Tersangka Kasus Novel Janggal: Diduga Pasang Badan, Mata Rantai Masih Terputus

Minggu, 29 Desember 2019 18:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Polisi menahan dua tersangka kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan. Dua tersangka yang berinisial kan RB dan RM berbagi tugas saat penyerangan.

Polisi  menahan dua tersangka  kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.   Dua tersangka   yang berinisial kan  RB dan RM  berbagi tugas saat penyerangan.

 "Perannya ada yang nyopir dan ada yang nyiram. Yang menyiram RB," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Argo Yuwono di Markas Polda Metro Jaya, Sabtu 28 Desember 2019.

Seperti yang terekam kamera CCTV saat serangan terjadi 11 April 2017 lalu, juga penuturan saksi-saksi, penyerangan dilakukan dua orang yang berboncengan sepeda motor.  Novel disiram dengan   air keras usai Novel menunaikan salat Subuh  di masjid dekat rumahnya.  Akibatnya  mata kiri  korban rusak.

Kendati sudah mengusut kasus itu selama 2,5 tahun,  tapi polisi belum juga membeberkan secara rinci dan kronologis kasus   Novel saat mengumunkan kedua tersangka. Kaitan RB dan RM—keduanya polisi aktif—dengan temuan selama ini juga masih kabur. Hal itulah yang mengundang banyak kecurigaan.

Selanjutnya:  pasang badan

<--more-->

Kemungkinan tersangka  pasang badan
Pegiat Hak Asasi Manusia, Haris Azhar, melihat ada kemiripan motif pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan dan kasus pembunuhan Munir Said Talib.   Kedua pelaku dalam kedua perkara ini sama-sama menuding korbannya sebagai pengkhianat.

 

“Kasus pembunuhan Munir juga begitu, di dakwaan menyebut Munir sebagai pengkhianat negara,”  kata Haris , 29 Desember 2019. Anggota tim advokasi Novel Baswedan ini menuturkan alasan korban adalah pengkhianat negara biasa digunakan pelaku yang ingin pasang badan menutupi aktor intelektual dibalik peristiwa.

Dia mengatakan dalih ini biasa terjadi dalam kasus kejahatan yang dilakukan oleh aktor negara. “Saya pribadi meragukan dua orang ini adalah bagian dari kejahatan terhadap Novel atau KPK, itu motif yang biasa diutarakan kalau negara melakukan kejahatan terhadap warganya,” kata dia.

Selanjutnya: dilakukan tim

<--more-->

Penyerangan Novel diduga diakukan tim

Aktivis  hak asasi manusia,  Haris Azhar Haris, juga menyakinkan bahwa  penyerangan Novel tidak hanya melibatkan satu dua orang.    Begitu juga kaitan antara  temuan di lapangan dengan dua tersangka yang ditahan hingga kini masih kabur.

Misalnya saja soal motor yang dipakai dua orang pengintai Novel sebelum penyerangan. Motor itu diduga milik anggota Polda Metro Jaya. Keberadaan informan polisi di sekitar rumah Novel bisa jadi petunjuk bahwa penyerangan terhadap penyidik KPK itu sudah terencana.

Tim advokasi Novel pernah membuat laporan investigasi soal penyerangan bakda Subuh itu. Dalam laporan itu, tim menengarai serangan terhadap Novel merupakan bagian dari teror lainnya terhadap pegawai KPK. Dalam laporan itu pula, tim mendeteksi keterlibatan anggota polisi dalam kasus ini. Namun, dua nama ini tak pernah muncul. “Ada anggota kepolisian yang terdeteksi tapi bukan dua nama ini,” kata Haris.

Selanjutnya:  mata rantai putus

<--more-->

Banyak mata rantai terputus
Tim advokasi kasus  Novel juga pernah mengungkap adanya seorang saksi mata yang ada saat penyerangan Novel   mengetahui ciri-ciri orang yang memantau rumah Novel di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara sebelum hari penyerangan.

Ditemui pada 27 Desember 2019, saksi ini menceritakan bahwa ada dua orang yang selama sepekan selalu beli kopi di warung dekat rumah Novel Baswedan. Menggunakan sepeda motor, kedua orang ini selalu nongkrong saat Subuh di jembatan yang berjarak 100 meter sambil terus memantau rumah penyidik itu. “Potongannya tidak seperti polisi,” kata saksi itu seperti  ditirukan oleh Haris.

Saksi  juga menerangkan bahwa keduanya berpostur tubuh sedang dan relatif tinggi dengan rambut pendek. Kedua orang ini, kata dia, berdialek Sumatera. Saksi menduga kedua orang ini penjual baju. Setelah minum kopi, kedua orang ini pamit pergi ke pasar. “Setelah kejadian mereka tidak datang lagi,”  ujar Haris .

Sejauh ini polisi juga belum mengungkap orang yang datang ke rumah Novel seminggu sebelum penyerangan.  Terekam oleh CCTV, orang yang mengaku akan membeli gamis  itu amat mencurigakan.

****

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler