x

Salah satu pendaki di Bukit Mongkrang, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah

Iklan

Chelsea Amalina VM

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2019

Selasa, 1 Juni 2021 12:33 WIB

Sensasi Pendakian Bukit Mongkrang, Tawangmangu

Bukit Mongkrang di Tawangmangu menyuguhkan panorama yang indah dan sangat cocok bagi pendaki pemula. Melalui puncak Mongkrang, kita dapat melihat megahnya Gunung Lawu di seberang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Puncak Mongkrang

Angin dingin menandai dimulainya perjalanan kami siang itu. Kami menaiki bukit Mongkrang dengan modal air mineral dan beberapa makanan kecil serta jas hujan sebagai antisipasi. Bukit ini terletak di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, berbatasan langsung dengan Magetan, Jawa Timur. Bukit dengan ketinggian 2194 mdpl ini sangat cocok digunakan sebagai latihan fisik bagi pendaki pemula. Jalur pendakiannya baru dibuka beberapa tahun lalu tetapi trek yang tersedia sudah cukup enak dilalui.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pos 1

Pendakian diawali dengan registrasi di po tiket, di depan pondokan kecil. Petugas pos mengatakan diperlukan waktu tempuh sekitar dua jam untuk sampai di puncak Candi dengan kecepatan sedang.

Kami pun berjalan meninggalkan tempat registrasi perlahan-lahan, mengingat fisik yang tidak terlalu disiapkan. Selama 10 menit pertama dilalui dengan baik. Tanjakan-tanjakan kecil berhasil dilewati tanpa halangan. Sembari diiringi sayup-sayup suara musik dangdut hajatan desa di bawah bukit, kami berjalan dengan perasaan gembira dan semangat.

Beberapa saat setelah itu, nafas mulai terasa berat, dan rasanya seperti tidak ingin melanjutkan perjalanan. Beruntungnya, tempat peristirahatan pertama segera kami capai. Terlihat keadaan di bawah bukit seperti hamparan karpet hijau yang terbentang luas. Mata kami sangat dimanjakan oleh pemandangan indah di sekelilingnya. Di sini sebenarnya ada sebuah warung kecil, tetapi kondisinya seperti tak terurus. Tak terlihat ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Setelah merasa siap, perjalanan dilanjutkan. Trek yang dilalui semakin berat, ditambah jalanan licin setelah terkena hujan. Kami berlari menaiki tanjakan-tanjakan itu dengan sesekali berhenti untuk sekedar menarik nafas dalam-dalam. Semakin ke atas, angin semakin kencang.

Selama pendakian menuju tempat peristirahatan kedua, kami dikelilingi oleh semak-semak dan pohon-pohon kecil seperti di hutan. Pemandangan bawah bukit tidak lagi terlihat ditambah kabut tebal menyelimuti bukit Mongkrang. Langit mulai gelap menunjukkan hujan akan segera datang. Sepertinya kami mendaki pada bulan yang salah. Tak berselang lama, sampailah di pos peristirahatan kedua. Tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat pertama yang ditemui. Sepi, kosong, dan menyeramkan, seperti itulah gambaran warung-warung yang kami anggap sebagai tempat peristirahatan.

Setengah jalan sudah dilalui, tak seorangpun kami temui dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan dari pos penjagaan hingga setengah bukit, tidak ada pendaki lain yang mendahului atau pun akan kembali ke bawah. Entah karena hari itu adalah hari Jumat sehingga tidak ada yang mendaki, atau memang semenjak terbakar, pendaki kurang tertarik mengunjunginya.

Bukit Mongkrang memang pernah mengalami kebakaran pada 2018 lalu. Tak jarang kami temui batang pohon yang hangus dilalap api. Meskipun semenjak kebakaran tidak ada lagi ilalang yang menambah keindahan bukit ini, tetapi sensasi pendakiannya membuat ingin kembali.

Pemandangan Sekeliling Bukit

Hampir satu jam pendakian, kami melihat puncak pertama yang disebut Puncak Candi 1. Pemandangan bukit dan gunung di sekitar bukit Mongkrang juga mulai terlihat. Meskipun lelah, kami sangat bersemangat menuju puncak. Sembari berlari menaiki bukit, spontan saya menjerit kegirangan karena akhirnya kami sampai di puncak pertama. Disambut bentangan bukit dan juga Gunung Lawu sebagai background-nya, Puncak Candi 1 begitu nyaman dirasakan. Kibaran Bendera Merah-Putih menandakan angin di sana sangat kencang.

Kami langsung memanfaatkan situasi untuk mengambil foto dan membentangkan karpet untuk menikmati suasana puncak. Tak lama kabut tebal menyelimuti puncak, menutupi hamparan hijau di sekelilingnya. Gemuruh angin terdengar begitu keras dan hujan mulai turun perlahan. Namun, ternyata tetesan air tersebut hanya lewat saja. Ketika hujan di puncak mulai mereda, sepertinya terlihat giliran bawah bukit yang mengalaminya.

Waktu menunjukkan pukul 15.00. Kami bergegas turun agar tak terlalu malam untuk kembali ke rumah. Gerimis hujan dan gelapnya langit menemani perjalanan pulang kami. Dengan bermodalkan jas hujan plastik, kami berlari menuruni bukit. Trek yang dilalui sangat licin akibat gerimis yang mengguyur. Saking bersemangatnya, saya sampai terpeleset. Beruntungnya saya sempat meraih batang pohon hingga akhirnya tidak jatuh ke bawah.

Di tengah-tengah kabut tebal, kami menuruni bukit, berpijak pada akar-akar pohon agar tidak terpeleset. Sesekali kami berhenti di tempat peristirahatan untuk mengembalikan pernafasan yang tidak stabil. Ketika perjalanan pulang, satu persatu kami temui pendaki lain yang sedang menuju puncak. Tampak pendaki-pendaki tersebut akan mendirikan tenda dan bermalam di sana. Tak jarang pula kami bertegur sapa dengan mereka dan saling mengucap, “Hati-hati ya kak”. Ternyata pendaki-pendaki ini sangat ramah.

Pemandangan Pegunungan di Depan Bukit

Pendakian di Bukit mongkrang kali ini menjadi salah satu momen yang tidak terlupakan. Selain karena ini adalah pendakian pertama kami, suasana bukit yang tenang dan keindahannya sangat memanjakan perasaan. Meskipun cuaca saat itu kurang mendukung, tetapi kami merasa puas sehingga tidak segan untuk kembali lagi mendaki Bukit Mongkrang. Jika kalian ingin mencoba pendakian, Bukit Mongkrang bisa menjadi salah satu pilihannya. 

 

Ikuti tulisan menarik Chelsea Amalina VM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler