x

Salah satu panggung yang ada di Ngayogjazz 2019

Iklan

Chelsea Amalina VM

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2019

Senin, 16 Desember 2019 06:42 WIB

Ngayogjazz : Festival Jazz dengan Kearifan Lokal

Ngayogjazz merupakan festival musik jazz dengan perpaduan budaya lokal yang diselenggarakan setiap tahun di Yogyakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hampir setiap orang menyukai musik. Musik memiliki beberapa aliran, salah satunya adalah jazz. Jazz merupakan suatu aliran musik khas yang berasal dari imigran Afrika di Amerika. Musik ini mulai berkembang pada abad 20-an.

Musik Jazz berakar dari musik blues yang menghasilkan musik bernama ragtime yang kemudian menjadi jazz. Musik ini dikatakan sebagai musik Afro-Amerika, dari budak-budak yang dulunya bekerja di Amerika. Budak-budak yang tertekan karena diperlakuan rasis kemudian memberontak, maka lahirlah musik jazz yang dikatakan memberontak dari musik-musik pada umumnya.

Jazz memang dirasa lebih bebas dan fleksibel. Namun, musik ini identik sebagai musik “mahal” yang biasa dinikmati oleh kaum-kaum elite. Lalu, bagaimana jadinya bila jazz yang notabene berasal dari luar negeri ini dipadukan dengan budaya asli dari Indonesia? Hal tersebut dapat dilihat dalam pagelaran musik jazz tahunan yaitu Ngayogjazz.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Musik jazz telah menjadi bagian dari permusikan di Indonesia. Konser musik bergenre jazz sering digelar di berbagai tempat. Salah satunya di Yogyakarta, sebuah komunitas seni rutin mengadakan pertunjukan jazz yang dipadukan dengan budaya. Pagelaran tersebut bernama Ngayogjazz. Ngayogjazz pertama kali dipelopori oleh seorang seniman musik bernama Djaduk Ferianto yang menginginkan agar jazz yang terkenal dengan musik mahal ini dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Berbeda dengan pagelaran jazz lainnya, Ngayogjazz menyertakan budaya lokal dalam setiap pertunjukannya. Hal ini bertujuan agar jazz dapat berkolaborasi dengan budaya-budaya setempat. Selain memadukan dengan budaya lokal, pagelaran ini selalu diadakan di sebuah desa yang masih erat dengan budayanya. Penyelenggara berharap dengan diadakannya Ngayogjazz di desa-desa dapat memberi ruang bagi para seniman yang ingin menciptakan karya seni, mengingat jazz merupakan musik yang terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Ngayogjazz pertama kali diselenggarakan pada 2007 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Dusun Kembaran, Kasihan,  Bantul. Tempat tersebut merupakan padepokan seni milik ayah almarhum Djaduk. Ngayogjazz pernah diselenggarakan di berbagai desa seperti di Tembi pada 2008, Gabusan 2009, Kota Gede 2011, dan pada 2019 ini dilaksanakan di Dusun Kwagon.

Tema dari Ngayogjazz 2019 ini yaitu Satu Nusa Satu Jazz-nya. Tema tersebut terinspirasi dari lagu L.Manik yaitu Satu Nusa Satu Bangsa. Tujuannya untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat, bahwa kita adalah saudara sebangsa.

Dalam pemilihan tempat penyelenggaraan, panitia mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, dan tradisi kegotong-royongan di desa tersebut. Alasannya karena Ngayogjazz adalah event kolektif yang melibatkan kerjasama dari banyak pihak. Bentuk fisik desa juga menjadi pertimbangan, apakah desa tersebut mampu menampung banyak orang atau tidak.

Dalam setiap pagelarannya, Ngayogjazz selalu menghadirkan bintang tamu dari dalam maupun luar negeri yang selalu menarik perhatian penonton. Ngayogjazz menghadirkan musisi-musisi jazz dari luar negeri seperti Perancis, Spanyol, dan Belanda. Selain musisi jazz, penyelenggara juga menghadirkan bintang tamu-bintang tamu dari aliran musik lain. Seperti Ngayogjazz 2019 ini, penyelenggara menghadirkan Didi Kempot dan Soimah sebagai bintang tamu di puncak acara mereka.

Didi Kempot yang dikenal sebagai “The Lord of Broken Heart” saat ini sedang digandrungi oleh para remaja. Lagu-lagunya dapat mewakili perasaan para remaja yang sedang putus cinta. Hal tersebut membuat penonton sangat antusias mengunjungi Ngayogjazz.

Ngayogjazz juga menampilkan kesenian tradisional dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Selain itu, di Ngayogjazz 2019, mereka berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Sleman dengan mengadakan festival bambu. Karya seni bambu yang terpilih dipajang sebagai dekorasi Ngayogjazz. Terdapat pula pameran dari komunitas seni dari berbagai daerah.

Ngayogjazz berbeda dengan pagelaran musik lain. Ada hal unik yang membuat penonton ingin selalu berkunjung ke Ngayogjazz setiap tahunnya. Hal tersebut yaitu, panggung pertunjukkan yang tak hanya satu. Panggung pertunjukan yang dibuat dalam setiap pagelaran selalu tersebar di mana-mana. Setiap panggung memiliki nama dan menampilkan pertunjukkan yang berbeda-beda. Nama dari setiap panggung juga mengandung unsur budaya lokal. Contohnya di Ngayogjazz 2019, terdapat tujuh panggung yang tesebar. Panggung Molo yang menampilkan kesenian tradisional, Panggung Empyak , Panggung Saka, Panggung Blandar, Panggung Usuk, Panggung Genteng, dan Panggung Umpak yang menampilkan musisi jazz dari berbagai daerah.

Untuk dapat memasuki pagelaran Ngayogjazz, penonton tidak dipungut biaya sepeser pun. Mereka hanya perlu membayar biaya parkir bagi yang membawa kendaraan bermotor. Namun, di Ngayogjazz 2019, penyelenggara menyarankan agar penonton membawa buku yang nantinya akan disumbangkan kepada yang membutuhkan. Penonton juga tidak perlu khawatir apabila merasa lapar dan haus. Terdapat stan yang menjual berbagai makanan dan minuman. Menurut salah seorang pedagang, harga sewa dari stan cukuplah terjangkau. Banyak pula dari penduduk setempat yang memanfaatkan event ini untuk  membuka warung dadakan di depan rumah mereka.

Itulah gambaran dari acara Ngayogjazz yang diselenggarakan setiap tahunnya. Musik jazz yang notabene bukanlah musik Indonesia asli dapat berkolaborasi secara apik dengan kesenian dan budaya khas Indonesia terutama Yogyakarta.

Ikuti tulisan menarik Chelsea Amalina VM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler