Sindiran Keras Said Aqil: Tak Ikut Berjuang, Tahu-tahu Khilafah! UAS juga Khilafah

Rabu, 25 Desember 2019 20:05 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fenomena Ustad Abdul Somad alias UAS amat menarik. Ia sebenarnya cukup dekat dengan tradisi Nahdlatul Ulama, baru-baru ini ia juga menyelesaikan program doktonya dengan disertai mengenai pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari.

Fenomena Ustad Abdul Somad  alias UAS amat menarik.  Ia sebenarnya cukup dekat dengan tradisi Nahdlatul Ulama. Baru-baru ini UAS juga menyelesaikan program doktornya dengan disertasi mengenai pendiri NU, KH Hasyim  Asy’ari. 

UAS pun mengagumi keteladanan kakek  Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu. Hanya, harus diakui pemikiran UAS memang beda dengan kalangan NU.

Kabar bahwa UAS telah  menyelesaikan program doktor  di Oumdurman Islamic University, Sudan, itu  diumumkan lewat  akun Instagram ustadzabdulsomad_official, pada 24 Desember 2019.  Ia  telah  menjalani sidang promosi doktor di universitas itu.

Judul disertasi UAS adalah “Kontribusi Hadradatussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Penyebaran Hadits di Indonesia.” Somad lulus dengan nilai Mumtaz atau Cum Laude. Sebelumnya, Somad, 42 tahun, menempuh pendidikan S1 di Al-Azhar, Mesir, 2002, dan S2 di Maroko pada 2006.

Berikut ini perbedaan pandangan UAS  dengan kalangan NU mengenai  hal yang aktual, yakni soal  Ucapan Natal dan soal Khilafah. Dalam soal terakhir,  pemimpin NU bahkan menyindir keras UAS.

Ucapan Natal
Secara resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)   mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru untuk saudara beragama Kristiani di manapun berada, khususnya di Indonesia.  Hal itu disampaikan oleh Sekjen PBNU  HA Helmy Faishal Zaini  pada 24 Desember 2019.

Helmy juga mengajak setiap pihak untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan sebagai entitas bangsa yang besar dan berkeadaban serta membangun persaudaraan kemanusiaan atau "ukhuwwah insaniyyah".

Adapun Ustad Somad selama ini  tidak membolehkan muslim mengucapkan Selamat Hari Natal  lantaran sama saja  dengan mengakui bahwa Isa anak Tuhan. Ia juga tidak sependapat bahwa  25 Desember dianggap sebagai hari kelahiran Isa.

Selanjutnya: pro khilafah
<--more-->

UAS  pro khilafah
Dalam sejumlah ceramahnya,  Abdul Somad  dikenal sebagai pendukung  khilafah. Ia pernah memberikan pesan moral kepada Front Pembela  Islam yang juga  dikenal sebagai penyokong hal yang sama.

Pendapat UAS bisa dilihat antara lain dalam sebuah ceramahnya  yang diunggah di  youtube  pada 29  Desember  2017.   Berikut  ini petikannya:

"…Orang pakai baju you can see…..  'Kamu bisa menengok….ketiak saya'…   Saya tak punya kuasa melarang. ‘Pak Ustad, mengapa orang bisa masuk ke masjid agung.. dengan celana pendek?’. Saya tak punya kuasa.  Siapa yang punya kuasa itu?  Khalifah. Khalifah itu yang bisa. Allahu Akbar.  

Penceramah kondang, berapapun jam terbangnya, tidak bisa mengubah apa-apa.  Saya capek lah. Saya dari  2009 sampai 2013 ini menjadi komisi pengembangan di  badan amil zakat  Riau.. Masuk kantor ke luar kantor…’ Wahai kaum muslimin….bayarlah zakat..tunaikan zakat.”….  Tapi habis sosialisasi,  pegawai bilang: 'Pak Ustad, kami tidak bisa membyar zakat karena gaji kami habis dipotong bank…'

.....Oleh sebab itu….solusi umat ini hanya satu. Apa itu? Khilafah… Tegaknya khilafah, maka selesailah masalah. "

UAS juga menyatakan hal serupa dalam video ceramah di  HTI  yang diunggah  di  youtube. pada   Januari, 2018.  Video ceramah  yang sama juga telah diunggah dua tahun sebelumnya, tak lama setelah ia mengisi acara di HTI, Riau pada April 2016 itu.  Berikut antara lain petikannya:

"...Kapan rahmatan lil-alamin bisa diwujudkan… Bukan dengan  kenabian, bukan dengan Al Quran di tangan, tapi  setelah tegaknya khilafahtun nubuwwah…  Tak ada yang bisa mewujudkan rahmatan lil alamin… selain dengan khilafahtun nubuwwah,  khilafah ala minhajin (Kekhalifahan atas tuntunan kenabian)… "

Selanjutnya: Sikap NU  dan Sindiran Aqil Siradj untuk UAS

<--more-->
Sikap  NU
NU jelas bersikap mengakomodasi adanya negara nasionalis tapi tetap memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan tak harus merujuk pada khilafah, yakni penerapan syariat dan kemimpinan model Islam.

Ketua Umum PBNU  KH  Said Aqil Siradj  mengatakan pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, merupakan ulama pertama yang mencetuskan cinta Tanah Air pascabubarnya kekhalifahan Islam Turki Utsmani (Ottoman).

"KH Hasyim Asy'ari, kakeknya Gus Dur, begitu tahu kekhalifahan bubar, tidak ingin negara ini tanpa agama sampai mencetuskan 'hubbul wathan minal iman' atau cinta Tanah Air sebagian dari iman," ujar Said Aqil di  Jakarta Mei lalu, seperti ditulis oleh Antaranews.

Ketua Umum PBNU juga mengatakan umat Islam dulu memiliki kekuatan sentral di bawah kekhalifahan. Khalifah bertanggungjawab atas keberlangsungan hajat hidup umat Muslim sedunia. Namun seiring pergolakan politik, kata dia, kekhalifahan justru tumbang di tahun 1920-an. Sejumlah unsur umat Islam di berbagai belahan dunia kehilangan pemimpin sentral.

Efek dari berakhirnya kekhalifahan,  kata Said Aqil, juga berdampak terhadap Indonesia yang sedang ada di masa awal kemerdekaan. Jika keadaan dibiarkan bisa saja Indonesia ikut tumbuh sebagai negara yang sekuler atau memisahkan agama dari urusan kenegaraan.

KH Hasyim, menurut Said, terus menggelorakan "hubbul wathan minal iman" di berbagai tempat. Bahkan saat itu, belum ada satupun ulama termasuk di Timur Tengah yang memiliki wawasan cinta Tanah Air sebagian dari iman.

Selanjutnya:  Sindiran  untuk UAS

<--more-->
Pandangan kalangan NU terhadap soal khilafah  tergambar juga dari  ceramah Said Aqil mengenai radikalisme  yang telah diunggah di youtube pada 30 November 2018. Di situ ia juga menyindir keras pandangan UAS soal khilafah.

“….Islam itu selamat..  Islam menyelamatkan orang lain atau menyelamatkan bersama-sama. Maka, di Al Quran tidak ada  ayat yang menegaskan ‘umat Islam’. Nggak ada itu. Ummatan Islamiyahtan… nggak ada itu. Yang ada ummatan  washatan. Karena  Islam menekankan kualitas, bukan legal formal. Bukan dibenderakan umat Islam itu, tapi kualitas. Fungsi,  bukan hanya lebel, bendera….Nah tidak mungkin washatan kalau tidak  cerdas…  Kalau  kaum moderat, itu pasti berpendidikan… pinter  cerdas.

Kalau  radikal itu nggak perlu cerdas. Tinggal..Allahu akbar…  Takbir…. Gampangkan…   Khilafah…  …Nggak pernah mbangun sekolah, nggak pernah mbangun pesantren… madrasah… Nggak pernah mbangun masjid, musala.. Nggak ikut berjuang… Nggak ikut berkeringat… Apalagi berdarah-darah…melawan penjajah atau apa.  Tahu-tahu…khilafah… Takbir…. Artinya, yang ngomong  seperti orang yang tidak cerdas…..

KH Hasyim Asy’ari  dipenjara oleh Jepang di Mojokerto. Keluar dari penjara, tangan kananya gak bisa digerakkan.. Kiai Zein Mustopa dari Tasikmalaya, dipenggal oleh Jepang karena nggak mau menyerahkan hasil panen.  Kiai  Rusdi di Malang dibrondong peluru.

….. Jadi  kiai-kiai banyak korban. Eh tahu-tahu khilafah… Takbir…  Abdul Somad juga….UAS itu… Khilafah tu…  Ustad Abdul Somad itu… (bilang) ’Solusi satu-satunya…dari umat itu khilafah'…  saya punya rekamannya tuh…..”

***

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler