendera Merah Putih saat upacara. Mereka pun tak mau  menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Seperti diberitakan oleh Fajar.co.id,   hal itu terjadi karena kepercayaan orang tua lima murid SD tersebut. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tarakan Ilham Noor  saat itu mengatakan,  melakukan mediasi pengawasan aliran keagamaan (pakem) beserta kelima orang tua siswa.

 “Jadi, kami menyampaikan upacara ini merupakan sikap kebangsaan. Bendera dihormati, bukan disembah. Sebab, masyarakat Indonesia bisa melihat arti dari perjuangan para pejuang terdahulu. Pelan-pelan mereka sudah memahami,”   kata Ilham , 27 Oktober 2017.

Jaminan konstitusi
Di negara lain seperti Rusia,  misalnya, pengikut  kepercayaan Yehuwa mendapat masalah karena mereka tak mau ikut wajib militer. Dua tahun lalu, pengamat politik Boni Hargens pernah menuntut agar  kepercayaan Yehuwa dibubarkan  di Indonesia karena tidak mau menghormati Bendera Merah Putih.

"Mereka menganggap bahwa penghormatan terhadap bendera negara adalah berhala yang dilarang dalam kitab sucinya," ujar Boni Hargens seperti ditulis antaranews,  25 Juli2017.

Hanya,  pihak Yehuwa pun langsung bereaksi beberapa hari kemudian.  Saksi Yehuwa Indonesia  menyatakan bahwa  Yehuwa  merupakan bagian dari agama yang diakui secara internasional dengan jemaat di sekitar 240 negeri.

"Kami adalah kelompok yang cinta damai dan menghormati hak orang lain serta toleran terhadap tradisi dan kepercayaan agama Iain. Saksi Yehuwa tidak menimbulkan gangguan.  Kami menjalankan agama yang mendatangkan manfaat bagi anggotanya dan juga orang-orang lain di masyarakat,” begitu antara lain penjelasan dari pihak Yesuwa.

Pemerintah pun perlu berhati-hati menangani kasus di Batam. Nyatanya, konstitusi menyatakan bahwa negara jelas menjamin kemerdekaan tiap penduduk penduduk   untuk   memeluk   agamanya   masing-masing  dan  untuk  beribadat  menurut  agamanya dan kepercayaannya.

Dalam Pasal 28E Ayat 2  UUD 1945 pun ditegaskan: setiap  orang  berhak  atas  kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. ***

Ikuti tulisan menarik Dian Novitasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler